Mohon tunggu...
Lisa Selvia M.
Lisa Selvia M. Mohon Tunggu... Freelancer - Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Anti makanan tidak enak | Suka ke tempat unik yang dekat-dekat | Emosi kalau nemu hoaks

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Indahnya Wisata Makam di Ereveld Menteng Pulo

17 Maret 2018   02:14 Diperbarui: 17 Maret 2018   14:09 5436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pot Abu korban yang meninggal di Jepang (Dok. Ira Latief)

Ereveld Menteng Pulo adalah Makam Kehormatan Belanda untuk mengenang korban Perang Dunia II sejak tahun 1947, kata Evelyn yang adalah pemandu wisata kami hari ini. Sebelumnya ada 22 tempat tersebar di seluruh Nusantara, tapi akhirnya diperkecil jumlahnya sehingga menjadi 7 saja. Di Jakarta ada dua, di sini dan di Ancol.

Hari ini terasa istimewa karena baru kali ini saya merasakan dipandu oleh bukan orang Indonesia asli di Jakarta, kota kelahiran sendiri. Penjelasan dilakukan dengan Bahasa Inggris, tapi dia sempat meminta maaf  dan meminta persetujuan apakah saya mengerti penjelasan yang dia berikan. Saya mengangguk tanda setuju dan berkata, "It's OK". Padahal saya cuma sok gengsi. Kulit putih, rambut coklat, hidung tinggi. Yakin, tidak bisa bahasa Inggris? Sementara peserta lain bertampang asli Indonesia tidak ada masalah sama sekali.

Berfoto bersama pemandu wisata kami hari ini (dok. pribadi)
Berfoto bersama pemandu wisata kami hari ini (dok. pribadi)
Baiklah, tolong lupakan Bahasa Inggris saya yang kurang bagus. Tapi pertama kali saya ke tempat ini, benar-benar terpesona akan keindahan, keasrian, keapikan, kerapihan dan kebersihan makam. 

Selama ini makam yang saya kunjungi tidak pernah terkoordinasi serapih ini. Dengan deretan nisan yang kebanyakan berlambang salib, tapi ternyata setelah diperhatikan ada beberapa macam. Seperti salibnya pun ada bermacam-macam. Ada salib biasa, ukurannya agak kecil, lalu salib seperti ada hiasan 3 kelopak di ujungnya. 

Setelah "tebak-tebak buah manggis" dengan Evelyn, ada seorang peserta yang bisa menebak. Kalau yang polos itu menandakan laki-laki, kalau yang ada kelopaknya itu makam perempuan, sedangkan yang kecil itu anak-anak. Ini biasanya berlaku untuk makam sipil.

Tapi pada dasarnya, bentuk nisan itu didasarkan atas kepercayaan. Kalau Kristen atau Katolik pastinya salib. Untuk makam orang Yahudi berbentuk bintang Daud. Orang Tionghoa, berbentuk bilah polos tapi di pucuknya berbentuk seperti gundukan. Lalu Muslim seperti bilah juga tapi ada cekungan-cekungan di sisi atas dan samping.

Di sini ada fasilitas pendopo untuk bersantai di dekat pintu masuk. Juga disediakan beberapa tempat duduk yang teduh di tengah makam. Oh ya, pada saat masuk. Kalian akan diminta untuk mengisi buku tamu. Jam buka 09.00 s/d 17:30 setiap hari. Tempat parkir luas, bisa membawa mobil atau motor. Tapi akses jalan ke sini tidak bisa dimasuki oleh bus karena kelokan jalannya patah. Kalau untuk bis kecil atau Elf, bisa menjangkau tempat ini.

Tempat duduk (dok. pribadi)
Tempat duduk (dok. pribadi)
Di bagian dalamnya ada Gereja Simultan, tapi ini hanya berupa bangunan. Tidak benar-benar ada ibadah setiap minggunya seperti gereja lainnya. Jadi fasilitas ini biasanya berguna hanya pada acara-acara tertentu pada saat ini, seperti upacara memperingati akhir dari Perang Dunia II di Belanda pada tanggal 15 Agustus dan upacara memperingati akhir dari Perang Dunia II di Eropa. Yang pastinya pada dua tanggal tersebut tempat parkir penuh, dan ditutup untuk umum. Kecuali para pengunjung yang mau menghadiri upacara tersebut.

Di bagian samping gereja terdapat rumah abu (colombarium) korban Kamp di Jepang. Jadi, mereka korban yang meninggal pada saat menjadi tawanan perang di Jepang. Pada masa itu mereka bekerja paksa untuk membangun rel kereta api. Ketika meninggal, oleh pihak Jepang dikremasi. Abu jenasah mereka ini kemudian ditemukan oleh Amerika setelah Jepang kalah karena dihantam bom Hiroshima. 

Dari pihak Amerika menyerahkan kepada Belanda. Yang diletakkan di sini adalah atas kemauan pihak keluarga korban yang memang bertempat tinggal di Indonesia. Lainnya dibawa pulang ke Belanda.

Pot Abu korban yang meninggal di Jepang (Dok. Ira Latief)
Pot Abu korban yang meninggal di Jepang (Dok. Ira Latief)
Di bagian dalam gereja ada salib yang terbuat dari bantalan kayu rel kereta api. Yang melambangkan kematian korban akibat pembangunan rel kereta api di Burma, Siam di mana korban berasal dari berbagai negara yaitu Australia, Belanda, Inggris dan Amerika. Jikalau diperhatikan detil hiasan pada beberapa bagian ornamen gereja terdapat simbol-simbol dari agama lain. Seperti lambang pohon kehidupan, Yin-Yang, burung Phoenix bahkan bintang dan bulan sabit.
Bagian dalam Gereja Stimulan (dok. pribadi)
Bagian dalam Gereja Stimulan (dok. pribadi)
Di samping gereja terlihat kolam yang penuh dengan aneka tanaman dan bunga sedang merekah dengan cantiknya. Menurut cerita Evelyn, yang menyumbang tanaman itu adalah direktur yayasan pengelola makam ini, yang memang suka berkebun. Sekadar info, seluruh koleksi flora ini dipelihara dari bibit oleh Bapak Robert, pecinta tanaman. Berkat jasanya kami bisa menikmati keindahan bunga-bunga bermekaran pada hari ini.

Gereja tampak dari sisi samping (dok. pribadi)
Gereja tampak dari sisi samping (dok. pribadi)
Pada awalnya makam ini tidak dibuka untuk umum, tapi dalam beberapa tahun ini kebijakan itu berubah. Dalam rangka mendukung program pariwisata di Jakarta. Jadi, tolong hargai keterbukaan mereka. Ikuti peraturan dan etika dalam mengunjungi makam, seperti di dalam artikel ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun