Sempat diawali keraguan orang tua, nyatanya adik tetap "kekeuh" meyakinkan. Dan benar, ia membuktikan bahwa inginnya bukan main-main,bukan omong kosong belaka.
Dari situ ada yang mulai kakak sadari, bahwa ternyata keberanianmu memang melebihi kedua kakak yang terdahulu. Untuk urusan homesick, ternyata kakakmu ini, yang sudah kuliah saja kalah. Jangankan sebulan, baru seminggu di perantauan saja bisa langsung pulang lagi.
***
Tidak terasa ya,dik..
Hari ini, setelah tiga tahun menemuh pendidikan masa-masa sekolah menengah atas,ternyata adik yang nginthilan, sudah tak kakak temukan lagi. Adik yang nangis karena tidak ikut diajak main, juga tak lagi.Adiknya kakak kini telah berubah jadi laki-laki yang jauh lebih mandiri dalam menentukan masa depannya. Salut.
Ya, nggak nyangka, ternyata adik yang sekarang mampu membuat jadi sebaliknya. Membuat kakak yang jadi nginthilan ketika adik diijinkan pulang, menjadi kakak yang nangisan ketika tahu bagaimana perjuanganmu meraih ingin dan impian. Apa ini yang disebut dengan karma? haha.
***
Seiring berjalannya waktu, entah berapa banyak orang yang sering keliru membedakan kami, mana yang kakak mana yang adik. Tapi bagaimana cara waktu mengubahnya, tetap tak ada yang bisa mengubah 'jabatan' masing-masing dari kami. Saya tetaplah menjadi kakak untuknya meski banyak orang tak percaya dan adik tetaplah menjadi adik kecil saya meski kini tubuhnya menjulang tinggi.
Dek, meski setiap kamu pulang kamu menghabiskan bensin, waktu disuruh isi pertamax malah premium, harusnya diisi penuh tapi malah cuma satu liter. NGGA PAPA, SAYANGKU MASIH SAMA!
Cerita bagaimana detail perjuangan adik akan saya bagikan di bulan november, setelah ia telah resmi jadi prajurit. Smoga :)
Salam,