Sore hari, saya segera mencari batik. Tidak perlu waktu lama, langsung menemukan , sreg (cocok) dan ambil. Suatu fenomena yang jarang-jarang terjadi lhoh.
See you Pak Jokowi!
Sabtu pagi , pukul empat pagi saya sampai di Jakarta dengan perasaan yang terlalu luar biasa. Rencana dua hari disini sepertinya akan menyenangkan dan memberi kesan yang dalam. Bertemu dengan kompasianer –penulis kompasiana- pun bertemu dengan orang nomor satu di Indonesia, Presiden yang tidak ada dalam rundown acara saya sebelumnya. Tidak. Saya tidak sendiri. Ada sembilan puluh sembilan yang juga memiliki kesempatan yang sama dengan saya.
Dua bus yang akan mengantar kami sudah berjajar dari pukul sepuluh pagi. Seperti hendak berwisata, kami memilihi bangku dengan leluasa, dengan pasangan teman ngobrol yang bebas dipilih juga. Dan saya duduk dengan Mbak Citra- yang baru saya benar-benar temui dan kenal beberapa jam lalu di kompasianival.
Sekali lagi, persis seperti hendak berwisata. Sebelum bus melaju kami dipanggil satu per satu, di absen. Setelah semua lengkap, bus mulai berjalan menelusuri jalanan Jakarta di hari sabtu yang agak lengang.
Istana Negara..
Akhirnya sampai. Bus diparkir.Kami turun satu per satu. Memang wajar jika ada perlakuan yang spesial bagi siapa saja yang ingin menemui orang nomor satu. Seperti kami yang harus diperiksa sampai dua kali. Demi pengamanan. Selain itu, kami pun harus rela meninggalkan segala macam gadget atau kamera. Menghindari foto-foto di dalam istana yang bikin betah selfie, bisa jadi. Semua tas diamankan. Kami hanya bawa jiwa dan raga saat memasuki istana.
Meja-meja berbentuk lingkaran sudah ditata rapi. Cahaya lampu membuat suasana makin mewah. Di dinding terpampang lukisan para presiden sebelumnya. "Oh, seperti ini dalamnya istana negara?", tanya saya sendiri.
Kami bebas memilih tempat duduk dimana saja. Di meja pun sudah tersedia perlengkapan sendok garpu dan segelas air minum, yang siap menyambut. Saya duduk di meja nomor dua, kalau tidak salah. Dari sini, saya menduga duga dapat melihat Presiden Jokowi dengan jelas.
Pukul 12.00. Sosok berkemeja putih muncul dan makin mendekat. "Itu Jokowi? Tinggi ya", ceplos saya sendiri. Tanpa dikomando, kami berderet. Ingin berjabat, termasuk saya. Giliran tangan saya, speechless.
Awalnya saya mengira presiden akan memberikan kata sambutan. Tetapi malah menyuruh kami untuk mengambil makan terlebih dahulu. "Ini, yang nyuruh presiden?", batin saya lagi. hehe.