Usai mudik, saya pun segera berkunjung ke JNE untuk mengambil paket yang belum sempat terambil. Sayang, kedatangan saya terlalu malam sehingga kantor JNE tidak beroperasi. Yasudah, di lain hari saja.
Di hari-hari berikutnya ternyata saya belum sempat datang lagi. Hiks. Namun, ternyata sebuah kejutan terjadi di hari-hari berikutnya tersebut. Suatu hari ketika saya baru saja pulang ke rumah, rupanya sebuah paket berhasil mendarat sempurna, paket yang sebenarnya sudah datang sejak sebelum lebaran.
Ya..ternyata, JNE datang ke rumah untuk mengantarkan paketan yang isinya hanyalah softlens! Paket yang sebenarnya sudah saya iyakan untuk ambil sendiri, tetapi nyatanya masih diantarkan!
Atas kejadian itu, kepercayaan saya terhadap JNE naik berkali-kali lipat. Bahkan sekarang saya justru merasa bersalah ketika harus membiarkan kurir datang tetapi rumah tidak ada siapa-siapa. Untuk itulah, hari ini ketika saya terpaksa pergi dan harus ada paketan, saya meletakkan kertas berisi memo di teras saja. Memo intruksi dimana harus meletakkan paketannya. Hihi.
Ya, bagi saya, JNE memang bukan sekadar hanya penyedia jasa kurir, yang mengantar barang lalu selesai urusan. Ada kepercayaan juga kebahagian yang juga turut diciptakan dari bagaimana cara JNE memperlakukan barang hingga benar-benar sampai pada si empunya. Tidak ingin membandingkan dengan jasa kurir yang sejenis, namun pengalaman seperti ini memang hanya saya dapat dari JNE.
Adanya bantuan dari aplikasi JNE yang sengaja saya pasang di smartphone, juga sangat memudahkan. Sebab meski saya tidak menerima barang langsung, saya tahu bagaimana nasib paketan saya. Thanks!
2. Dengan Senang Hati, JNE Turut Mendukung Pertumbuhan UKM di Indonesia
Dalam acara "KOPIWRITING" bersama JNE Rabu lalu (29/8), ada banyak informasi yang saya dapat mengenai industri kreatif terutama yang berkembang di wilayah Semarang. "KOPIWRITING" ini digelar sebagai bentuk dukungan JNE dalam mendukung potensi dan peluang indutri kreatif yang cenderung terus mengalami pertumbuhan ke arah positif.
Berdasarkan data Kementrian Perindustrian, indutri kreatif diperkirakan terus tumbuh hingga 7 persen per tahun. Contohnya saja pada tahun 2014-2015, dimana nilai tambah dari sektor industri kreatif diperkirakan mencapai Rp 111,1 triliun dengan penyumbang tertinggi ada pada subsketor mode dan kuliner. Fantastik,bukan?
Pada acara yang berlangsung di Hotel Aston Inn Pandanaran, Semarang, Jawa Tengah ini juga turut menghadirkan tiga narasumber yaitu Irma Susanti (pemilik Identix Batik), Mayland Hendar Prasetyo (Head of Marketing Communication JNE) dan Madiyo Sriyanto (Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi akumandiri Jawa Tengah periode 2015-2020).
Singat cerita, dalam pemaparannya Irma menjelaskan terkait bisnis yang sekarang mulai ia tekuni yang ternyata bukan sekadar untuk menebalkan dompet semata. Ada tujuan mulia yang coba Irma lakukan dari usaha batiknya, yaitu untuk mewarisi kebudayan bangsa Indonesia. Yang makin membuat kagum, Irma tidak hanya memasarkan produknya hanya sebatas dalam negeri, namun juga sampai tingkat internasional.