Saat mengawali tulisan ini, saya sempat berpikir untuk menulis fiksi saja. Meski kemampuan dalam menyusun kata-kata puitis saya tidak jago-jago amat, untuk menye-menye bolehlah tapi jangan diadu. Sempat juga berpikir untuk menulis soal cinta-cintaan, tetapi ini masih selasa. Padahal tidak ada hubungannya juga soal hari dan cinta-cintaan. HAHA. Ngeles aja,sih.
Yang terjadi, saya justru menulis soal tulisan (lagi-lagi). Bahasan soal topik ini memang tidak akan pernah ada habisnya. Ada saja yang bisa dicari atau memang sengaja mencari-cari. Seperti juga tulisan yang kamu baca ini, yang sebenarnya adalah pertanyaan yang ditujukan untuk saya sendiri : "Sudah Menulis Apa Hari Ini?"
Jangan Takut Kehabisan Ide, Ide Ada Dimana-mana
Ternyata saya memang tidak perlu takut soal pemberlakuan aturan menulis ganjil-genap. Karena jika dipikir, ide itu datangnya bisa darimana-mana dan ada dimana-mana. Selama otak digunakan untuk berpikir, tulisan baru bisa dilahirkan dengan selamat.
Adanya 'keharusan' untuk mewujudkan aturan itu tetap langgeng secara tidak langsung juga jadi motivasi saya untuk terus memikirkan bagaimana caranya agar tetap bertahan. Menjadi tuntutan yang positif,gitu. Semacam jadi punya deadline sendiri.
Ah, bicara deadline saya jadi ingat cerita Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang. Kalau Bandung Bondowoso mampu menyelesaikan 999 candi dalam semalam, satu tulisan saja masa' tak mampu? Iya-iya, itu hanya legenda tapi jadikan saja motivasi,yheekhan.
Salam,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H