Melalui Lensa Filsafat Bahasa Biasa: Eksplorasi Makna dalam Puisi โPada Suatu Hari Nantiโ Karya Sapardi Djoko Damono
Oleh:
Lisni dan Vera Sardila
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Abstrak
Kajian ini menelusuri hubungan antara filsafat bahasa sehari-hari dengan puisi Sapardi Djoko Damono โPada Suatu Hari Nantiโ yang menekankan pada pengungkapan konsep-konsep abadi melalui bahasa sehari-hari. Analisis menggunakan teori Sidi Gazalba dan John Langshaw Austin, merinci penerapan bahasa biasa dalam puisi, menyoroti keindahan makna filosofis. Meskipun dengan fokus teori filsafat bahasa, penting mempertimbangkan konteks sosial dan budaya dalam interpretasi puisi. Hasil penelitian memberikan wawasan tentang peran bahasa dalam menggambarkan kehidupan, kematian, dan warisan kreatif. Penelitian selanjutnya disarankan mengeksplorasi konteks sastra dan budaya.
Kata kunci: Filsafat Bahasa, Puisi, Keabadian, Makna Filosofis.ย
Abstract
This research explores the relationship between ordinary language philosophy and the poem "In One Day Later" by Sapardi Djoko Damono, emphasizing the concept of eternity through everyday language. Analysis using the theories of Sidi Gazalba and John Langshaw Austin, details the application of ordinary language in poetry, highlighting the beauty of philosophical meaning. Even with a theoretical focus on the philosophy of language, When interpreting poetry, it is important to consider social and cultural context. The research results provide insight into the role of language in depicting life, death and creative legacy. It is recommended that further research explore literary and cultural contexts.
Key words: Philosophy Of Language, Poetry, Eternity, Philosophical Meaning.
PENDAHULUAN
Menurut (Suharianto 1981:12), puisi adalah hasil pengungkapan kembali seluruh peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan puisi adalah karya sastra yang di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa kebahasaan yang disaring semata-mata untuk mengungkapkan kepribadian dalam bentuk yang benar dan selaras dengan watak yang diungkapkannya. Bahasa asli berbagai karya sastra tersebut diatur oleh ritme, rima, meteran, dan sistem puisi lainnya (Setiawan, 2019:1). Puisi Sapadi Djoko Damono โPada Suatu Hari Nantiโ menjadi fokus penelitian karena dianggap sebagai karya sastra Indonesia yang tidak hanya mengandung keindahan bahasa, namun juga mengandung lapisan makna filosofis yang mendalam.
Teori hermeneutika berasal dari kata โHermeneutikaโ (Yunani) yang secara harafiah berarti โpenjelasanโ atau โpenafsiranโ (Hamidi, 2011:71). Dalam membangun analisis ini, teori hermeneutika diadopsi sebagai kerangka metodologis. Hermeneutika memberikan landasan untuk mengeksplorasi makna dalam konteks teks sastra, khususnya puisi, dan memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah, filsafat, dan filsafat bahasa sehari-hari. Melalui pendekatan ini, analisis puisi diharapkan dapat menghasilkan pemahaman yang lebih menyeluruh dan mendalam terhadap konsep dan pesan yang ingin disampaikan penyair.
Dalam rangka memahami kedalaman puisi ini, pertanyaan utama penelitian melibatkan sejarah dan ilmu filsafat, serta penerapan filsafat bahasa biasa. Pertama, apa yang dimaksud dengan filsafat bahasa biasa?. Kedua, bagaiamana analisis dan penerapan filsafat bahasa biasa dalam puisi โpada suatu haru nantiโ karya Sapardi Djoko Damono?.
Tujuan utama analisis ini adalah untuk memperdalam pemahaman tentang apa itu filsafat bahasa biasa dan untuk mengetahui makna puisi โPada Suatu Hari Nantiโ karya Supadi Djoko Damono melalui sudut pandang filsafat bahasa biasa. Selanjutnya, tujuan analisis adalah menggali dan memahami bagaimana Sapardi Djoko Damono menggunakan filsafat bahasa biasa dalam memperkaya makna puisinya, dengan melihat pemilihan kata-kata dan struktur bahasa sehari-hari.
PEMBAHASAN
A. Filsafat Bahasa Biasa
Sidi Ghazalba berpendapat bahwa filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematis, mendasar dan universal guna menemukan kebenaran, hakikat dan hakikat segala yang ada (Sumanto, 2017:21). Santoso berpendapat bahwa bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan secara sadar oleh alat vokal manusia. Filsafat bahasa dapat dibagi menjadi dua kategori besar: Pertama, para filsuf memperhatikan bahasa ketika menjelaskan berbagai objek filsafat. Kedua, kita akan fokus pada kajian filsafat bahasa sebagai objek filsafat material, seperti filsafat hukum, filsafat seni, filsafat humaniora, dan agama. Rizal Muntazyir berpendapat bahwa filsafat bahasa adalah kajian mendalam tentang bahasa yang digunakan dalam filsafat untuk membedakan pernyataan filosofis yang bermakna dan yang tidak bermakna (Sumanto, 2017:20).
Menurut Austin, penggunaan bahasa tidak lepas dari konteks tertentu, yaitu ketika ujaran diungkapkan dan fenomena yang dimaksudkan oleh ujaran tersebut (Wibowo, 2006:50). Konsep bahasa biasa dalam filsafat Gilbert Ryle mempunyai implikasi ideologis sebagai berikut: Pertama, tugas filsafat adalah menganalisis bahasa dengan tekun, yang berarti menghindari kesalahan kategori. Seperti seorang kartografer, seorang filsuf mengidentifikasi suatu konsep berdasarkan lokasi dan koordinatnya yang tepat. Kedua, mendeskripsikan suatu konsep dalam kerangka pembedaan antara pernyataan prestasi dan pernyataan misi. Ketiga, konsep dianalisis dalam kerangka pembedaan pernyataan disposisional dan aksidental (Hilal, 2019:225).
B. Analisis dan Penerapan Filsafat Bahasa
Filsafat bahasa biasa dan puisi saling melengkapi dalam upaya mereka untuk memahami dan mengungkapkan makna melalui bahasa. Sementara filsafat bahasa biasa membantu kita memahami struktur dan penggunaan bahasa dalam konteks sehari-hari, puisi memperluas batas-batas bahasa untuk menciptakan makna yang lebih dalam dan emosional.
Puisi adalah genre sastra yang bahasanya dibatasi oleh ritme, dimensi, dan susunan baris atau bait. Suroto (1989:40) menyatakan dalam (mazda, 2021:80) puisi adalah suatu karya yang singkat, padat dan terfokus. (Pradopo 2007:2) mengemukakan bahwa puisi adalah karya yang estetis dan bermakna, bukan sekedar sesuatu yang kosong dan tidak bermakna. Valuyo (2002:1) berpendapat bahwa puisi adalah karya sastra yang bahasanya ringkas, panjang jelas, irama, kesatuan nada, dan penggunaan kata-kata metaforis.
"Pada Suatu Hari Nanti" adalah puisi yang ditulis pada tahun 1991 oleh Sapadi Djoko Damono. Puisi ini terkenal dengan keindahan prosanya yang menyentuh hati pembacanya sejak pertama kali membacanya. Walaupun bahasa puisi ini sederhana, namun maknanya sangat mendalam. Adapun analisis puisi ini, yakni:
Bait pertama:
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada bait pertama, penulis seolah ingin menceritakan kepada kita bahwa ketika ajalnya datang dan jasadnya lenyap, ia tetap tidak akan meninggalkan orang yang dicintainya, sehingga memberikan kesan yang sangat romantis dan gambaran kesetiaan, bahkan kematian itu sendiri pun tidak ampu memisahkan dirinya dari kekasihnya menunjukkan betapa penulis sangat mencintai kekasihnya.
Bait kedua:
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak iniย
Kau akan tetap kusiasati
Pada bagian kedua, penulis seolah sedang bercerita meski suatu saat suara kekasihnya tak terdengar lagi, ia akan mencari cara agar kekasihnya selalu melihatnya di sisinya dan tak pernah pergi. kekasih tidak akan merasa kesepian.
Bait ketiga:
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,ย
Namun di sela-sela huruf sajak ini,ย
Kau tak akan letih-letihnya kucari.
Pada bagian ketiga, penulis seolah-olah sedang menceritakan kisah ini, mungkin orang lain akan melupakannya setelah kematiannya, namun ia yakin akan selalu dikenang oleh kekasihnya, dan ia akan membentuk dirinya dalam setiap puisinya. Memberikan perasaan bahwa dia beruntung bisa berada di sisi pacarnya sepanjang waktu.
Dengan menggunakan teori filsafat bahasa biasa, kita juga dapat menganalisis puisi โPada Suatu Hari Nantiโ karya Sapadi Djoko Damono, puisi ini lebih menyampaikan kepada pembaca atau masyarakat bahwa kematian akan datang, kapan pun dan di mana pun berada. Menginspirasi atau menyadarkan manusia. bahwa kematian pasti akan menimpa kita, dan semua orang pasti akan meninggalkan dunia fana ini. Selain itu puisi ini juga bermakna agar manusia selalu berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain sebelum meninggal dunia. Tujuannya agar kebaikan yang dilakukannya dapat ditiru oleh banyak orang. Dengan cara ini , dia akan selalu dikenang oleh banyak orang. Langsung, dan yang kedua adalah mengungkapkan makna melalui ekspresi. Dalam puisi ini, pengarang seolah mengirimkan isyarat kepada kekasihnya. Jika suatu saat dia pergi, dia tidak akan membiarkan kekasih merasa kesepian atau sendirian. Dari sini kita tahu bahwa inti dari puisi ini untuk menggambarkan pengalaman seseorang. Kematian, apa yang ingin dia berikan, apa yang dia inginkan. ujarnya (Naufal, 2022:28).
Puisi ini mengindikasikan bahwa melalui bahasa, elemen-elemen yang menggambarkan keberadaan manusia tetap ada bahkan setelah tubuh fisik menghilang. Dalam filsafat bahasa biasa, bahasa dianggap sebagai wadah yang memungkinkan ide dan makna tetap hidup, memberikan kesan bahwa meskipun kefanaan fisik menghilang, keabadian dapat ditemukan dalam wujud bahasa dan sajak.
Dengan kejelasan bahasa dan ekspresi emosional, puisi ini menciptakan efek langsung terhadap pembaca. Pembaca diundang untuk merenung tentang kehidupan, kematian, dan makna warisan kreatif. Analisis ini mengilustrasikan bagaimana bahasa sehari-hari dan interpretasi mendalam dapat bersatu, menciptakan karya yang dapat dirasakan oleh pembaca dalam konteks pengalaman hidup mereka sendiri.
KESIMPULAN
Dalam penelitian ini, kami mendalami konsep filsafat bahasa biasa dan penerapannya dalam puisi, dengan fokus pada puisi โPada Suatu ย Hari Nantiโ karya Sapadi Djoko Damono. Filsafat bahasa sehari-hari yang dikemukakan oleh Sidi Gazalba dan John Langshaw Austin menekankan pentingnya menganalisis bahasa secara mendalam untuk memahami konsep filosofis dan fenomena sehari-hari. Pemahaman ini cocok untuk analisis puisi, di mana bahasa sehari-hari digunakan secara hati-hati untuk mengungkapkan makna emosional yang mendalam. Puisi menjadi sarana untuk memperluas batas-batas bahasa, menciptakan pengalaman estetis, dan memperkaya pemahaman kita tentang kehidupan, kematian, dan warisan kreatif.
Perlu mempertimbangkan pengaruh konteks sosial dan budaya pada interpretasi puisi dengan menyertakan perspektif teori sastra dan analisis budaya. Serta, penelitian lebih lanjut mengenai konsep filsafat bahasa biasa dalam konteks sastra dapat memberikan wawasan lebih mendalam. Disarankan untuk terus mengeksplorasi dan menganalisis karya sastra dengan pendekatan filosofis guna memperkaya pemahaman tentang hubungan antara bahasa, filsafat, dan kreativitas manusia.
DAFTAR RUJUKAN
Damono, S, D. (2001). Mata Jendela. Yayasan Indonesia.
Hamidi, J. (2011). Hermeneutika Hukum. Universitas Brawijaya Press (UN Press).
Hilal, M. (2019). Filsafat Bahasa Biasa Gilbert Ryle Dan Relevansinya Dengan Konsep Pendidikan Karakter Di Indonesia. Jurnal Filsafat, 29(2), 225.
Mazida, L, E., D. (2021). Analisis Gaya Bahasa Dalam Puisi Pada Suatu Hari Nanti Karya Sapardi Djoko Damono: Tinjauan Pustaka. Jurnal Arkhais, 12(2), 80.
Naufal, M, L, S., D. (2022). Kritik Sosiologis Dalam Puisi โPada Suatu Hari Nantiโ Karya Sapardi Djoko Damono Menggunakan Pendekatan Ekspresif.ย Jurnal Education, 2(2), 26โ27.
Rahmawati, M. (2021). Kajian Struktualisme Puisi โPada Suatu Hari Nantiโ Karya Sapardi Djoko Damono. WodPress.Com. https://telitimenulis. wordpress.com/2021/02/21/kajian-strukturalisme-puisi-pada-suatu-hari-nanti-karya-sapardi-djoko-damono/
Setiawan, K, E, P., & A. (2019).ย Strategi Ampuh Memahami Makna Puisi. Eduvision.
Sumanto, E. (2017). Hubungan Filsafat Dengan Bahasa. Jurnal El-Akbar, 6(1), 20โ21.
Supriatin, S, S, E. (2020). Kajian Makna Puisi Keagamaan. Guepedia.
Wibowo, W. (2006).ย Berani Menulis Artikel. Gramedia Pustaka Utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H