Ketika Kebutuhan Rokok Lebih Penting dari Makan
Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan seorang pasien yang memiliki keluhan sesak nafas (dyspnea). Sebut saja Tuan N, berusia 64 tahun. Waktu saya temui, beliau terlihat berbaring lemas dan terpasang alat bantu bernafas (selang oksigen). Meski dalam kondisi yang lemas, beliau masih dalam keadaan compos mentis / sadar normal. Setelah saya membaca diagnosis medis, beliau didiagnosis PPOK ( Penyakit Paru Obstruktif Kronis) .
Setelah menanyakan keluhannya, saya mulai mencoba melakukan skrinning gizi untuk mengetahui berisiko malnutrisi atau tidak. Beberapa pertanyaan yang dapat mewakili risiko pasien pun dijawabnya, dan hasilnya Tn N memiliki risiko untuk malnutrisi karena adanya penurunan berat badan yang tidak dikehendaki dan penurunan nafsu makan beberapa akhir ini.
Meski dalam keadaan lemas, beliau mengiyakan untuk ditimbang berat badannya. Mungkin penasaran, karena tidak pernah ditimbang sejak lama. Berat badannya hanya 51 kilogram. Menurut pengamatan anaknya, semenjak sakit Tn N memang terlihat makin kurus dan beliau pun mengakui bahwa bajunya kini makin terasa longgar.
Berlanjut ke tahapan selanjutnya, saya pun mulai mengkaji lebih dalam dan mencoba menelusuri masa lalunya. Kebiasaan makan sebelum sakit menunjukan beliau memang kurang asupan baik dari segi makro dan mikro. Beliau juga mengaku lebih suka meminum kopi ketimbang air minum, dan dalam sehari empat gelas bisa beliau habiskan. Meski riwayat penyakit sebelumnya dan keluarga disangkal. Faktor utama yang dapat menjadi pencetus munculnya penyakit ini adalah kebiasaan merokoknya, yaitu sebanyak 2-3 bungkus/hari.
Awalnya saya sempat tak percaya dengan apa yang beliau katakan. Namun diperkuat pernyataan keluarga yang ada disana, saya tak bisa menyangkalnya juga. Pendapatan yang hanya 60.000/hari sebagai pekerja kasar tidak membuatnya berhenti merokok. Sesekali saya menggoda istri beliau , “Jadi, 60 ribu itu belum di potong rokok ya bu?”. Ibu tersebut hanya tersenyum dan mengiyakannya.
Saya percaya, semua tahu bahaya rokok itu apa. Begitupun Tn N yang saya tanya,“Selama ini bapak tahu bahaya rokok?”.
“Iya tahu..”, jawabnya.
“kalau gak makan gapapa, tapi kalau gak ngerokok malah lemes”, anak laki-lakinya menambahkan.
***
Karena Merokok
Merokok adalah salah satu penyebab kematian di seluruh dunia. Penyakit jantung koroner, kanker paru dan penyakit paru obstruktif kronis adalah contoh penyakit yang dapat disebabkannya..
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran pernapasan dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel gas yang beracun dan berbahaya. Kebiasaan merokok merupakan penyebab penting dan utama dalam kasus ini.
Namun , bukan berarti hanya berisiko bagi si perokok , pun bagi perokok pasif. Faktor lainnya bisa juga terjadi akibat sering terpapar polusi dalam waktu yang lama. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sering ditemukan di Indonesia dan lebih banyak terjadi pada pria karena pria lebih banyak yang merokok.
Jika Sudah PPOK,Bagaimana?
Pada pasien PPOK, risiko terjadi malnutrisi memang tidak bisa dihindarkan. Adanya peningkatan kebutuhan energi , karena kondisi fisiologis seperti adanya sesak napas menjadi salah satu penyebabnya. Otot-otot pernafasan pada penderita PPOK memerlukan 10 kali kalori lebih banyak daripada orang tanpa PPOK.
Dalam hal ini pun pemberian diet pasien perlu diperhatikan, karena pemberian diet tinggi karbohidrat justru dapat menjadi memperparah kondisinya. Hal ini disebabkan karena pada pembakaran karbohidrat akan menghasilkan karbondioksida yang perlu dikeluarkan juga. Ada baiknya bagi penderita PPOK mendapatkan terapi diet rendah karbohidrat tinggi lemak.
Kebutuhan protein diberikan pada umumnya. Protein dapat mencegah pemecahan otot dan menjaga kekuatan paru-paru. Pembatasan natrium pun perlu diperhatikan agar tubuh tidak mengalami resistensi cairan (penahanan cairan) yang kemudian malah akan menjadi faktor penyulit bernafas. Selain itu, pada perokok asupan mikronutrien utamanya vitamin yang dapat menjadi antioksidan perlu ditingkatkan. Vitamin C adalah salah satu vitamin yang dibutuhkan bagi para perokok. Radikal bebas yang diakibatkan dari rokok akan menyebabkan stress oksidatif (jumlah radikal bebas yang berlebihan dan dapat merusak sel) dalam tubuh perokok.
Penelitian menunjukkan bahwa orang merokok 1 bungkus sehari membutuhkan vitamin C 16 mg sehari, sedangkan yang merokok 2 bungkus memerlukan 32 mg.Selain itu vitamin C berguna juga untuk daya tahan tubuh.
***
“Jadi apakah bapak masih merokok hari ini?”
“sama sekali tidak pernah lagi dong, Mbak”
Untuk mengerti dan menyayangi tubuh sendiri, tidak perlu menunggu masuk rumah sakit,lho. Rokok Itu Murah, Tetapi Sehat Bukan Hal "Murahan"!
Salam sehat
Listhia H Rahman
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI