KP : "Hampir tidak ada"
Saya : "Menjadi pendamping PKH yang harus datang langsung dan survei ke wilayah, ada nggak survei yang paling berkesan?"
KP : "Bukan survei, tetapi lebih condong melakukan pertemuan kelompok. Tiap bulan kita mendampingi kumpulan. Misalkan saya mendampingi 3 desa dengan 200 orang, nanti akan dibagi kelompok-kelompok. Dimana nanti tiap bulan itu, kelompok-kelompok tersebut akan bertemu dan kami memberikan penyuluhan/pendampingan"
Saya : "Terakhir, suka duka menjadi pendamping PKH ada ngga?"
KP : "Sukanya kita bisa mengenal masyarakat banyak, menjalin silaturahmi dan bisa menjadi tempat berbagi (sharing). Dukanya pernah dimarahin, terkadang ada keluarga yang kesusu (tergesa-gesa) dan tidak sabaran. Duka lainnya ya paling lokasi desa yang jauh belum lagi jika ada faktor cuaca seperti hujan. Tapi lebih banyak sukanya,sih."
Saya : "Ohya, pertanyaan bonus nih,kak. Kamu kan belum berkeluarga nih. Gimana sih rasanya belum berkeluarga tetapi harus mendampingi PKH? HAHA"
KP : "Iya, PKH memang isinya banyak tentang keluarga. Padahal diri sendiri juga belum. Jadi kadang bilang gini 'maaf ya ibu-ibu kita disini saling belajar, bukan saya sebagai guru tetapi sebagai teman berbagi' gitu. "
Saya : "Wahhhh, luar biasaak ya kak. Terima kasih sudah berbagi!"
***
Membahas mengenai PKH ternyata menarik, bukan? Apalagi mendengar bagaimana pendamping PKH yang terlibat langsung. Mudah-mudahan program yang dapat berdampak positif pada masyarakat seperti PKH ini bisa terus dilakukan secara berkelanjutan. Sebab memang sudah tugasnya pemerintah untuk memberikan harapan kesejahteraan bagi masyarakatnya dan mewujudkan secara nyata.
Yang member harapan palsu, cukup si dia yang tak benar mencintaimu. Kalau benar-benar cinta, mana mungkin setega itu. #ea