Mohon tunggu...
Reiko Hana
Reiko Hana Mohon Tunggu... Lainnya - bergabung nov 2024. Penggiat pendidikan keluarga. Writer . Menulis untuk lebih merasakan.

Muda atau tua tidak bergantung pada tanggal dalam suatu masa, tetapi keadaan jiwa. Tugas kita bukan menambah usia pada kehidupan, tetapi menambah kehidupan kepada usia. __Myron J. Taylor

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Oversharing Tabir Pribadi yang Terkuak

22 Januari 2025   21:35 Diperbarui: 22 Januari 2025   21:34 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menceritakan kesedihan, penderitaan atau nasib malangmu di media sosial terkadang tidak mendatangkan empati pembaca malah mendapatkan cemoohan, sindiran bahkan tertawaan orang, dan ini dapat merusak mental dan psikismu. Solusi yang diberikan pun belum tentu pas denganmu.  

Hindari oversharing dengan lawan jenis, apalagi jika kamu sudah menikah.Oversharing dengan lawan jenis dapat berdampak negatif seperti menyebabkan koflik dalam hubungan rumah tangga, kecemburuan dan  rasa tidak percaya dari pasangan, membuat pasangan merasa tidak dihargai,dan akan menimbulkan rasa merasa senasib dan rasa nyaman dari lawan jenis  dan ini memicu bibit-bibit perselingkuhan.  

Perilaku oversharing yang berlebihan di media sosial  dapat terjadi  karena adiksi gadget, kebiasaan ini dapat membuat kamu melupakan dunia nyata, tidak terbiasa  bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan ,kurang peka dan empati, dan sibuk memperhatikan validasi orang dan kehidupan orang lain melalui media sosal.

Media sosial memang akan memudahkan semua orang untuk sharing apa saja dan kapanpun dengan cepat.  Semua orang dapat melihatnya dan memberi komentar, suatu hal yang sulit dilakukan pada generasi lalu.  Hal ini akan rawan menyebabkan fear of missing out (FOMO) atau perasaan takut ketinggalan hal-hal baru dan kekinian. Melihat kehidupan orang lain lebih baik dari kehidupanmu, ingin meniru atau hasrat ingin melebihi orang lain.

FOMO memberikan dampak besar pada oversharing dan dapat merugikan kesehatan mental pemiliknya. Kamu akan senang dan bangga dengan diri kalau banyak yang ngelike,  kalau tidak banyak yang ngelike atau  mereka berkomentar yang tidak tepat atau miring terhadapmu kamu akan merasa tidak populer, tidak berguna, JIka diberi komentar  yang menyakiti hatimu. Kamu akan marah, overthinking dan bisa menimbulkan kecemasan.   Mengunggah di media sosial juga  akan meninggalkan jejak digital. Meskipun kamu sudah lupa tapi  informasi tersebut masih tetap beredar di media sosial.  

Apakah oversharing selalu buruk?

Banyak orang mendapatkan penghasilan dari oversharing di media sosial. Para vlogger youtuber, reality show dan influencer dapat menjadikan media sosialnya sebagai mata pencahariannya.

Daripada mengutuki mereka yang oversharing , kita bisa  berempati dan mengingatkan dengan sopan bukan tempat untuk menertawakan mereka yang berbagi kisah kehidupan mereka.

Sebagai mahluk sosial kita sangat membutuhkan teman untuk berbagi suka dan duka. Bahkan berbagi itu menyehatkan, mengurangi kecemasan dan stres asal  kita tahu batasan apa yang boleh diceritakan mana yang tidak, dan tahu kepada siapa orang yang tepat kita bisa ceritakan permasalahan atau kondisi pribadi kita.

Bijak dalam oversharing

Kuncinya adalah adanya kesadaran diri  untuk mengetahui  batasan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh untuk disharing ke orang lain atau publik, mencari tahu kapan  waktu dan tempat yang tepat untuk menceritakan dan memahami pengaruhnya terhadap kesehatan mental kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun