Sewaktu saya membaca pengumuman soal tema flashblogging #Kompasiana17an , kebetulan saya sedang berada di perjalanan bersama Bapak dan Mama. Selesai membacanya sendiri, saya malah jadi refleks bertanya pada mereka berdua yang duduk dibangku paling depan.
"Pak,Mah..Apa ya, yang sudah teh ita (panggilan saya yang lain) lakuin untuk Indonesia?"
Kemudian bapak berkata, "Ya apa saja yang sudah teteh lakuin, kayak yang teteh udah jalani sekarang, yang teteh suka apa? Kayak nulis dan nari. Itukan bisa dijadikan contohnya.."
"Iya, apa yang udah teteh lakuin sesuai hobi teteh aja.", kata Mama menambahkan.
Saya terdiam, sembari mikir. Oh iya, barangkali dari dua hobi tersebut saya sudah pernah berbuat untuk Indonesia tercinta.
Aha! Terima kasih inspirasinya, Bapak dan Mama sayang. Muah :*
Pertama, yang sudah dan masih terus saya lakukan sampai hari ini : Menulis untuk Mengedukasi
Sejak bergabung di kompasiana, saya jadi benar-benar tahu dan merasakan bagaimana rasa kecanduan menulis. Padahal sebelumnya, ketika saya hanya mengurusi blog pribadi, saya tidak pernah merasakan nyesek sedikitpun jikalau tidak menulis lama-lama.
Dari kompasiana pulalah, saya mulai berani belajar menulis lebih serius yang tidak hanya mengandalkan tulisan 'menye-menye' berdasarkan dari curhatan pribadi. Karena semenjak masuk menjadi bagian kompasiana, saya mulai berani menulis yang bersifat ilmiah, yang sesuai dengan bidang yang saat ini saya jalani, apalagi kalau bukan soal kesehatan.
Ya, selain jurusan yang saya geluti memang bidang kesehatan, alasan kuat lain mengapa saya menulis kesehatan sampai hari ini adalah karena paling tidak 'usaha kecil' saya ini bisa ikut mengamalkan apa cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam Undang-undang dasar 45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Berat yee katan-katanya. Singkatnya menulis untuk mengedukasi gitu.
Alasan saya untuk menulis kesehatan makin kuat lagi ketika saya sadar bahwa saat ini banyak sekali konten kesehatan yang tidak bertanggungjawab, maksudnya banyak sekali informasi kesehatan yang diragukan dan justru jadi pedoman mereka yang memang masih awam padahal belum tentu itu benar dan banyaknya malah menyimpang.
Harapan saya tulisan-tulisan yang sudah dan akan dilahirkan, kelak bisa membantu meluruskan apa yang 'belok', menjadikan paham bagi yang tadinya awam, dan makin membuat 'seksi' bagi yang memang sudah mengerti. Ibarat menjadi seperti penerang, meski bukan senter tetapi hanya sebuah lilin kecil, tetap bermanfaat bukan?
Yang membuat menulis bidang kesehatan makin menarik..
Saya juga tidak pernah menduga bahwa ternyata tulisan saya turut mengundang adik-adik penerus bangsa jadi ikut tertarik menggeluti bidang yang sedang saya jalani. Menjadi sarjana gizi. Ya, entah berapa puluh orang adik-adik yang saya jawab pertanyaannya tanpa rasa bosan meski yang ditanyakan hampir seragam. Menjadi sarjana gizi di Indonesia mungkin memang tidak se-eksis tenaga kesehatan lain seperti bidan,dokter, ataupun perawat. Namun, percayalah menjadi seorang ahli gizi bisa menjadi langkah menjadikan Indonesia menjadi lebih baik. Karena pekerjaan terkait kesehatan terutama gizi, masih menemui masalah sampai saat ini. Masalah gizi ganda (double burden) masih jadi mimpi buruk negeri ini. Dan.. Selama manusia masih makan, gizi akan selalu menjadi pembicaraan. Percayalah!
Kembali soal tulisan-tulisan kesehatan, saya juga berterima kasih kepada tulisan itu sediri. Karena darisana mimpi-mimpi saya yang tidak dipikirkan sekalipun bisa terwujud, masuk di majalah sampai ke istana negara. Apa itu mungkin balasan dari negara?Anggap saja begitu, biar saya makin bahagia dan bersemangat. hihi.
Kedua, yang sudah , sempat berhenti dan akan dilanjutkan lagi : Menari untuk Mencintaimu
Dari belum mengenal bangku sekolah sampai saat ini saya sudah menjalani studi lanjut, ada satu hal yang masih sama rasa cinta saya padanya, Menari.
Semenjak taman kanak-kanak (tk), saya memang sudah meminta Mama untuk dimasukan dalam sebuah sanggar tari. Mungkin karena kakak saya waktu itu yang lebih dahulu menari, saya jadi ikut tertarik mempelajari. Ya, dari tk sampai masuk kelas enam adalah masa-masa dimana saya sedang rajin-rajinnya naik ke atas panggung, tujuh belasan. Haha.
Setelah masa itu, saya sempat merasa jadi pesimis dan takut lupa sebab saya tidak terlalu rajin menari ketika berseragam putih biru dan putih abu. Namun nyatanya momen-momen CLBK --cinta lama bersemi kembali- ternyata masih bisa terjadi, masa-masa rajin ke atas panggung terulang kembali ketika saya memasuki dunia perkuliahan, memasuki S1.
Memasuki dunia kuliah, saya bergabung dalam komunitas kesenian jawa tingkat universitas. Dari sana saya belajar banyak terutama soal kesenian jawa dari kakak-kakak yang memang sudah ahli dan memiliki jam terbang yang tinggi. Bukan hanya kesenian jawa saja sih, pernah juga mempelajari kesenian tari daerah lain seperti padang. Dari komunitas tersebut, saya benar-benar diajarkan cara mencintai bangsa Indonesia melalui kesenian dan kebudayaan. Ya...Betapa bangganya setiap pentas menampilkanmu!
Mimpi yang sedang saya ingin capai saat ini adalah kembali ke sanggar. Mumpung sedang tinggal di jogja yang dikenal sebagai kota budaya, smoga saya masih berkesempatan mencicipi bagaimana rasanya belajar menari yang benar-benar di kota kelahirannya.
***
Percayalah, dari hobi yang kamu sukai, kamu juga bisa berdampak dan membuat satu langkah. Langkah itu kecil? Tidak apa. Paling tidak kita sudah memulainya bukan? Karena semua warga Indonesia bisa berkontribusi untuk negaranya, tidak harus menunggu menjadi menteri apa lagi menjadi pengganti "Jokowi".
Dirgahayu RI ke-72!
Salam,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H