Waktu itu Jakarta sedang dilanda hujan. Setelah panas berkepanjangan, akhirnya aspal kota yang baru melaksanakan Asian Para Games ini tersentuh tetesan air. Memang jadi suasana jadi menyegarkan, ditambah bonus macet lebih panjang.Â
Ini membuat saya datang terlambat ke acara pembukaan pameran lukisan, patung dan fotografi bertema Resemblance of the Real. Yang diadakan di Museum Art:1 Kemayoran. Mulai dari tanggal 18 Oktober sampai dengan 2 November 2018 yang terdiri dari 10 orang seniman yang merupakan staf pengajar Program Seni Rupa-FSRD ITB. Dan benang merah acara ini tentunya seni abstak.
Menurut kurator pameran ini, Rizki A. Zaelani. Setelah saya tanya mengapa mereka ambil tema tersebut. Sebab para dosen senior di fakultas ini terkenal akan seni abstraknya. Tuturnya kata "Real" diartikan sebagai pengalaman hidup yang belum dikonsepkan, bisa juga dari pengalaman masa kecil yang tidak kita sadari. Jadi abstrak itu tidak meniru, sehingga tiap orang mempunyai cara pandang tersendiri.
Dalam pameran ini mereka mau menunjukkan ada suatu hal yang nyata yang kita bisa rasakan dengan panca indera, tetapi bukan berarti hal itu adalah benar-benar kejadian yang benar-benar sudah terjadi.
Saya bercakap-cakap dengan Oco Santoso, yang dua karya diboyong ke tempat ini. Di mana diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) hari saja per lukisan. Saya sempat terkagum-kagum akan kecepatan dosen yang berpengalaman mengajar 25 tahun ini dalam menghasilkan sebuah karya yang matang. Benar-benar memang hebat di bidangnya. Bahkan murid-muridnya banyak yang lebih hebat dalam berkarya, tandasnya dengan nada bangga.
Dalam memberikan penjelasan kepada saya pun mudah dicerna. Harap maklum, biasanya bahasa seniman tidak mudah dipahami. Karena daya imajinasi mereka terlalu tinggi jadi sulit dituangkan dalam kata-kata sederhana.
Penjelasannya mudah. Dalam seni abstrak entah dalam lukisan, karya 3 dimensi atau fotografi. Obyeknya biasa tidak jelas. Yah... namanya juga abstrak, kalau lukisannya jelas nama alirannya jadi berbeda.Â
Nah, asyiknya dalam menikmati ketidakjelasan itu, kita jadi menebak-nebak benda apakah ini karya seni ini ? Tiap orang berbeda-beda, tetapi tetap ada benang merahnya. Seperti lukisan di bawah ini.
Lalu yang lainnya berkomentar dia melihat hal sama tetapi ada detail lainnya berbeda. Wah, ini jadi seperti permainan tebak-tebak gambar saja. Lalu kami berputar melihat-lihat yang lain. Kembali lagi ke lukisan tersebut, gambar yang terlihat berbeda lagi.Â