Saya juga kalau ada di situ pasti ikut menganggukkan kepala sambil mengangkat jempol.
Saya tidak tahu ekspresinya Bung Karno seperti apa, karena cerita berlanjut. Disebabkan mobil ini adalah rampasan perang tentu tidak suratnya, bukan? Mana ada waktu Bapak Sudiro meminta BPKB atau semacamnya. Singkat cerita Bung Karno datang ke SAMSAT, untuk istilahnya sekarang. Minta dibuatkan STNK untuk kendaraan nomor satu di Indonesia ini.
Reaksi dari polisi pada saat itu mereka menolak, karena Bung Karno tidak mempunyai surat resminya. Kalau kejadiannya pada saat ORBA 'mungkin harus dikabulkan' - BPKB tidak ada, STNK keluar. Tidak kehilangan akal, maka dibuat plat nomor untuk mobilnya tsb. Dengan tangannya sendiri ia menorehkan REP-1. (Peringatan: Adegan ini dilarang dengan amat sangat untuk dijadikan teladan atau dijadikan inspirasi di masa kini).
Mobil Berpelat REP-2
Kendaraan putih ganteng-ganteng tapi manis ini adalah mobil milik Moh. Hatta. Sebelum dijadikan koleksi museum sempat terjadi kejadian unik. Kendaraan roda empat ini sempat diservis di bengkel dan dibiarkan begitu lama oleh Moh. Hatta. Karena diabaikan dengan waktu yang tidak singkat, pemilik bengkel mungkin serba salah. Karena mobil tersebut mengurangi pergerakkan bisnis bengkelnya kalau duduk-duduk anggun di lahan usahanya. Apalagi kalau situasi bengkel tersebut penuh.
Ternyata oleh pemilik barunya berubah fungsi menjadi mikrolet tanpa tahu sejarah di baliknya atau mungkin tahu tetapi tidak perduli. Setelah dijual, entah berapa lama dipakai melayani penumpang. Bung Hatta mendadak teringat akan mobil yang  pernah dia pergunakan ketika melaksanakan tugas-tugas Kenegaraan sebagai Wakil Presiden. Dia kaget, kesal dan marah mendengar kenyataan bahwa kendaraan itu sudah dijual dan digunakan sebagai mikrolet.
Akhirnya si putih yang selalu setia mendampinginya, sampai-sampai ketika pemerintah RI pindah ke Yogyakarta ikut diboyongnya pula dengan kereta api, kembali ke tangannya. Sampai berakhir dengan indah di Museum Juang 45 ini.
Mobil Peristiwa Cikini
Raja Arab Saudi, Saud bin Abdul Aziz memberi oleh-oleh Mobil Chrysler Crown Imperial yang sekarang berpelat B 9105 untuk Bung Karno setelah ia berkunjung ke negara itu pada 18 Juli hingga 4 Agustus 1955.
Kendaraan inilah yang menjadi bagian dari penyelamat peristiwa percobaan pembunuhan Cikini yang terjadi pada tanggal 30 November 1957. Berdasarkan kenangan Megawati, pada saat itu Perguruan Cikini (Percik) mengadakan pesta ulang tahun yayasan ke-15. Percikpun dandan habis-habisan, karena selain ulang tahun, mereka mengundang Bung Karno. Lagi pula seluruh putra dan putrinya bersekolah di sana.