Suara ketukan pintu tiba-tiba menyentakku membuatku terbangun dari lamunku, ku usap air mataku. "Siapa?" Tanyaku
"Aku Radit sama Eno."
      "Buka aja, tidak dikunci ko."
      Masuklah keduanya menghampiriku yang tertunduk di depan meja belajarku.
      "Laptop aku rusak, boleh pinjam komputernya bentar?"
      "Boleh silahkan aja."
Baca juga: Trouble Maker (Part 3)
      Aku menyingkir mempersilahkan Radit dan Eno duduk mengotak atik komputerku. Sementara aku, memilih duduk di lantai bersandar pada tempat tidur. Kutilik kembali surat dari Radit.Â
Mataku kembali nanar, ku lihat sesekali ke arah Radit yang sibuk mengotak-atik komputer sambil berdebat kecil dengan Eno. 2 Radit yang sama sekali jauh berbeda, semakin aku memikirkannya semakin aku merindukan Radit, semakin aku merasa sangat mencintainya, ah Radit! Apakah aku masih bisa memanggilmu dengan penuh manja seperti dulu? Â Aku kangen memanggilmu manusia batu.
      Tak seharusnya aku mengambil keputusan hanya dengan satu kali berfikir. Tak seharusnya aku memperlakukanmu seperti itu, seharusnya aku bisa menerima. Dan akupun tak mengerti, kenapa kau tak pernah mau untuk berbagi cerita. Sebenarnya manusia macam apa kamu ini, penuh misteri. Justru semakin aku mengenalmu, semakin aku tak bisa memahamimu. Sama seperti jalan, semakin aku telusuri semakin tak ketemu ujungnya.
"Kamu punya masalah," tiba-tiba Radit duduk di sampingku, mengagetkanku.