Menulis kenangan bersama dia yang tak akan kembali,kak.
Pemberlakuan ganjil genap ternyata menantang dan penuh godaan. Eh, yang ini bukan soal aturan plat kendaraan itu lhoh, melainkan ganjil genap yang sedang saya jalani soal aturan menulis yang saya buat sendiri. Tanpa perlu ada perjanjian diatas kertas, saya mencoba menguji diri dengan harapan bisa lebih produktif lagi.
Sejauh ini -jalan setengah bulan- sih masih bisa jalan, walau sebenarnya pernah terseok-seok yang membuat saya jadi hampir macet, lalu melewatkannya saja. Ya, ini soal aturan menulis.
Mengenalkan Aturan Ganjil Genap dalam Tulisan
Ini hanya keisengan saya saja. Keisengan yang berasal dari keresahan saya yang sering sekali tidak beraturan dalam mengunggah tulisan. Jeda yang tidak punya ritme #halah. Jeda tidak menulis untuk 2 sampai 4 hari sih masih dikategorikan bolehlah. Tapi, ketika itu lebih dari seminggu bahkan pernah sampai 10 hari, entah rasanya seperti ada yang menyiksa dan bersalah gitu.
Menyiksa karena tiba-tiba saya tidak mempercayai kemampuan menulis saya, ada perasaan yang jadi takut tidak bisa lagi. Bersalah karena dalam jeda yang tidak saya kontrol tersebut bisa menjadi gambaran bahwa saya tidak memanfaatkan waktu yang ada, tidak produktif. Duh, berakhir siya-siyaa.
Berlatarbelakang itulah, mumpung masih diawal tahun saya mencoba mengikrarkan janji dalam hati saya. Untuk mencintai seseorang yang serius, eh untuk lebih rajin dalam menulis entah bagaimana pun keadaan yang saya hadapi, semampu sebisanya.
Agar lebih jelas, saya lalu membuat aturan yang tak kalah dengan jalanan ibu kota, memberlakukan sistem ganjil-genap. Dimana dalam sistem ini, saya hanya menulis di tanggal ganjil dan akan memberi jeda ditiap tanggal yang genap. Sesederhana itu, yang ternyata tidak sederhana. Mudah-mudahan langgeng dah,ya. Kamu minat ikutan,juga boleh.
Sudah Menulis Apa Hari ini?
Aturan yang saya buat sendiri itu kemudian mau tak mau menuntut saya untuk terus berpikir. Berpikir tentang apa yang saya harus tulis, seperti hari ini yang ternyata jatuh di tanggal ganjil.
Saya orang yang berubah-ubah, tidak semua yang akan saya tulis saya konsep sebelumnya. Sering malah yang nasibnya dadakan, seperti tulisan ini yang saya pikir akan berakhir di fiksi tetapi bukan.
Saat mengawali tulisan ini, saya sempat berpikir untuk menulis fiksi saja. Meski kemampuan dalam menyusun kata-kata puitis saya tidak jago-jago amat, untuk menye-menye bolehlah tapi jangan diadu. Sempat juga berpikir untuk menulis soal cinta-cintaan, tetapi ini masih selasa. Padahal tidak ada hubungannya juga soal hari dan cinta-cintaan. HAHA. Ngeles aja,sih.
Yang terjadi, saya justru menulis soal tulisan (lagi-lagi). Bahasan soal topik ini memang tidak akan pernah ada habisnya. Ada saja yang bisa dicari atau memang sengaja mencari-cari. Seperti juga tulisan yang kamu baca ini, yang sebenarnya adalah pertanyaan yang ditujukan untuk saya sendiri : "Sudah Menulis Apa Hari Ini?"
Jangan Takut Kehabisan Ide, Ide Ada Dimana-mana
Ternyata saya memang tidak perlu takut soal pemberlakuan aturan menulis ganjil-genap. Karena jika dipikir, ide itu datangnya bisa darimana-mana dan ada dimana-mana. Selama otak digunakan untuk berpikir, tulisan baru bisa dilahirkan dengan selamat.
Adanya 'keharusan' untuk mewujudkan aturan itu tetap langgeng secara tidak langsung juga jadi motivasi saya untuk terus memikirkan bagaimana caranya agar tetap bertahan. Menjadi tuntutan yang positif,gitu. Semacam jadi punya deadline sendiri.
Ah, bicara deadline saya jadi ingat cerita Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang. Kalau Bandung Bondowoso mampu menyelesaikan 999 candi dalam semalam, satu tulisan saja masa' tak mampu? Iya-iya, itu hanya legenda tapi jadikan saja motivasi,yheekhan.
Salam,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H