Mohon tunggu...
Lisa Noor Humaidah
Lisa Noor Humaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat buku dan tulisan

Tertarik pada ilmu sosial, sejarah, sastra dan cerita kehidupan. Bisa juga dijumpai di https://lisanoorhumaidah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Era Covid-19: Membincang Kehidupan dan Kematian yang Bermakna

14 April 2020   14:17 Diperbarui: 14 April 2020   14:50 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prof. Komaruddin Hidayat dalam bukunya tentang Psikologi Kematian menguraikan tentang takut akan kehilangan ini. Ia mengutip Sigmund Freud, seorang Psychoanalysis dari Austria dengan teori yang paling terkenal tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku manusia. 

Manusia menyimpan kerinduan yang dalam akan pengalaman indah yang hilang yaitu ketenangan hidup dalam alam rahim ibu. Sedemikian dalamnya kerinduan itu sehigga meninggalkan beban kejiwaan yang amat berat yang tidak bisa dihapuskan. 

Sebagai gantinya, tanpa disadari seseorang selalu menciptakan substitusi dan kompensasi dengan cara membangun imajinasi ke depan berupa bayangan surga. 

Lanjut teori Freud, secara psikologis, gagasan mengenai Tuhan dan surga itu semata ciptaan manusia untuk meringankan beban psikhis yang bersifat laten. Jadi gagasan ini muncul karena kondisi jiwa yang tidak sehat.

Sebagai teori tentu sungguh menarik untuk dikaji. Beberapa argumen bantahan diantaranya adalah bahwa manusia juga memilki kuasa untuk membangun kesadarannya sendiri dengan apa yang diyakininya.

Hidup yang Bermakna, Makna dalam Hidup 

Menjalani masa pandemic ini, secara tidak langsung kita diajak berfikir kembali tentang hidup dan kehidupan yang bermakna itu. Telah lama saya tertarik ide untuk mendonasikan organ namun belum secara serius mencari tahu informasi tentang ini di dalam negeri. Saya mencoba mencari tahu dan bertemulah situs ini https://bankmataindonesia.org. Situs yang cukup informatif. 

Dari informasi umum sampai syarat mendaftar, dan seterusnya. Situs ini menginformasikan jumlah donor mata di Indonesia jauh lebih sedikit dari jumlah kornea mata yang dibutuhkan orang yang mengalami kebutaan kornea. 

Mereka menyebutkan banyak menerima donor kornea dari Srilanka, India, Belanda maupun Amerika Serikat. Disebutkan juga, jumlah calon donor kornea mata yang terdaftar di Bank Mata Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan penduduk Indonesia. Ini tentu saja sangat terkait dengan kepercayaan, norma yang diyakini. 

Seperti kita tahu dan dengar banyak mitos seputar donasi organ ini, walaupun kita tidak pernah tahu kebenarannya. Pada intinya praktek donasi organ bisa dikatakan tidak popular di negeri kita ini, bahkan mungkin banyak pertentangan.

Suami salah satu temen saya di group Empat Dara telah memulainya dengan mendaftar pada sebuah institusi resmi yang menyediakan layanan tersebut di negeri Paman Sam. Sungguh langkah mulia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun