Mohon tunggu...
Lisa Yunitha
Lisa Yunitha Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Senang menulis dan literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Menyentuh Paus Fransiskus: Berdoa Juga untuk Saya dengan Hati yang Senang

5 September 2024   08:04 Diperbarui: 5 September 2024   08:19 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita semua berkumpul disini, ada Uskup,Kardinal,suster,pastor, seminaris,katekis, kaum awam baik yang besar maupun kecil, kita semua bersaudara, tidak ada perbedaan, dan saya diberi tanggung jawab untuk menumbuhkembangkan gereja katolik" saya ingin menyampaikan pesan sesuai tema kita, iman, persaudaraan dan bela rasa

Ini mengungkapkan Perjalanan anda sebagai bangsa dan karakter anda sebagai gereja, yang berbeda dalam budaya dan etnik, dimana ini merupakan pergumulan anda untuk mewujudkan kehidupan bersama yang sejalan dalam persaudaraan sesuai prinsip Pancasila.

Iman

Indonesia negara yang besar dengan banyak kekayaan alam terutama margasatwa, sumber energi, dan bahan baku serta banyak kekayaan alam yang lain. Kekayaan ini bisa saja membuat sombong tetapi jika dilihat dengan hati, maka ini menjadi pengingat akan Allah dan kehadirannya dalam hidup sesuai yang diajarkan Kitab Suci. 

Kita harus memaknai bahwa semua kekayaan ini adalah pemberian dari Tuhan, tidak ada satupun kekayaan dan keunikan dari indonesia yang bukan berasal dari Tuhan. Semua ini diberi Tuhan dengan Cuma Cuma, agar kita mengenali diri kita sebagai diri yang kecil dan kita diajak untuk lebih melihat orang yang menderita sesuai semangat Fransiskan.

Persaudaraan

Seorang penyair abad 20 mengatakan bahwa menjadi saudara atau saudari artinya mencintai satu sama lain dengan mengakui bahwa masing masing pribadi sama dalam perbedaanya satu sama lain. Ungkapan ini melukiskan persaudaraan yang sempurna, tidak ada orang yang sama oleh karenanya kita harus mengakui perbedaan. 

Gereja menghargai perbedaan dan dengan rendah hati menawarkan bantuan dalam segala situasi. Kita harus tetap bergandengan tangan saat provokasi semakin meningkat dimana bisa meruntuhkan dan memecah belah, karena ini adalah kerja setan. 

Kita diingatkan akan pentingnya menjangkau semua orang. Bukan hanya menerjemahkan teks tetapi mampu menerjemahkan kitab suci. Menjangkau semua dengan jembatan hati untuk menyatukan ribuan hati di semua pulau. Merupakan permadani besar yang melintasi lautan, yang merangkum cinta dan merangkul semua perbedaan, membuat semua sehati dan sejiwa dengan jembatan kasih

Bela Rasa

Bela rasa tidak hanya dibatasi dengan memberi sedekah kepada yang membutuhkan sambil memandang rendah mereka dari menara kenyamanan dan keberhasilan. Mendekatkan satu sama lain turun dan menyentuh sesama yang lain dan merangkul mimpi serta hasrat akan keadilan.Adalah penting untuk menyentuh orang miskin. 

Setiap memberi sakramen pengakuan saya selalu bertanya, apakah anda bersedekah? Lalu apakah anda menyentuh orang yang diberi sedekah dan memandang ke dalam mata mereka? Ini yang dinamakan mengembangkan jaringan kasih. 

Ada juga orang yang takut berbela rasa dianggap sebagai kelemahan, sebaliknya dianggap sebagai keutamaan dan kelicikan dalam melayani diri sendiri dengan menjaga jarak dengan orang lain dan tidak mau disentuh. Mereka berpikir mereka lebih cerdas dalam mencapai tujuan tertentu. Ini adalah salah dalam realita. Setan selalu ada dalam saku kita.

Yang membuat dunia bergerak maju adalah bukan kepentingan pribadi, karena ini malah memecah belah kesatuan. Hidup harus merupakan persembahan kasih kepada sesama, bela rasa harus melihat pada terang kasih dan mata hati.

Ketika memasuki katedral jakarta, saya melihat interior dan lukisan serta pahatan wajah Bunda Maria yang menyangga di setiap tiang gereja. Ini menunjukan betapa Maria sebagai Ikon hidup dan dasar kita mencapai Allah. Bunda Maria Bunda Allah sejatinya harus menjadi tiang batin kita agar bisa setia kepada Allah.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih untuk keramahan indonesia , terima kasih untuk Konferensi Wali Gereja Indonesia dan jangan lupa berdoa juga untuk saya dengan senang hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun