Kenangan membawanya pada lima tahun yang lalu.
Kisah mereka memang seperti pada kisah merah muda seusianya. Penuh drama. Namun ada yang menyesakkan. Perbedaan bukan hanya saat mereka pergi ke sekolah maupun toilet, tapi saat mereka harus menghadap Tuhan, beribadah.
Sebenarnya perbedaan itu tak pernah menjadi alasan perdebatan untuk mereka. Karena pada akhirnya Kinanthi dan Josua pernah menjadi satu. Usia muda membuat mereka tak memikirkan tentang perbedaan yang ada. Justru membuat mereka lebih mendewasa. Toleransi yang digaungkan pada pelajaran pendidikan kewarganegaran bukan cuma teori namun benar-benar berhasil dipraktikkan.
Perbedaan tak membuat Kinanti menyesal pernah mencintainya. Tak sedikitpun. Hanya sesak yang kadang meradang mendengar nada --nada sumbang dari sekitar yang membuat Kinanthi mendadak lesu tak bergairah. Kinanti suka membela dirinya sendiri ; Mereka tak pernah tahu bagaimana berada diposisinya.
Jatuh cinta itu seperti hujan. Semaunya datang bahkan saat kau tak sempat berteduh.
Pada akhirnya akan ada takdir pada sebuah cerita cinta. Seperti cinta Kinanti dan Josua yang harus berakhir meski bukan keinginan mereka. Siapa yang bisa menolak takdir yang tiba?
Dia ingat ketika harus mendadak berubah dan meminta untuk mengakhiri semua. Kelulusan masa abu-abu tepatnya. Padahal saat itu kisah mereka sebenarnya sedang dalam keadan baik-baik saja. Namun, barangkali itulah waktu yang benar-benar ditunggu, bagi Kinanti juga Josua.
Ya, perpisahan terbaik adalah pada saat semua menjadi baik. Perpisahan bukan soal beda, hanya memberi waktu untuk mencoba lebih paham. Bahwa hidup adalah pilihan untuk tetap bertahan atau pergi. Ikhlas barang kali yang paling pantas untuk dikenang keduanya. Meski rasa sakitnya tetap tak bisa dihindarkan, tak bisa kemudian berpura-pura semua lantas baik-baik saja.
Ada cinta yang datang diikrarkan tanpa keyakinan
Kinanthi terpejam agak lama dan menghela nafas panjang. Dia berhasil membuat polusi masa lalu di cafe ini. Caraphernelia.
"Tuhan, ternyata terlalu menyayangiku dan kamu" batinnya lagi.