Listhia, No 81
Gelap. Tidak ada yang bisa aku lihat. Hingga aku sadar, ketika lampu sorot itu menuju padaku.Silau.
“Silakan peserta selanjutnya, nomor 27 tunjukkan bakatmu!”
“Peserta?” batinku sembari menormalkan pupil yang mendapat serangan cahaya mendadak.
Pengelihatanku mulai terbiasa dengan keadaan ini dan di deretan terdepan terlihat tiga orang duduk berderetan di meja panjang. Mereka para jurinya. Salah satu orang perempuan yang duduk ditengah menyalakan microphone-nya. Rohana, penyanyi yang tidak diragukan kualitas suaranya.
“Ayo..kamu tunggu apa lagi,” katanya terselip semangat untukku yang masih linglung di atas panggung 16 x 7 meter ini.
“Baik,saya akan menyanyikan sebuah lagu dari Demi Lovato, Let it Go!”
Musikpun mulai diputar dan microphone di depanku mengajak untuk lebih dekat. Sepanjang musik sampai akhir, suaraku mendadak merdu, semua orang menikmatinya. Selangkah lagi label penyanyi terkenal seperti Rohana akan aku dapatkan. Musik berakhir, berganti riuh rendah suara tepuk tangan penonton didepanku. Aku membungkuk memberikan salam penghormatan dan lampu sorot itu kembali mengagetkan pupilku.
***
“Dok..tanda vital pasien sudah stabil !”, kata seseorang berbaju hijau operasi .
Tunggu,kali ini aku tidak berada di panggung, melainkan ruangan bercat putih dengan lampu mengantung begitu dekat. Di depanku bukan lagi para juri melainkan pasien yang butuh dioperasi.
“Dokter harus segera melakukan operasi cito, pasien ini sudah gawat dok!”
“ Sudah lakukan anestesi?”
“Sudah dok”
“Pisturi? Incisi sampai persis di atas lapisan peritoneum”, kemudian rongga perut pasien dihadapanku pun mulai terbuka.
“Dokter, kali ini pasien mengalami pendarahan” , suara baju hijau yang kini mulai panik.
“Segera evakuasi, suction darah..”
“Dokter, tanda vital pasien menurun dok..nadi menurun hingga 62 , tekanan darah makin turun.. dok..”
Ku pandangi layar monitor disebelahku yang mulai malas membuat garis naik turun dan memilih datar.
“Operasi pertamaku....!”
***
Bruuukkkkk!
Ah rupanya tangan kananku tak pernah kuat menjadi penyangga impianku.
Namaku Sasikirana, murid kelas tiga SD – impianku banyak. Kelas satu aku ingin jadi guru seperti Ibu atau tentara yang membawa senjata kemana-mana, kelas dua aku ingin menjadi pemadam kebakaran tapi pilot sepertinya lebih asyik . Dan di bangku kelas tiga ini aku ingin menjadi penyanyi terkenal ketimbang dokter karena aku belum pintar.
Sudah dulu ya, ibu guru sebentar lagi masuk ke kelasku!
Bahagia menjadi anak kecil adalah bebas menjadi apa saja, semaunya.
Apa impianmu semasa kecil dulu?
NB :
cito : segera, jika tidak dapat mengancam nyawa
anestesi : pembiusan
peritoneum : membran yang melapisi organ perut
pisturi : pisau bedah
incisi : irisan
suction : sedot
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community disini
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H