Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FAPI] Sasikirana, Si Murid Kelas Tiga

6 Juli 2015   23:17 Diperbarui: 6 Juli 2015   23:17 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Listhia, No 81


Gelap. Tidak ada yang bisa aku lihat. Hingga aku sadar, ketika lampu sorot itu menuju padaku.Silau.

“Silakan peserta selanjutnya, nomor 27 tunjukkan bakatmu!”

“Peserta?” batinku sembari menormalkan pupil yang mendapat serangan cahaya mendadak.

Pengelihatanku mulai terbiasa dengan keadaan ini dan di deretan terdepan terlihat tiga orang duduk berderetan di meja panjang. Mereka para jurinya. Salah satu orang perempuan yang duduk ditengah menyalakan microphone-nya. Rohana, penyanyi yang tidak diragukan kualitas suaranya.

“Ayo..kamu tunggu apa lagi,” katanya terselip semangat untukku yang masih linglung di atas panggung 16 x 7 meter ini.

“Baik,saya akan menyanyikan sebuah lagu dari Demi Lovato, Let it Go!”

Musikpun mulai diputar dan microphone di depanku mengajak untuk lebih dekat. Sepanjang musik sampai akhir, suaraku mendadak  merdu, semua orang menikmatinya. Selangkah lagi label penyanyi terkenal seperti Rohana akan aku dapatkan. Musik berakhir, berganti riuh rendah suara tepuk tangan penonton didepanku. Aku membungkuk memberikan salam penghormatan dan lampu sorot itu kembali mengagetkan pupilku.

***

“Dok..tanda vital pasien sudah stabil !”, kata seseorang berbaju hijau operasi .

Tunggu,kali ini aku tidak berada di panggung, melainkan ruangan bercat putih dengan lampu mengantung begitu dekat. Di depanku bukan lagi para juri melainkan pasien yang butuh dioperasi.

“Dokter harus segera melakukan operasi cito, pasien ini sudah gawat dok!”

“ Sudah lakukan anestesi?”

“Sudah dok”

“Pisturi? Incisi sampai persis di atas lapisan peritoneum”, kemudian rongga perut pasien dihadapanku pun mulai terbuka.

“Dokter, kali ini pasien mengalami pendarahan” , suara baju hijau yang kini mulai panik.

“Segera evakuasi, suction darah..”

 “Dokter, tanda vital pasien menurun dok..nadi menurun hingga 62 , tekanan darah makin turun.. dok..”

Ku pandangi layar monitor disebelahku yang mulai malas membuat garis naik turun dan memilih datar.

“Operasi pertamaku....!”

***

Bruuukkkkk!

Ah rupanya tangan kananku tak pernah kuat menjadi penyangga impianku.

Namaku Sasikirana, murid kelas tiga SD – impianku banyak. Kelas satu aku ingin jadi guru seperti Ibu atau tentara yang membawa senjata kemana-mana, kelas dua aku ingin menjadi pemadam kebakaran tapi pilot sepertinya lebih asyik . Dan di bangku kelas tiga ini aku ingin menjadi penyanyi terkenal ketimbang dokter karena aku belum pintar.

Sudah dulu ya, ibu guru sebentar lagi masuk ke kelasku!

 

Bahagia menjadi anak kecil adalah bebas menjadi apa saja, semaunya.

Apa impianmu semasa kecil dulu?

 

NB :

cito : segera, jika tidak dapat mengancam nyawa

anestesi : pembiusan

peritoneum : membran yang melapisi organ perut

pisturi : pisau bedah

incisi : irisan

suction : sedot

 

Ilustrasi

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community disini

 

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun