Itu semua ternyata bisa sama-sama dilewati dengan mulus. Bukan jadi halangan yang berarti, karena ternyata itu semua soal bagaimana saya mengatur waktunya saja. Ya, secara tidak langsung, tantangan ini bukan cuma soal menulis, tetapi bagaimana caranya kamu bisa membagi waktu. Intinya, menulis tanpa mengesampingkan kewajiban lain.
Alhamdulilah, nyatanya meski saya mewajibkan diri ini untuk menulis setiap hari, saya masih sempat bermain dengan teman-teman, masih bisa berkumpul untuk diskusi, ikut bukber, masih bisa menari, dan masih ingat kamu. #ehem
Dampak yang saya syukuri dengan adanya tantangan #samberTHR ini adalah saya ternyata bisa mengisi hari-hari lebih produktif. Terlebih saat bulan puasa kemarin, jika siang ada waktu untuk menulis lebih baik saya menulis daripada tidur. Beneran, biar nggak kepikiran mulu!
Tidak ada yang tidak mungkin, menulis satu hanya soal melawan rasa malas saja
Saya ingat sekali, waktu itu kalau tidak salah kompasiana sudah memberi tema tulisan apa saja yang harus ditulis sejak dua minggu sebelum dimulai. Mungkin harapannya, agar siapa saja yang mau ikut bisa mulai mencicil tema-tema yang ada sehingga saat hari H bisa tinggal publikasi saja. Ya, Kurang baik apa coba?
Memiliki draft tulisan yang tinggal di posting saja memang akan menyenangkan. Sayang, selama dua minggu pra-tantangan itu dimulai, saya tidak menghasilkan apa-apa. HAHA. Nyatanya, semua tulisan yang saya hasilkan untuk tantangan 32 hari bercerita selalu saya buat fresh from the oven alias selalu saya buat di hari tersebut, seperti tahu bulat digoreng dadakan.
Ada yang mengatakan, menghasilkan tulisan dengan model dadakan ini memang kurang bagus. Tapi, tidak apa-apalah namanya sambil jalan, sambil belajar. Pun dalam proses membuatnya, saya tidak benar-benar langsung mempublikasikannya, ada proses membaca ulang berkali-kali dan juga editing. Walau harus saya akui, masih saja ada yang lolos salah ketik, harap maklum.
Silakan kalau mau membuktikan sendiri, rata-rata saya memposting tulisan diatas jam 9 karena saya memang baru membuatnya di jam tersebut. Jadi, kalau kalian adalah pembaca kompasiana di waktu pagi, mungkin tak pernah menjumpai tulisan saya muncul di halaman depannya. Hehe.
Yang tidak dilupakan...
Selalu ada yang bisa dikenang dari sebuah kejadian, termasuk dalam proses menulis ini.
Saya tidak akan lupa, ketika di hari ke-satu tantangan saya memilih bolos untuk tidak mengikuti sanggar demi alasan tulisan pertama. Saya akan selalu ingat rasanya, bagaimana deg-degkannya ketika pulang hampir tengah malam tetapi belum menghasilkan apa-apa.