[caption caption="Ilustrasi I www.records.asia"][/caption]Sebuah kesempatan menarik saya dapatkan di awal bulan ini. Tepat tanggal 1 Desember kemarin, saya bersama rekan kompasianer regional semarang turut menghadiri acara "BI goes to Campus bersama Net TV" yang diadakan di Gedung Serbaguna AKPOL Semarang. Menariknya seperti apa sih?
Meski menjadi kota yang paling akhir disinggahi, tidak sedikitpun mengurangi antusias peserta yang datang di acara ini. Karena bukan hanya bisa mendapat informasi dari orang-orang yang ahli dibidangnya saja, juga bisa bertemu dengan bintang tamu yang menghibur dan merupakan sosok idola anak muda kekinian, yaitu Pandji Pragiwaksono (standup comedian) dan Rizky Febian (penyanyi).
[caption caption="Twitter.com"]
Pun turut hadir sebagai pembicara lainnya adalah dari Zalora (Priyanto Lim), dari Kompasiana (Mas Isjet) yang menjelaskan bagaimana menulis kreatif di blog, dari Net TV (Dewi Laila) yang mengajarkan bagaimana membuat video yang baik dan tentunya juga Mbak Rahma Hayuningdyah yang merupakan moderator acara.
Singkatnya, acara ini diadakan untuk mengenalkan Gerakan Nasional Non Tunai atau GNNT pada masyarakat, yang lebih khususnya lagi menjadikan kalangan mahasiswa sebagai sasaran utamanya karena dianggap sebagai agen perubahan yang bisa menjadi contoh.
Maka tidaklah heran, acara yang dimulai sejak pukul sepuluh pagi tersebut memang cukup diminati dan didominasi oleh para peserta mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Semarang seperti Undip, Unnes, Unissula, Udinus dan masih banyak lagi.
Banyak hal menarik yang disampaikan oleh pembicara, seperti adanya himbauan dari presiden mengenai bantuan sosial yang mekanismenya diubah menjadi dalam bentuk kartu atau nontunai, dengan harapan kedepannya agar masyarakat menjadi lebih dimudahkan karena tidak perlu jauh-jauh mendatangi bank, tidak juga harus antre menunggu karena setiap uang yang masuk akan langsung masuk ke dalam rekening, yang apabila dibutuhkan bisa diambil kapan saja.
Gerakan NonTunai ini kedepannya juga diharap bisa dirasakan seluruh lapisan masyarakat, bahkan sampai ke pasar tradisional sekalipun.
Lalu Sekarang , Siapkah Kamu Menjadikan Non-Tunai Sebagai Bagian Gaya Hidup?
Saya pribadi, mulai mengenal transksi non tunai di akhir tahun 2012, dimana ketika itu saya resmi menyandang predikat baru menjadi Mahasiswa, yang mengharuskan saya menjadi jauh dengan orangtua. Apakah jenis non tunai yang saya pilih ? Apalagi kalau bukan yang card based , bernama ATM (Anjungan Tunai Mandiri)
Memang, pada waktu itu saya tidak membawa kartu atas nama saya pribadi, melainkan milik Ayah. Namun, seiring berjalannya waktu dan karena saya butuh rekening atas nama sendiri. Seingat saya di awal 2014, saya putuskan membuat ATM sendiri. Sewaktu itu membuat di temani Ibu. Hehe.
Ya, meski jarak dimana saya kuliah hanya memakan waktu dua jam saja dari rumah. Hampir tidak pernah orang tua memberika saya uang cash, rata-rata akan ditransfer tiap bulan. Dengan demikian, saya juga tidak perlu repot bolak-balik ke rumah hanya untuk mengambil uang.
Mudah? Jelas,banget.
Jika Sudah Kenal, Non-Tunai Akan Membuatmu Ketagihan
Dengan adanya non-tunai jugalah, saya pede untuk melakukan hal lainnya. Seperti melakukan pembelian di online shop, mengisi saldo untuk aplikasi online, juga tentunya membayar apapun yang bisa di non-tunaikan, seperti tiket kereta atau pesawat.
Ketiga hal itulah yang barang kali saya sering lakukan dari mulai awal kuliah dan berlanjut sampai sekarang ini. Seperti apa cerita lebih lanjutnya?
Ada NonTunai, Ngapain COD (Cash on Delivery) lagi?
Banyak barang yang sudah saya beli dari online shop. Dan rata-rata saya mengunakan transaksi nontunai via transfer ATM. Mungkin yang cash bisa dihitung jari tangan saja, paling kalau belinya di onshop teman sendiri.
Bahkan, dalam satu kota sekalipun, saya memilih mengeluarkan uang tambahan untuk jasa kurir, sekitar 5ribu rupiah, yang dimasukkan sekalian dalam pembayaran via transfer.
Kenapa? Karena COD-an juga butuh waktu dan saya juga masih banyak aktifitas lainnya yang harus dikerjakan. Belum juga nanti ada adegan saling mencari pakai baju apa, ciri-cirinya apa? Duh, kok kayaknya repot ya.
Yang baru-baru ini...
Saya barusan menjajal salah satu mall online yang iklannya sering dimana-mana, sebutlah Tokopedia. Kebetulan disanalah saya menemukan toko yang menjual bahan kertas tisu untuk membuket bunga, yang memang sedang saya cari dan sulit ditemukan didaerah saya tinggal.
Itu adalah kali pertama saya menggunakan jasa perantara seperti tokopedia, karena sebelumnya saya langsung komunikasikan pada pemilik online shop tanpa perlu adanya aturan-aturan yang harus dilewati, validasi ini itu.
[caption caption="Dokpri. Tahapan validasi"]
Ternyata tidak, mudah sekali kok. Ikuti saja apa yang diinstruksikan. Seingat saya, setelah melakukan pembayaran via transfer, saya disuruh untuk mengisi data untuk validasi seperti kode --yang dikirim ke nomor handphone yang terhubung di tokopedia-, juga menyantumkan gambar bukti pembayaran. Ribet? Nggak juga. Justru tahap ini yang membuat transaksi yang dilakukan aman, dan no tipu tipu.
Saat melakukan pembayaran di tokopedia, ada dua digit nomor unik yang letaknya di akhir. Nomor ini ternyata nantinya akan masuk menjadi saldo tambahan di tokopedia. Jadi selain membayar ,saya itu juga ngisi, meski beberapa rupiah saja sih.
Hanya mengingatkan. Karena nontunai ini juga uang, hanya bentuknya yang digital. Hati-hati juga diperlukan. Untuk menghindari penipuan, jangan transaksi di website yang tidak jelas, juga pastikan password yang kamu gunakan sulit di tebak orang. Kebanyakan dari dua itulah hacker mencari celah.
Saya Mendapat Kemudahan dan Keuntungan Dari Isi Saldo di Aplikasi Online
"Ini,aku bayar makanan pesenan go-food tadi ya..", sambil nyodorin beberapa uang sepuluh ribuan.
"Gak usah,udah aku bayar kok",kata saya
"haaa, kapan?"
"Iya,aku udah bayar dari semenjak kita pesen.. pakai saldo..dan free ongkir"
Semenjak kemunculan ojek berbasis online , dalam hal ini adalah Go-jek, saya banyak di mudahkan. Bukan hanya karena bisa mengantarkan saya kemana-mana. Juga karena adanya layanan Go-pay yang disediakan. Layanan yang memudahkan pembayaran pengguna go-jek yang berupa uang digital yang bisa diisi kapanpun,misal dengan mbanking.
Adanya Go-pay ini secara tidak langsung juga turut berperan dalam gerakan memperkenalkan nontunai. Ditambah lagi, seperti dilansir dari liputan6.com, Menurut CEO dan founder Go-Jek Nadiem Makarim, Go-Pay diketahui bisa berpengaruh juga pada efek psikologis dimana ketika pengguna memakai Go-Pay, karena hampir dapat dipastikan mereka enggan kembali bertransaksi secara tunai. Dilihat dari penggunanya hari ini saja sudah 1,5 kali lebih banyak daripada tunai.
Tidak kaget sih...
Pasalnya, banyak juga yang ditawarkan ketika menggunakan pembayaran via Go-pay. Salah satunya yang paling saya suka adalah free ongkir di beberapa tempat makan yang sudah bermitra dengan Go-jek. Dan membuat saya jarang bertransaksi tunai lagi, karena memang nyaman dengan layanan ini. Pun sepemikiran dengan Om di Jakarta yang sekarang lebih suka mengisi saldo daripada kasih uang tunai untuk ponakannya, saya. Hehe.
Kemudahan yang ditawarkan ini juga membuatnya mudah menular pada teman kos saya. Karena berhubung sedang tidak ada di satu tempat, teman kos sempat menanyakan saya via chat, bagaimana mengisi saldo lho.
Yakin masih tunai kalau gini?
[caption caption="Dokpri"]
Tidak Lagi Ada Kembalian Receh Apalagi Permen, Pas-in Aja!
[caption caption="Facebook.com"]
Biasanya saya gunakan ketika membeli sesuatu yang tidak banyak,seperti membayar cemilan di Minimarket, Minuman di Foodcourt, juga bisa untuk membayar Commuter Line dan Busway ketika saya sedang di Jakarta lho. Seingat saya, saldonya sampai saat ini masih ada, mungkin 20 ribuan. Awet ya, buat menghidari receh dan permen sih.
Yuk,Mulai Dari Dirimu Sendiri..
Pengguna nontunai di Indonesia bisa dibilang masih rendah jika dibandingkan dengan negara Asean lainnya. Padahal di tingkat dunia, kita bisa melihat kesuksesan Swedia. Pasalnya, Di negara tersebut angka perampokan bank turun drastis dari 110 di tahun 2008 menjadi 16 di tahun 2011. Semua bisa terjadi bukan karena keamanannya yang meningkat, tetapi karena kebanyakan Bank di Swedia tidak menangani uang tunai lagi.
Untuk itu mari dukung Bank Indonesia yang sudah sedari dua tahun belakangan atau tepatnya dari 14 agustus 2014 mencoba agresif memperkenalkan Gerakkan Nasional Non Tunai, GNNT. Tidak perlu jauh-jauh, mulailah dari diri sendiri untuk melakukannya
Karena Non-tunai, bukan cuma memudahkanmu saja, juga kamu dapat banyak keuntungan darinya. Percaya deh! Transaksi nontunai itu juga tanda negara telah maju. Masa' kamu gak mau turut memajukannya?
Kelak, bisa jadi hanya mas kawinmu yang dibayar tunai,lho. Lainnya, nontunaikan saja.
[caption caption="Kompasianer Semarang dan Mas Is l facebok.com"]
Salam,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H