Berkat kamu, keinginan saya cukup ditunggu di rumah!
Sewaktu mendapat kabar untuk berpartisipasi di acara KOPIWRITING Kompasiana pada Rabu (29/8), saya cukup antusias untuk mengikutinya. Apalagi ketika tahu Kompasiana mengandeng jasa kurir yang sudah sering saya gunakan, Jalur Nugraha Ekakurir atau lebih dikenal dengan JNE. Dilihat dari tema yang diangkat pun cukup menarik dan kekinian yaitu mengenai "Indutri Kreatif di Era Digital".
Dari pengalaman yang sudah saya alami dan perbincangan menarik dalam acara KOPIWRITING kemarin, saya jadi punya simpulan sendiri bahwa ternyata inilah 3 alasan mengapa JNE lebih dari Penyedia Jasa Pengiriman Barang!
1. Bukan Cuma Mengantar Barang, Tetapi Juga Soal Percaya dan Bahagia
Pertama dari pengalaman saya sendiri. Sebenarnya sudah lama saya bercerita, tetapi ini mungkin memang waktu yang tepat.
Saya adalah satu dari sekian banyak pengguna jasa JNE. Terlebih dua tahun belakangan ini, dimana hampir sebagian besar keinginan yang saya mau saya percayakan lewat JNE. Alhamdulilah, tidak satu kali pun saya jadi kecewa karena yang terjadi justru sebaliknya.
Sedikit bercerita...
Entah berapa kali saya menggunakan jasa JNE. Namun, saya ingat pernah dalam kurun waktu seminggu, 3 paket datang di hari yang berbeda-beda. Bahkan di hari minggu yang saya kira tidak ada pengiriman, ternyata tetap diantar.
Saking seringnya, saya juga mulai hafal kapan kurir akan datang ke rumah dan selalu tepat. Nyaris selalu sama, di sekitar pukul 10 pagi. Beruntung, kurir yang datang juga tidak pernah berganti, sehingga saya tidak khawatir terjadi insiden salah alamat. Pasti sudah hafal, ya Mas!
Yang membuat saya jadi terharu adalah kejadian menjelang lebaran bulan lalu. Posisi saya sudah mudik saat itu, tetapi saya baru sadar bahwa notifikasi dari aplikasi memberitahu akan ada satu paket yang datang. Karena saya mudik bersama keluarga lainnya, otomatis tidak ada orang di rumah, tidak ada siapa-siapa.
Namun ternyata di hari yang sama sebuah pesan masuk ke smartphone saya. Rupanya dari JNE, yang mengabarkan bahwa benar ada paketan untuk saya. Kemudian saya balas saja, saya akan ambil sendiri. Alhamdulilah, di gudang JNE pasti lebih aman!
Usai mudik, saya pun segera berkunjung ke JNE untuk mengambil paket yang belum sempat terambil. Sayang, kedatangan saya terlalu malam sehingga kantor JNE tidak beroperasi. Yasudah, di lain hari saja.
Di hari-hari berikutnya ternyata saya belum sempat datang lagi. Hiks. Namun, ternyata sebuah kejutan terjadi di hari-hari berikutnya tersebut. Suatu hari ketika saya baru saja pulang ke rumah, rupanya sebuah paket berhasil mendarat sempurna, paket yang sebenarnya sudah datang sejak sebelum lebaran.
Ya..ternyata, JNE datang ke rumah untuk mengantarkan paketan yang isinya hanyalah softlens! Paket yang sebenarnya sudah saya iyakan untuk ambil sendiri, tetapi nyatanya masih diantarkan!
Atas kejadian itu, kepercayaan saya terhadap JNE naik berkali-kali lipat. Bahkan sekarang saya justru merasa bersalah ketika harus membiarkan kurir datang tetapi rumah tidak ada siapa-siapa. Untuk itulah, hari ini ketika saya terpaksa pergi dan harus ada paketan, saya meletakkan kertas berisi memo di teras saja. Memo intruksi dimana harus meletakkan paketannya. Hihi.
Ya, bagi saya, JNE memang bukan sekadar hanya penyedia jasa kurir, yang mengantar barang lalu selesai urusan. Ada kepercayaan juga kebahagian yang juga turut diciptakan dari bagaimana cara JNE memperlakukan barang hingga benar-benar sampai pada si empunya. Tidak ingin membandingkan dengan jasa kurir yang sejenis, namun pengalaman seperti ini memang hanya saya dapat dari JNE.
Adanya bantuan dari aplikasi JNE yang sengaja saya pasang di smartphone, juga sangat memudahkan. Sebab meski saya tidak menerima barang langsung, saya tahu bagaimana nasib paketan saya. Thanks!
2. Dengan Senang Hati, JNE Turut Mendukung Pertumbuhan UKM di Indonesia
Dalam acara "KOPIWRITING" bersama JNE Rabu lalu (29/8), ada banyak informasi yang saya dapat mengenai industri kreatif terutama yang berkembang di wilayah Semarang. "KOPIWRITING" ini digelar sebagai bentuk dukungan JNE dalam mendukung potensi dan peluang indutri kreatif yang cenderung terus mengalami pertumbuhan ke arah positif.
Berdasarkan data Kementrian Perindustrian, indutri kreatif diperkirakan terus tumbuh hingga 7 persen per tahun. Contohnya saja pada tahun 2014-2015, dimana nilai tambah dari sektor industri kreatif diperkirakan mencapai Rp 111,1 triliun dengan penyumbang tertinggi ada pada subsketor mode dan kuliner. Fantastik,bukan?
Pada acara yang berlangsung di Hotel Aston Inn Pandanaran, Semarang, Jawa Tengah ini juga turut menghadirkan tiga narasumber yaitu Irma Susanti (pemilik Identix Batik), Mayland Hendar Prasetyo (Head of Marketing Communication JNE) dan Madiyo Sriyanto (Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi akumandiri Jawa Tengah periode 2015-2020).
Singat cerita, dalam pemaparannya Irma menjelaskan terkait bisnis yang sekarang mulai ia tekuni yang ternyata bukan sekadar untuk menebalkan dompet semata. Ada tujuan mulia yang coba Irma lakukan dari usaha batiknya, yaitu untuk mewarisi kebudayan bangsa Indonesia. Yang makin membuat kagum, Irma tidak hanya memasarkan produknya hanya sebatas dalam negeri, namun juga sampai tingkat internasional.
Tentu, bukan hal yang mudah untuk bisa menembus pasar luar negeri, namun dengan kejujuran dan kerja keras dalam menghasilkan motif yang 'hanya satu-satunya', tidak ada yang mustahil untuk tidak bisa diwujudkan. Keren! Kesuksesan bisnisnya ini pun tak lepas dari peran JNE, yang banyak membantu dalam urusan pengiriman produknya.
Pun seperti yang diutarakan Bapak Mayland Hendar Prasetyo, dimana JNE dan UKM adalah mitra. Dalam perkembangannya, industri kreatif tidak akan terlepas dari dukungan industri logistik. Melalui tagline "Connecting Happines", JNE turut memberikan dukungan dan semangat khusunya bagi para pelaku UKM seperti usaha Identix batik. Harapannya, para pelaku UKM bisa mendapatkan benefit semaksimal mungkin
Tentu, dalam perkembangannya industri kreatif juga menghadapi tantangan. Seperti yang coba dijabarkan Pak Madiyo Sriyanto yang mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi (terutama di Semarang) adalah masalah klasik seperti pendanaan dan pemasaran.
Adapun solusi yang diberikan Asosiasi untuk membantu menyelesaikan tantangan ini adalah dengan program pendampingan pendanaan yang juga bekerja sama dengan bank dan adanya pelatihan.
3.Demi Memaksimalkan Layanan, JNE Terus Bernovasi terhadap Layanannya, lho
Sebagai perusahaan nasional yang sudah hampir 28 tahun berkonsentrasi dalam bidang usaha jasa pengiriman dan pendistribusian , JNE terus berinovasi dalam memberikan layanan untuk meningkat kepuasan konsumen.
Tidak hanya terbatas pengiriman barang, pun JNE kini telah memperluas bidang usaha hingga pengiriman makanan khas daerah (PESONA), jasa kepabeanan, penjemputan di bandara dan pengiriman uang/money remittance.
Adapun layanan lain yang cukup menarik dan patut diapresiasi adalah JESIKA (Jemput ASI Seketika), dimana dalam layanan ini ibu-ibu menyusui yang memiliki aktivitas di luar rumah tidak perlu khawatir tidak bisa memberikan makanan terbaik untuk si buah hati.
Di tahun 2014, JNE telah mempersiapkan JNE E-Commerce dan melakukan optimalisasi Mobile Applications, serta membangun 250 kantor operasional juga memperluas jaringgan hingga lebih dari 6000 outlet di seluruh Indonesia,lho. Hal ini dilakukan dalam rangka menghadapi Asia Free Trade Area yang sudah berjalan sejal tahun 2015 lalu.
Terima kasih atas kepedulian JNE, yang bukan hanya berfokus pada sebatas konsumen perorangan namun juga dalam bidang industri kreatif!
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H