"Baru sekali dalam sejarah, Perayaan Saraswati jatuh tanggalnya bersamaan dengan Perayaan Nyepi," kata Bapak Mangku Nyoman Puja, salah satu pendeta di Pura Aditya Jaya, Rawamangun Jakarta.
Saya mendengarkannya sambil manggut-manggut. Ternyata Hari Raya Nyepi untuk Umat Hindu tahun ini sangatlah istimewa.
Saraswati yang adalah perayaan datangnya ilmu pengetahuan, dirayakan setiap 6 bulan sekali. Ditentukannya melalui buku. Sedangkan Nyepi yang adalah perayaan dalam rangka menyambut Tahun Baru Saka yang jatuh pada bulan Maret di saat "bulan mati" atau bulan tidak nampak di langit.Â
Jadi kita sebagai warga negara Indonesia harus bangga dengan ritual di Bali ini di mana hanya dirayakan Umat Hindu di Indonesia. Satu-satunya di dunia, perayaan penyambutan tahun baru diadakan dengan menyepi dari "dunia" dalam keadaan sebenarnya. Bukan dengan pesta pora (itu saya sekali). Yang pastinya ini termasuk cara jitu mengurangi polusi dalam 1 hari.
Di mana acara dimulai sebelum jam 12 siang. Dilanjutkan sembahyang dipimpin oleh Ide Pandita Panji Sugata dan Ide Pandita, istri Burwan Lor. Ibadah ini selesai pukul 13.00 WIB.
Mulai dari Perayaan Melasti di Pura Segara, Cilincing. Seperti biasa, saya datang langsung tanpa konfirmasi. Pada saat datang, kok sepi. Berbeda pada saat Melasti. Sempat saya melongok Ogoh-ogoh di halaman, pertama tidak tahu itu apa karena malam sudah tiba. Mau swafoto di sini, tapi ngeri.
Biasanya jam 12.00 ada ibadah di Pura. Lalu untuk Nyepi dilakukan mulai pukul 06.00 dengan berpuasa, disarankan 24 jam. Kalau untuk anak-anak diberi kelonggaran 12 jam.
Selamat Menjalankan Catur Brata
Selamat Tahun Baru Saka 1940
(***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H