Aku tidak berani mengangkat kepala sampai Andre menarik tanganku dan minta aku segera naik kembali ke motor. Badanku gemetar karena ketakutan. Andre sempat memelukku untuk menenangkan sebelum akhirnya aku sanggup naik ke motor kembali. Aku pejamkan mata sepanjang perjalanan sambil memeluk erat Andre dari  belakang. Setelah tiba di tempat tujuan. Andre terlihat jauh lebih tenang, namun matanya terlhat nanar.Â
"Tadi apa yang terjadi? Itu suara apa? Tanyaku dengan nada bergetar.Â
"Dengan cara itulah kami menjaga diri. Di negeri ini, kita sendiri yang harus mengupayakannya. Jika tidak, kita akan mati sia-sia," Andre menjawab dengan menatap nanar.
Aku tak melanjutkan tanya. Hanya terdiam. Jantungku masih berdebar keras.
Disclaimer:Â ini adalah cerita fiksi. Kesamaan nama hanya kebetulan semata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H