Mohon tunggu...
Vriska Liska Sihombing
Vriska Liska Sihombing Mohon Tunggu... Human Resources - #perempuanadalahmasadepan

KOMUNITAS KARTINI INDONESIA (KOKASI) ig: @kokasi.id ig: @vriskaliskasihombing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demonstrasi Hasil Pemilu | Waspada Serangan Lone Wolf

23 Mei 2019   20:59 Diperbarui: 23 Mei 2019   21:16 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trias Kuncahyono, dalam tulisannya pada kolom opini koran Kompas halaman 7 terbit kamis, 23 mei 2019 Trias Kuncahyono seorang pemerhati masalah politik internasional dari Middle East Istitute menulis sebuah opini dengan judul "Ancaman Serigala Kesepian".

Yang pertama terlintas di benak saya ketika membaca opini-opini yang dimuat dalam kolom opini koran kompas adalah bahwa opini-opini yang dimuat disana adalah isu ataupun opini yang hangat baru-baru ini dan atau sepekan belakangan ini.

Dan hal itu tentu saja mengingatkan saya akan terjadinya aksi rusuh para pendemo yang terjadi di Jakarta. Demo yang dipicu dari kemarahan dan atau sikap tidak terima tim pemenangan atau barisan kelompok pendukung pasangan Capres dan Cawapres yang kalah.

Adalah pasangan Capres dan Cawapres yang kalah yaitu Pasangan nomor urut 02 Prabowo-Sandi dari Pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 01 Jokowi-Amin dengan masing-masing perolehan suara yaitu paslon 02 44,50 persen suara dan paslon 01 memperoleh 55,50 persen suara.

Hasil hitung itu disampaikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Selasa dini hari 21 Mei 2019.  Diikuti dengan paslon 02 yang memberikan keterangan pers pada tanggal yang sama, bersama dengan sejumlah media dan wartawan di kediaman Prabowo, Kartanegara, Jakarta Selatan.

Dalam keterangannya Prabowo menyampaikan bahwa paslon 02 prabowo-sandi menolak hasil rekapitulasi KPU dan memutuskan untuk mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Terkait adanya indikasi sengketa perselisihan pemilihan presiden (pilpres)

Aksi Demo 22 Mei

Gugatan paslon 02 ke MK dan sikap yang menolak hasil rekapitulasi yang dikeluarkan KPU penulis menilai sangat disayangkan. Mengingat pasca pemilihan serentak yang dilangsungkan pada tanggal 17 April 2019 telah lewat dan rakyat Indonesia telah bersama-sama berupaya mewujudkan perwujudan dari Demokrasi itu sendiri dan semua pihak sudah turut terlibat dan mengkawal agar proses pemilihan ini jauh dari kecurangan.

Terlebih bagi KPU sendiri dengan sudah banyak kehilangan tenaga pribadi juga telah kehilangan banyak nyawa KPPS nya. Dan hal itu bukan main-main melainkan pertaruhan demi tanggung jawab yang sudah ditugaskan untuk menyelesaikan hasil rekap perolehan suara.

Namun dalam keterangan pers yang disampaikan Prabowo bahwa paslon 02 Prabowo-Sandi menolak hasil rekapitulasi KPU dan akan mengajukan gugatan ke MK agaknya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kembali berpikir dan mengevaluasi diri. Apakah hal ini memang benar-benar dibutuhkan saat-saat ini? Ketimbang kita tetap menjaga kedamaian di negara kita ini? Tidakkah kita telah sama-sama mengkawalnya? Dan kita sama-sama patuhi aturannya yang berlaku.

Tidak terima dengan hasil perolehan suara dan mengedepankan ego pribadi daripada nasib rakyatnya adalah satu sikap yang kurang pantas bagi calon presiden. Dan dengan kekalahan itu pula tampaknya kelompok pendukung prabowo memanas dan melakukan aksi pada 22 mei.  Semula aksi itu dikonsep adalah aksi damai bersama yang walaupun berujung ricuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun