Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Caraphernelia

11 Januari 2019   23:46 Diperbarui: 12 Januari 2019   22:40 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Selamat sore, Mbak. Silakan, tempat biasa?"

Seperti lirik lagu-lagu yang sering didengar. Kalimat itu sudah dia hafal beserta nada dan intonasinya. Kinanti tak perlu banyak bicara,cukup anggukan kepala dan wanita itu mendapatkan jawabannya.

"Baik, mari saya antar mbak"

Padahal Kinanti sebenarnya tak perlu penunjuk,  sudah dia hafal diluar kepala. Barangkali mematuhi pepatah yang bilang katanya :  Pembeli adalah Raja .

Langkah wanita itu membawanya pada sebuah sofa di pojok kanan ruangan ini. Dekat Jendela. Jendela yang menggantikan fungsi tembok. Besar . Dari sofa kulit berwarna cokelat  ini pemandangan kota Bandung bisa terlihat jelas. Ya, cafe dilantai dua  ini menyediakan apa yang ia inginkan. Pemandangan kota.

Entah berapa kali Kinanthi menyempatkan untuk singgah disini. Semenjak awal menginjakkan kaki di Bandung, hampir sepulang kuliah cafe inilah yang menjadi pelampiasan dan cukup segelas es cokelat yang menjadi teman setianya.

Baginya Cafe ini membuat waktunya serasa diperlambat. Ya ditempat ini dia lebih suka sendiri-menjadi sendirian. Merenung tentang hidup dan perasaan yang  berfluktuasi.

"Mbak , mau pesan apa?"

"es cokelat-es nya tolong dibanyakin ya mbak, sama roti bakar cokelat keju. cokelatnya dibanyakin juga yah"

"Oya mbak, tunggu akan segera kami buatkan"

Kinanti cukup tersenyum dan wanita itu segera menjauh dari sofanya. Seperti biasa Kinanti mengeluarkan netbooknya. Berselancar di dunia maya adalah senjata yang cukup ampuh  membuatnya terlihat sibuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun