Mohon tunggu...
Lisa Septiana
Lisa Septiana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejahatan Kemanusiaan Berbasis Gender dan Seksual

23 April 2017   00:17 Diperbarui: 23 April 2017   17:00 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua juga merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pelecehan seksual. Anak-anak korban dari perceraian orang tuanya yang biasanya mengalami hal tersebut. Anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan dan kasih sayang dari orang tua di rumah harus menanggung beban pikiran yang didapatkan efek dari perceraian kedua orangtunya. Mereka mencari kebahagian di luar dengan sebebas-bebasnya tanpa memperdulikan orang lain.

Hal lain juga terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pendidikan mengenai seks. Orang-orang yang merasakan duduk di bangku sekolah sampai jenjang SMA pasti pernah mendapatkan pelajaran mengenai seks, namun apabila orang tersebut hanya bersekolah sampai SD dapat dipastikan orang tersebut belum mendapat pelajaran mengenai seks yang benar. Orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan mengenai seks dan bahayanya tidak berpikir dahulu ketika melakukan tindakan yang berhubungan dengan seks. Mereka hanya memikirkan kenikmatan yang hanya sementara tanpa berpikir panjang.

Kondisi kejiwaan seseorang juga berpengaruh dalam tindak pelecehan seksual. Apabila seseorang pernah mendapatkan tindak pelecehan seksual pada masa lalu biasanya orang tersebut akan mengalami gangguan kejiwaan. Mereka biasanya akan merasa trauma dan tidak sedikit yang menjadi “stress”. Tak jarang mereka juga merasa ingin balas dendam supaya orang lain merasakan juga apa yang ia rasakan.

Faktor yang terakhir yaitu lingkungan pergaulan seseorang. Seseorang yang bergaul di lingkungan yang kurang baik biasanya akan menjadi pelaku pelecehan seksual bahkan menjadi korban pelecehan seksual itu sendiri. Apabila seseorang bergaul dengan orang-orang yang tidak memiliki sopan santun dapat dipastikan orang tersebut akan mudah dihasut untuk melakukan tindakan keji seperti yang dilakukan teman-temannya. Seseorang yang berteman dengan orang-orang yang bermoral buruk akan juga mudah menjadi korban pelecehan seksual. Misalnya saja cara berpakaian seseorang. Apabila orang tersebut berpakaian yang tidak sopan dan cenderung terbuka dapat memicu tindak pelecehan seksual kepadanya.

Pelecehan seksual mencakup banyak hal. Bentuk pelecehan seksual yang sangat jelas terlihat  dan sangat fatal. Komnas Perempuan mengidentifikasi pelecehan seksual memiliki berbagai bentuk, yaitu kasus pemerkosaan, eksploitasi seksual, perdagangan perempuan umtu tujuan seksual, pemaksaan perkawinan, termasuk cerai gantung, pemaksaan kehamilan, pemaksaan aborsi, pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi, penyiksaan seksual, penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa diskriminatif, diskriminasi perempuan, dan kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama.

Selain itu memeluk, mencium, membelai, dan membuat gerakan seksual dengan tangan atau melalui gerakan tubuh juga merupakan pelecehan seksual. Hal lain yang termasuk dalam pelecehan seksual yaitu sentuhan disengaja, bersandar, menikung, mencubit, menggoda dengan lelucon atau ucapan yang tidak diinginkan, mengirim gambar “tidak senonoh”, berkomentar seksual tentang pakaian, anatomi, dan penampilan seseorang, bersiul pada seseorang, menatap seseorang dari ujung rambut hingga kaki, dan mengedipkan mata, bahkan memberikan hadiah pribadi yang berbau seksual. Meskipun terlihat biasa dan tidak terlalu fatal tetapi hal tersebut masuk dalam kategori pelecehan seksual.

Di Indonesia, pelaku pelecehan seksual tidak hanya kaum wanita saja, tetapi laki-laki juga dapat sebagai korban. Pelecehan seksual tidak mengenal batasan usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua. Pelaku pelecehan seksual juga tidak hanya laki-laki saja, tidak jarang seorang wanita juga sebagai pelaku pelecehan seksual. Mereka melakukan tindakan pelecehan seksual semata-mata untuk memuaskan hasrat seksual mereka.

Banyak orang menganggap wanita yang sering menjadi korban dalam tindak pelecehan seksual, tetapi tidak selamanya hal tersebut benar. Seperti yang terdapat dalam timeline media sosial “line”,penulis pernah membaca sebuah status yang ditulis oleh seorang mahasiswa laki-laki berinisial A yang menjadi korban pelecahan seksual di tempat umum. Kejadian tersebut terjadi saat mahasiswa laki-laki berinisial A melakukan perjalanan pulang dari Jogjakarta ke Jakarta naik kereta api kelas ekonomi (PROGO). Cerita bermula saat si A itu akan duduk di seat 2A ternyata sudah ada penumpang lain yaitu seseorang bejenis kelamin laki-laki yang duduk di tempatnya. Si A itu kemudian memutuskan untuk duduk di seat 2B.

Sambil menunggu perjalanan, si A memutuskan untuk menonton film, tiba-tiba laki-laki disebelahnya ikut mengomentari film tersebut. Merasa tidak nyaman dengan sikap laki-laki itu, si A memutuskan untuk tidak melanjutkan menonton film dan memilih untuk belajar biologi. Laki-laki di sebelah si A tiba-tiba tersenyum kepada si A. si A merasa lebih aneh lagi. Tidak disangka tiba-tiba laki-laki itu menyandarkan kepalanya di bahu si A dan kemudian tertidur. Si A masih merasa biasa karena menganggap jika laki-laki tersebut kecapekan.

 Si A kemudian memutuskan untuk tidur. Ia kemudian merasakan ada hal aneh yang memegang tangannya. Akan tetapi dengan positif thinking ia tetap tertidur dan berpikir bahwa itu merupakan gesekan antara tangan dan celananya. Lebih jauh lagi tiba-tiba laki-laki itu menarik tangan si A dan memaksanya untuk memegang alat kelaminnya. Sontak saja si A langsung terbangun dan menarik tangannya. Dengan adanya kejadian tersebut si A langsung meninggalkan laki-laki disebelahnya itu dan tidak memperpanjang masalah. Si A berpikir apabila memperpanjang masalah tersebut pasti akan ribet sendiri nantinya.

Pengalaman lain yaitu dialami sendiri oleh penulis. Dengan seiring kemajuan jaman, teknologi juga semakin canggih. Banyak media sosial yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Akan tetapi hal tersebut disalah gunakan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Penulis menggunakan media sosial untuk bekomunikasi dengan teman-teman, tetapi tidak jarang penulis mendapat direct message dari orang yang tidak dikenal berupa gambar-gambar alat kelamin. Hal tersebut sangat mengganggu kita sebagai pengguna media sosial yang “jijik” dengan gambar-gambar seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun