Harapan saya tulisan-tulisan yang sudah dan akan dilahirkan, kelak bisa membantu meluruskan apa yang 'belok', menjadikan paham bagi yang tadinya awam, dan makin membuat 'seksi' bagi yang memang sudah mengerti. Ibarat menjadi seperti penerang, meski bukan senter tetapi hanya sebuah lilin kecil, tetap bermanfaat bukan?
Yang membuat menulis bidang kesehatan makin menarik..
Saya juga tidak pernah menduga bahwa ternyata tulisan saya turut mengundang adik-adik penerus bangsa jadi ikut tertarik menggeluti bidang yang sedang saya jalani. Menjadi sarjana gizi. Ya, entah berapa puluh orang adik-adik yang saya jawab pertanyaannya tanpa rasa bosan meski yang ditanyakan hampir seragam. Menjadi sarjana gizi di Indonesia mungkin memang tidak se-eksis tenaga kesehatan lain seperti bidan,dokter, ataupun perawat. Namun, percayalah menjadi seorang ahli gizi bisa menjadi langkah menjadikan Indonesia menjadi lebih baik. Karena pekerjaan terkait kesehatan terutama gizi, masih menemui masalah sampai saat ini. Masalah gizi ganda (double burden) masih jadi mimpi buruk negeri ini. Dan.. Selama manusia masih makan, gizi akan selalu menjadi pembicaraan. Percayalah!
Kembali soal tulisan-tulisan kesehatan, saya juga berterima kasih kepada tulisan itu sediri. Karena darisana mimpi-mimpi saya yang tidak dipikirkan sekalipun bisa terwujud, masuk di majalah sampai ke istana negara. Apa itu mungkin balasan dari negara?Anggap saja begitu, biar saya makin bahagia dan bersemangat. hihi.
Kedua, yang sudah , sempat berhenti dan akan dilanjutkan lagi : Menari untuk Mencintaimu
Dari belum mengenal bangku sekolah sampai saat ini saya sudah menjalani studi lanjut, ada satu hal yang masih sama rasa cinta saya padanya, Menari.
Semenjak taman kanak-kanak (tk), saya memang sudah meminta Mama untuk dimasukan dalam sebuah sanggar tari. Mungkin karena kakak saya waktu itu yang lebih dahulu menari, saya jadi ikut tertarik mempelajari. Ya, dari tk sampai masuk kelas enam adalah masa-masa dimana saya sedang rajin-rajinnya naik ke atas panggung, tujuh belasan. Haha.
Setelah masa itu, saya sempat merasa jadi pesimis dan takut lupa sebab saya tidak terlalu rajin menari ketika berseragam putih biru dan putih abu. Namun nyatanya momen-momen CLBK --cinta lama bersemi kembali- ternyata masih bisa terjadi, masa-masa rajin ke atas panggung terulang kembali ketika saya memasuki dunia perkuliahan, memasuki S1.
Memasuki dunia kuliah, saya bergabung dalam komunitas kesenian jawa tingkat universitas. Dari sana saya belajar banyak terutama soal kesenian jawa dari kakak-kakak yang memang sudah ahli dan memiliki jam terbang yang tinggi. Bukan hanya kesenian jawa saja sih, pernah juga mempelajari kesenian tari daerah lain seperti padang. Dari komunitas tersebut, saya benar-benar diajarkan cara mencintai bangsa Indonesia melalui kesenian dan kebudayaan. Ya...Betapa bangganya setiap pentas menampilkanmu!