Seiring berjalannya waktu, saya tidak lagi menjadi santri. Ya, giliran itu tiba. Giliran untuk menjadi dan merasakan posisi di kakak-kakak itu. Bukan santri yang tugasnya hanya duduk dan mengamati lagi, tetapi yang jadi di depan dan belajar mengajari.
Dari awal sampai purna tugas (halah), saya selalu mendapat bagian untuk mengajar anak-anak yang masih kecil-kecil, kira-kira dari rentang usia TK sampai SD awal. Ya, dari empat tingkatan mengaji di masjid yaitu TK A, TPA 1, TPA 2 dan TPR (Remaja), saya biasanya ditempatkan di TK A atau TPA 1. Bersyukur sih karena mengajari mereka tidak perlu materi yang susah, seperti menghafal doa harian, menggambar, menyanyi atau bermain lari-larian. HAHA. Tetapi tidak selamanya menyenangkan juga, karena ngga jarang mereka ada yang tidak mau diatur (banyak) dan lagi nakal-nakalnya. Saya yang tidak bisa galak, sungguh menyiksa!
Pun ketika pemilihan itu tiba. Akhirnya saya bukan lagi memilih tetapi dipilih. Pemilihan ustadz-ustadzah harus saya rasakan juga. Deg-degkan,ih! HAHA lebay! Padahal belum tentu ada yang mau memilih.
Tetapi, ternyata...nama saya pernah disebut di panggung pentas seni itu, dihadapan orang tua santriwan/santriwati (yang juga turut hadir orang tua saya) dan yang paling greget juga di hadapan pengurus masjid yang nantinya kan memberikan penghargaan kepada para ustadz-ustadzah ter-.
Bukan terapi, karena ada yang sudah kelihatan necisnya setiap hari. Bukan terajin, karena saya pernah tak datang. Bukan terlucu, karena mau ngelucu saja sok wagu. Bukan juga tergalak, membentak saja tak tega rasanya. Terfavorit, ah itu ngimpi. Tetapi ternyata saja jadi ter.......
IMUT!
Haaaa?
Saya bingung, karena kategori macam ini belum pernah ada di tahun sebelumnya. Pun di tahun setelahnya. HAHA. Kocak pun membuat saya tersipu malu. Ah, saya tahu kunci mengapa saya bisa sukses besar mendapat label ini. Sebab saya punya pendukung yang loyal, adik-adik kecil itu sepertinya pendukung terbesar saya.
Saya tidak ingat, saya pernah maju karena dipanggil mendapat kategori ustadz/ustadzah ter- ini pada tahun berapa.
Terima kasih, saya tetap bangga!
*cerita ini real bukan hoaks, berikut adalah bukti pemungutan suara. Dari resolusi foto tersebut, bisa nebak ngga itu tahun berapa?*