Siapapun tak ada yang berharap putus pada hubungan. Namun, bagaimana jika dalam perjalanan "putus" jadi pilihan satu-satunya ?
Tidak ada yang bisa menjamin, apakah hubunganmu yang kamu jalani hari ini akan berlanjut sampai nanti. Karena hati manusia siapa tahu. Kecuali pemilik-Nya.
Kita memang tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok.Maka tak perlulah mencari tahu akan menjadi seperti apa,biar jadi misteri. Kita hanya cukup mengerti. Bahwa selalu ada risiko dari apa yang kita ambil. Termasuk ketika menjadi jatuh cinta yang menawarkan rasa sakit, saat harus menjadi putus.
Ikhlas. Barangkali modal yang harus dipunyai pada tiap hati yang menjadi putus. Karena putus cinta membutuhkan energinya untuk...
Membiasakan Kamu Melalui Hari-hari Tanpa Terima Kabarnya lagi
Pada awalnya, inilah sesuatu yang jelas terasa perbedaannya. Wajar, karena hari-hari sebelumnya, di tiap jam atau menit layar ponselmu tak pernah absen chat darinya. Lalu tiba-tiba jadi tak ada lagi, sama sekali.
Menanyakan kabar yang jadi rutinitas, jadi sesuatu yang gengsi. Dia tanpa kabarmu, pun kamu tanpa kabarnya. Aneh? Iya..Karena kalian sama-sama telah menjadi bagian dari kebiasaan.
Untuk itu, butuh kebiasaan juga untuk tanpa kabarnya. Dibantu ikhlas.
Menerima Bahwa Dia akan Mendapatkan Seseorang, tetapi Bukan Kamu
Dia sudah bukan satu-satunya untukmu lagi. Dia jadi mahluk bebas , mendekati siapa saja. Jadi,ketika dia lalu berusaha mencari penggantimu,kamu tak berhak jadi cemburu.
Hargai usahanya dengan tak mencampuri urusannya. Biar dia memilih yang nyaman dihatinya. Dan kamu , jika dia bisa begitu, kamu juga dong.
Bukankah cari pengganti memang selalu jadi obat ampuh setelah putus cinta? Eits..tak perlu buru-buru juga.
Menjadi Lebih Baik, Bumi Masih Berputar Meski Kamu Putus
Putus bukan kutukan yang membuat buruk hari-harimu kemudian. Sebaliknya, dari putuslah kamu diberi kesempatan memahami diri sendiri dan perasaan.
Jika ingin menangis. Silakan nikmati. Karena wajarnya orang yang kehilangan,pasti sedih. Sebaliknya jika tak jadi sedih perlu ditanyakan. Jangan-jangan cinta memang tak pernah benar singgah.
Ilmu ikhlas itu memang sulit. Tetapi universitas kehidupan mengajarkannya. Pun ketika kamu menerima pelajaran putus.
Belajarlah dari yang ditawarkan momen putus. Jangan hanya meronta sakitnya. Hargai sakit itu,karena ia berharga. #ehkokiklan
Tulisan ini bukan berarti saya serba tahu soal cinta. Apalagi disangka-sangka konsultan. Guru terbaik adalah pengalaman,bukan?
Salam,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H