Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Program Keluarga Harapan, Pemberi Harapan yang Tak Palsu

2 Maret 2019   23:42 Diperbarui: 3 Maret 2019   00:18 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diberi harapan selalu terdengar menyenangkan, kecuali jenis harapan palsu seperti yang sering dikatakan si dia #eh

Terlepas dari harapan yang diberi gebetanmu itu, ada jenis harapan yang semesetinya kamu ketahui karena dampaknya benar-benar bisa diharapkan,nyata. Harapan yang tidak hanya memberikan janji-janji tapi juga bukti. Harapan yang membawa perubahan, bukan hanya soal beban secara individual tetapi lebih luas lagi, mengurangi beban negara. Harapan yang diramu pemerintah melalui Kementerian Sosial, harapan yang dibungkus lalu diberi nama Program Keluarga Harapan--selanjutnya mari kita sebut dengan PKH saja.

Singkat Perkenalan Soal PKH

Seperti yang tertera dalam laman kemensos.go.id , PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH. Program ini merupakan salah satu program yang dilakukan pemerintah  untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan. 

Dalam perjalanannya, program yang dikenal dengan istilah Conditional Cash Transfer (CCT) sudah berlangsung cukup lama yaitu sejak tahun 2007 atau kurang lebih 12 tahun dan telah terbukti berhasil dalam menanggulangi kemiskinan terutama yang sifatnya kronis atau berlangsung lama.

Melalui Kementeria Sosial, program bantuan sosial bersyarat ini membuka akses keluarga miskin terutama bagi ibu hamil, anak, penyandang disabilitas serta lanjut usia. Adapun nilai bantuan yang diberikan pada PKH sudah diatur merujuk surat keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor 26/LJS/12/2016 tanggal 27 Desember 2016 tentang Indeks dan Komponen Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan Tahun 2017. Komponen bantuan dan indeks bantuan PKH pada tahun 2017 adalah sebagai berikut: Bantuan Sosial PKH Rp. 1.890.000 ; Bantuan Lanjut Usia Rp. 2.000.000 ; Bantuan Penyandang Disabilitas Rp. 2.000.000 dan Bantuan Wilayah Papua dan Papua Barat Rp. 2.000.000

Dengan adanya PKH, KPM didorong untuk memiliki akses dan memanfaatkan pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan, dan pendampingan, termasuk akses terhadap program perlindungan sosial lainnya secara berkelanjutan. Sehingga KPM diharapkan dapat dapat keluar dari kemiskinan dan akhirnya terwujud keluarga yang sejahtera.

Melihat dampak PKH

Tujuan mulia PKH untuk menurunkan kemiskinan rasanya memang bukan hanya sekadar pemanis program. Hal ini dapat dibuktikan melalui data yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2017, misalnya. Di tahun tersebut terjadi penurunan dari 10,64% (27.771.220 jiwa) pada maret menjadi 10,12% (26.582.990) jiwa  pada september atau terjadi penurunan sekitar 0,58% (1.188.230 jiwa).

Di tahun berikutnya pun diketahui jumlah penduduk miskin terus mengalami penurunan. Pada tahun 2018, jumlah penduduk miskin pada bulan maret diketahui sebanyak 25.949.800 jiwa (9.82%), kemudian kembali menurun pada bulan September dengan jumlah 25.674.580 jiwa (9.66%).

Adanya penurunan jumlah penduduk miskin yang terjadi tiap tahun ini tentu patut diapresiasi. Bahwasanya pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin dalam mengatasi kemiskinan dengan salah satu cara yang sudah dilakukan adalah melalui PKH.

Pengalaman Menjadi Pendamping PKH

Dalam menjalankan program PKH, Kemensos tidak bekerja sendiri. Adalah pendamping PKH yang kemudian menjadi salah satu peran vital yang menentukan keberhasilan program.

Pada tahun 2017 yang lalu, Kemensos bahkan menyediakan lowongan lebih dari 16 ribu untuk menjadi pendamping PKH. Jumlah yang cukup besar ini adalah sebagai cara untuk mengimbangi penambahan jumlah peserta yang semula berjumlah 6 juta menjadi 10 juta.

Diantara 16ribu, saya beruntung bisa mengenal salah satunya. Bukan saya, melainkan sahabat saya sendiri yang sudah hampir setahun belakangan ini terjun dan mengamati langsung bagaimana PKH bekerja khusunya di wilayah Temanggung,Jawa Tengah. Saya mengenalnya dengan sebutan Kak Puput (KP). Berikut adalah hasil wawancara singkat yang barangkali bisa menjadi gambaran bagaimana seorang pendamping PKH bekerja dan betapa pekerjaan ini sungguh mulia.

Saya    : "Bisa diceritakan singkat bagaimana pekerjaan menjadi pendamping PKH itu,kak?"

KP       : "Sebagai pendamping pekerjaan yang dilakukan ya melakukan pendampingan kepada KPM (Keluarga Penerima Manfaat). Jadi program Keluarga Harapan akan memberikan bantuan kepada KPM. Selain bantuan , KPM juga akan mendapatkan pendampingan dan advokasi oleh pendamping PKH agar kelak menjadi keluarga yang sejahtera "

Saya    : "Apa sih tujuan PKH itu?"

KP       : "Tujuan utama dari PKH itu sebenarnya bukan memberikan bantuan saja, melainkan adanya perubahan perilaku masyarakat itu sendiri."

Saya    : "Ngomong-ngomong bantuan, boleh kasih penjelasan singkatnya?"

KP       : "Bantuan PKH itu berbeda-beda tiap keluarga, tergantung komponen yang dipunyai. Komponennya sendiri ada balita,anak sekolah, ibu hami dan nifas, lansia dan disabilitas. Jadi tiap komponen itu nilainya berbeda-beda. Misalkan di keluarga tersebut punya tiga komponen (anak SD, SMP dan lansia)  nanti ya komponen itu ditotal jumlahnya. Dalam setahun, bantuan itu turunnya 4 kali. Total jumlah bantuan yang diterima keluarga akan dibagi menjadi 4 deh. Bantuan yang diberikan juga melalui ATM (nontunai), jadi setiap keluarga punya ATM.  Sebagai pendamping PKH, kami juga melakukan Pendidikan/edukasi penggunaan ATM seperti cara mengambil uangnya misalnya. Pendamping juga melakukan pengawasan apakah bantuan yang mereka terima sudah masuk apa belum,gitu."

Saya    : "Selama terjun langsung di lapangan, ada ngga sih hambatan yang ditemui?"

KP       : "Hampir tidak ada"

Saya    : "Menjadi pendamping PKH yang harus datang langsung dan survei ke wilayah, ada nggak survei yang paling berkesan?"

KP       : "Bukan survei, tetapi lebih condong melakukan pertemuan kelompok. Tiap bulan kita mendampingi kumpulan. Misalkan saya mendampingi 3 desa dengan 200 orang, nanti akan dibagi kelompok-kelompok. Dimana nanti tiap bulan itu, kelompok-kelompok tersebut akan bertemu dan kami memberikan penyuluhan/pendampingan"

Saya    : "Terakhir, suka duka menjadi pendamping PKH ada  ngga?"

KP       : "Sukanya kita bisa mengenal masyarakat banyak, menjalin silaturahmi dan bisa menjadi tempat berbagi (sharing). Dukanya pernah dimarahin, terkadang ada keluarga yang kesusu (tergesa-gesa) dan tidak sabaran. Duka lainnya ya paling lokasi desa yang jauh belum lagi  jika ada faktor cuaca seperti hujan. Tapi lebih banyak sukanya,sih."

Saya    : "Ohya, pertanyaan bonus nih,kak. Kamu kan belum berkeluarga nih. Gimana sih rasanya belum berkeluarga tetapi harus mendampingi PKH? HAHA"

KP       : "Iya, PKH memang isinya banyak tentang keluarga. Padahal diri sendiri juga belum. Jadi kadang bilang gini 'maaf ya ibu-ibu kita disini saling belajar, bukan saya sebagai guru tetapi sebagai teman berbagi' gitu. "

Saya    : "Wahhhh, luar biasaak ya kak. Terima kasih sudah berbagi!"

***

Membahas mengenai PKH ternyata menarik, bukan? Apalagi mendengar bagaimana pendamping PKH yang terlibat langsung. Mudah-mudahan program yang dapat berdampak positif pada masyarakat seperti PKH ini bisa terus dilakukan secara berkelanjutan. Sebab memang sudah tugasnya pemerintah untuk memberikan harapan kesejahteraan bagi masyarakatnya dan mewujudkan secara nyata.

Yang member harapan palsu, cukup si dia yang tak benar mencintaimu. Kalau benar-benar cinta, mana mungkin setega itu. #ea

Salam,

Listhia H Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun