Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Testimoni Samber THR, Di Balik Proses 32 Hari Bercerita Tanpa Jeda

16 Juni 2018   22:34 Diperbarui: 17 Juni 2018   14:38 2607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang saya takutkan bukan tidak bisa memenuhi tantangan, tetapi takut membuat kamu -pembaca- menjadi bosan.

Ternyata waktu berjalan tanpa terasa, sudah tiga puluh dua hari  yang lalu tantangan satu hari bercerita atau yang dijuluki #SamberTHR itu diumumkan untuk dimulai dan tepat di lebaran kemarin menjadi selesai. 

Bagi saya, sebagai salah satu yang mencoba untuk terlibat dalam tantangan ini, tentu ada rasa lega, bahagia dan rasa tidak menyangka. Tidak menyangka karena ternyata saya bisa bertahan  sampai akhir, menyentuh garis finish, Alhamdulilah.

Tiga puluh dua hari, tiga puluh tema berbeda, tiga puluh dua tulisan 'dilahirkan' selamat

Dibalik Keberhasilan 32 Hari Bercerita Berturut-turut, tanpa jeda...

Orang boleh menilai, saya berhasil menulis selama tiga puluh dua hari tanpa jeda. Tapi, jangan kira itu sesuatu yang mudah diraih, sebab dibalik itu ada proses pembuatan yang terkadang membuat saya stress sampai pernah juga sempat menjadi jenuh. Ya, bayangkan saja selama tiga puluh hari lhooo, saya seperti dibayang-bayangi tema berbeda setiap hari, melebihi bayang-bayang mantan. HAHA.

Bukan. Bukan mau mengeluh, disini saya hanya ingin membagi yang belum sempat terceritakan dari proses menulis berturut-turut itu, biar kamu tahu bagaimana perjuangan yang saya lakukan selama ini. #halah. Biar kalian tahu bahwa sebenarnya bukan saya saja yang mampu tapi kamu juga bisa kalau mau,kok. Yaqin!

Rintangan yang ditemui selama mengikuti menulis sehari satu dengan tema berbeda

Jangan dikira karena saya bisa menulis sehari satu berarti saya tidak punya kesibukan lain. Sama seperti orang normal lainnya, saya pun memiliki kewajiban dan hal diluar menulis yang mesti saya kerjakan. Kewajiban seperti mengerjakan tugas-tugas kuliah saya.

Selama periode 32 hari tersebut, kebetulan saya masih dihadapkan pada kewajiban saya untuk mengikuti ujian semester akhir di tengah-tengah periode. Tidak hanya soal materi yang saya harus baca dimalam sebelum esok ujian, pun soal-soal lain yang ternyata masih beranak pinak dengan adanya take home berdeadline. Hal ini-lah yang kemudian sempat membuat saya pesimis, sepertinya saya bakalan ngga sanggup deh.

Tapi...

Itu semua ternyata bisa sama-sama dilewati dengan mulus. Bukan jadi halangan yang berarti, karena ternyata itu semua soal bagaimana saya mengatur waktunya saja. Ya, secara tidak langsung, tantangan ini bukan cuma soal menulis, tetapi bagaimana caranya kamu bisa membagi waktu. Intinya, menulis tanpa mengesampingkan kewajiban lain. 

Alhamdulilah, nyatanya meski saya mewajibkan diri ini untuk menulis setiap hari, saya masih sempat bermain dengan teman-teman, masih bisa berkumpul untuk diskusi, ikut bukber, masih bisa menari, dan masih ingat kamu. #ehem

Dampak yang saya syukuri dengan adanya tantangan #samberTHR ini adalah saya ternyata bisa mengisi hari-hari lebih produktif. Terlebih saat bulan puasa kemarin, jika siang ada waktu untuk menulis lebih baik saya menulis daripada tidur. Beneran, biar nggak kepikiran mulu!

Tidak ada yang tidak mungkin, menulis satu hanya soal melawan rasa malas saja

Saya ingat sekali, waktu itu kalau tidak salah kompasiana sudah memberi tema tulisan apa saja yang harus ditulis sejak dua minggu sebelum dimulai. Mungkin harapannya, agar siapa saja yang mau ikut bisa mulai mencicil tema-tema yang ada sehingga saat hari H bisa tinggal publikasi saja. Ya, Kurang baik apa coba?

Memiliki draft tulisan yang tinggal di posting saja memang akan menyenangkan. Sayang, selama dua minggu pra-tantangan itu dimulai, saya tidak menghasilkan apa-apa. HAHA. Nyatanya, semua tulisan yang saya hasilkan untuk tantangan 32 hari bercerita selalu saya buat fresh from the oven alias selalu saya buat di hari tersebut, seperti tahu bulat digoreng dadakan.

Ada yang mengatakan, menghasilkan tulisan dengan model dadakan ini memang kurang bagus. Tapi, tidak apa-apalah namanya sambil jalan, sambil belajar. Pun dalam proses membuatnya, saya tidak benar-benar langsung mempublikasikannya, ada proses membaca ulang berkali-kali dan juga editing. Walau harus saya akui, masih saja ada yang lolos salah ketik, harap maklum.

Silakan kalau mau membuktikan sendiri, rata-rata saya memposting tulisan diatas jam 9 karena saya memang baru membuatnya di jam tersebut. Jadi, kalau kalian adalah pembaca kompasiana di waktu pagi, mungkin tak pernah menjumpai tulisan saya muncul di halaman depannya. Hehe.

Yang tidak dilupakan...

Selalu ada yang bisa dikenang dari sebuah kejadian, termasuk dalam proses menulis ini.

Saya tidak akan lupa, ketika di hari ke-satu  tantangan saya memilih bolos untuk tidak mengikuti sanggar demi alasan tulisan pertama. Saya akan selalu ingat rasanya, bagaimana deg-degkannya ketika pulang hampir tengah malam tetapi belum menghasilkan apa-apa.

Saya jadi tahu repotnya, harus menulis tetapi bersamaan dengan itu saudara-saudara yang masih kecil mengajak saya tetap bermain. Saya jadi tahu juga rasanya kembali mual di mobil, ketika saya mau tak mau harus menulis di tengah perjalanan yang panjang dengan  adik yang berada dibelakang kemudi, berasa menulis diatas roller coaster. Ya, itu baru saja terjadi kemarin, dihari terakhir ke tigapuluhdua, ditutup dengan sebuah kegregetan.

Kepada mereka yang banyak mendukung, saya berterima kasih. 

Melalui tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih. Kepada mereka yang bukan berada di belakang layar, karena yang selama ini dibelakang layar laptop hanyalah saya sendiri. 

Kepada Bapak dan Ibu, yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya. Bapak yang selalu menanyakan tema apa yang harus saya buat hari ini dan Ibu yang menanyakan sudah menulis apa belum. Terima kasih, sudah menjadi bagian inspirasi saya tiap kali menulis,yaw.

Kepada kakak, yang meski jauh di Kalimantan sana, tetapi tak pernah henti-hentinya ingin ikutan rempong (padahal ngga diminta) dengan membagikan semua tulisan saya dihalaman medsosnya, 32 hari tanpa cela! Waduw, bau-baunya ingin sesuatu kayaknya. #eh

Kepada kamu, pembaca baik yang sengaja atau tidak sengaja membuka tulisan yang saya buat. Ya, kalian yang menambah page views saya, nyetrum juga dalam menambah semangat saya.

Tentu, terima kasih juga,

Untuk Kompasiana. Semoga yang seperti ini tidak hanya berlangsung satu kali saja. Terima kasih karena telah membuat hari-hari saya terbayang-bayang oleh tema tulisan eh terima kasih karena sudah membangun rasa percaya diri. Percaya pada diri sendiri ternyata kalau mau pasti mampu. Dari #samberTHR, saya jadi tahu, atau bukan hanya saya tetapi juga kamu.

32 hari memang sudah terlewati, tetapi bukan berarti menulis usai sampai disini. Yang akan menjadi tantangan sebenarnya justru setelah ini, "Apakah saya bisa meneruskan seperti kemarin, menjadi langgeng?"

**

Mumpung masih dalam suasana lebaran,

"Selamat Hari Raya Idulfitri, Mohon maaf lahir dan batin ya"

Salam,

Listhia H Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun