Mohon tunggu...
Lisna Wati
Lisna Wati Mohon Tunggu... Lainnya - a working mom, exploring the depths of language

Writing and Story Telling Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cerita PNS Gen Z: Kerjanya Nyaman, Mental Health Tetap Jalan, Tak Masalah Soal Cuan

16 Juni 2024   23:54 Diperbarui: 17 Juni 2024   00:05 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source; Canva design by Lisna

"Work for the Mass pengennya. Makanya kepikiran jadi PNS atau di NGO". Ucap Rendi (27). 

Pria kelahiran 1997 ini sekarang berhasil mewujudkan keinginannya untuk bekerja menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) di sebuah Lembaga Negara di Jakarta. Tidak hanya itu, sebagai Gen-Z, ternyata rendi berhasil mematahkan anggapan orang tentang stigma "malas" yang melekat di kalangan ini. Pilihan karir yang dibuatnya juga bukan hanya sekedar "cari nyaman dan aman". Tetapi niat untuk bermanfaat bagi banyak orang.

Rendi yang bekerja di bidang pelayanan publik, sehari -- harinya menerima aduan dari masyarakat tentang berbagai permasalahan. Pengalamannya menerima aduan, menempanya secara mental. Bagaimana tidak? Rendi bilang, dia pernah mendapat ancaman dari pengadu yang merasa aduannya sangat lama ditangani.

"Jadi waktu itu kebetulan aku terima aduan dari seorang bapak -- bapak yang jauh datangnya dari Kalimantan. Dia ancam akan viralkan karena penanganan aduannya dirasa lamban. Kaget sih awalnya, karena belum pernah ya dengar ancaman begitu. Tapi lama -- lama jadi lebih kuat sih mentalnya".

Rendi menyadari, bekerja di bidang pelayanan publik sangat erat kaitannya dengan ujian sabar. Berbagai karakter manusia harus siap dihadapi. Kadang lelah, belum lagi jika kita punya persoalan pribadi yang mengganggu konsentrasi kerja.

Gaji kecil, jajan kopi pake mikir 

Jika berkarir tujuannya untuk cari cuan, lalu bagaimana kondisi cuan dengan jadi PNS?

"Ya lumayanlah. Hidup di Jakarta, masih tinggal sama orang tua, dan bukan jadi generasi sandwich. Tapi gak bisa bermewah -- mewah juga".

Rata-rata, orang berminat jadi PNS karena jaminan hari tua, pendapatan aman, dan kerjanya pun nyaman. Slogan Gen-Z tentang work-life, balance juga sebetulnya bisa banget diterapkan jika kita berprofesi sebagai PNS. Iklim kerja yang cenderung statis, dengan ritme waktu kerja dari jam 8 sampai 4 sore membuat para PNS ini masih memiliki cukup waktu untuk mengerjakan hal -- hal lain diluar pekerjaannya. Tapi jika ditanya perihal cuan, mari kita lihat dulu penghasilan Azis dan kawan -- kawannya sesame PNS ini.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) 15/2019. Besaran gaji pokok PNS berjenjang sesuai golongan dan lama masa kerja atau masa kerja golongan (MKG) kurang dari 1 tahun hingga 27 tahun, kurang lebih angkanya sebagai berikut:

Gaji terendah PNS adalah golongan 1a yang merupakan lulusan SD-SMP, nilainya di rentang Rp 1,56 juta hingga Rp 2,33 juta;

Gaji PNS golongan II alias lulusan SMA dan D-III, gaji terendah berada di rentang Rp 2,02 juta hingga Rp 3,37 juta;

Gaji tertinggi berada di rentang Rp 2,39 juta hingga Rp 3,82 juta.

Adapun untuk PNS golongan III yang merupakan lulusan S1 hingga S3 besarannya pun bervariasi. Terendah dari golongan IIIa yaitu di angka Rp 2,57 juta hingga Rp 4,2 juta dan tertingginya di rentang Rp 2,92 juta hingga Rp 4,79 juta. Namun sebetulnya, angka -- angka tersebut merupakan gaji pokok, yang belum mencakup tunjangan kinerja dan tunjangan makan pegawai. Jadi pada akhirnya Take Home Pay yang didapat pun angkanya akan lebih tinggi.

"Kalo soal gaji ya cukuplah. Buat nongkrong, ngopi, dan jalan -- jalan supaya mental health nya nggak terganggu". Begitu kata Rend i saat membahas mengenai percuanan di dunia PNS.

Rendi juga menambahkan, kalau masalah cuan masih sangat tergantung dengan lingkungan pertemanan dan gaya hidup. Meski Gen-Z identik dengan "nongkrong cantik di caf, tapi kegiatan ini tidak melulu soal menghamburkan uang. Sekedar ngobrolin masalah sehari -- hari, atau topik berat perihal investasi menjadi kebutuhan penting generasi ini. Bagi mereka, good mental health salah satunya bisa didapat dari melepas penat bareng teman -- teman setelah pulang kerja atau di hari libur.

"Ngopi jalan sih, cuma ya tetep mikir-mikir yaa. Jangan sampai boncos". Tutup Azis.

Tetap pilih Mental Health daripada cuan 

Sebagian besar kaum Gen-Z mulai aware mengenai kesejahteraan dan kesehatan mental. Bukan berarti gaji tidak penting, namun prioritas lain berupa fleksibilitas kerja dan work-life balance menjadi kebutuhan yang selaras dengan value kerja yang diimpikan. Rendi menyebut istilah "work smart", yang baginya bekerja tidak melulu perihal cuan. Namun juga kebutuhan lain yang harus diakomodir dari pekerjaan. 

"Mungkin Gen-Z sering disebut juga sebagai "generasi mageran", tapi sebetulnya kita hanya ingin bekerja dengan efisien. Ngomongin mental health itu lebih utama sih. Karena good mental health itu ngaruh banget ke performance karir. Sementara karir akan berbanding lurus dengan cuan yang diperoleh. Jadi ya saat ini, lebih penting good mental health pastinya".

Rendi menambahkan, kebutuhan anak muda saat ini di Negara kita adalah kesempatan. Menurutnya, setiap orang akan bisa jadi hebat. Sayang, kita belum tentu memiliki kesempatan yang sama baik soal pendidikan, peluang kerja, maupun akses informasi yang kredibel. Angka pengangguran yang kian tinggi dari tahun ke tahun juga seolah menjadi PR besar yang tidak kunjung selesai dikerjakan. Dirinya mengaku sangat beruntung. Di usianya sekarang sudah mendapat pekerjaan tetap sebagai PNS. Sementara hal itu belum tentu terjadi di setiap individu seusianya. Profesi PNS masih menjadi primadona. Namun saingan yang akan dihadapi sudah pasti berat. Jumlahnya begitu banyak, dan setiap tahunnya kenaikan angka usia produktif sangat pesat sehingga menambah angka pesaing diantara kalangan para pencari kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun