Mohon tunggu...
Lisa Noor Humaidah
Lisa Noor Humaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat buku dan tulisan

Tertarik pada ilmu sosial, sejarah, sastra dan cerita kehidupan. Bisa juga dijumpai di https://lisanoorhumaidah.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tentang Tabu Seksualitas

23 Desember 2020   11:44 Diperbarui: 23 Desember 2020   19:32 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Taboo karya David Stenmarck. Sumber: creativemornings.com

Bukan hanya soal status sosial dengan misalnya melalui perkawinan. Tapi lebih dari itu bagaimana ia memahami dan menghargai tubuhnya dan tubuh orang lain dan terutama bahwa tubuh perempuan dan laki-laki memiliki kebutuhan yang sama untuk kesenangan dan kenikmatan seksual. Juga mengenal identitas gender yang berbeda. 

Kosongnya pendidikan seksualitas ini berpengaruh pada banyak hal. Dampak umum pada kesehatan ibu dan anak. Angka kematian Ibu di Indonesia tertinggi di ASEAN, 350 kematian per 100.000 kelahiran. Hal ini berkorelasi erat dengan perkawinan anak yang juga tinggi. 

Pada tingkat individu: tidak begitu mengejutkan ketika dalam sebuah pelatihan tentang gender dan seksualitas, teman saya seorang fasilitator bercerita, dari sekian perempuan yang mengikuti pelatihan tersebut dan menikah bertahun-tahun tidak tahu apa itu orgasme. Kenikmatan seksual hanya didasarkan pada jika laki-laki sudah 'nyampe'. 

Juga tingkat perilaku kita terlepas apapun yang kita kerjakan sebab ini soal nilai dan pandangan yang telah tertanam. Tak terlepas di layanan kesehatan yang seharusnya menjadi wilayah netral, tempat aman untuk kesembuhan bukan hanya fisik tapi juga mental. 

Teman saya bercerita. Ia mengalami pendarahan cukup serius pada masa menstruasi sampai sempat jatuh tidak sadarkan diri. Ia datang ke UGD. Ia sampaikan keluhan pada perawat/suster termasuk ia ceritakan harus selalu memeriksa menstrual cup karena banyaknya darah yang keluar. 

Suster langsung memeriksa catatan dan bertanya, "bukankah belum menikah? dengan garis muka berkerut. Teman saya diam. Suster lalu mengkonfirmasi sendiri "Oh jadi, sexually active? Komentar dokter pun tak jauh berbeda, "Seharusnya Anda segera menikah agar terjadi pembuahan dan punya anak. Mungkin dengan pembuahan masalah menstruasi Anda teratasi." Komentar tersebut melampaui kapasitas pemberi layanan kesehatan. Iya kalau siap punya anak? Iya kalau berhasil, bagaimana kalau tidak? Dan kita tahu tidak semua hal bisa diselesaikan dengan lembaga perkawinan.

Sekali lagi, pendidikan tentang seksualitas bukan hanya soal berhubungan seks saja tapi seluruh elemen yang membentuk kita sebagai manusia dewasa yang sehat, bahagia dan berdaya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun