Mohon tunggu...
Lisa Noor Humaidah
Lisa Noor Humaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat buku dan tulisan

Tertarik pada ilmu sosial, sejarah, sastra dan cerita kehidupan. Bisa juga dijumpai di https://lisanoorhumaidah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Refleksi Hari Ibu: Peluang yang Lebih Baik bagi Perempuan Pengemudi

21 Desember 2019   19:32 Diperbarui: 22 Desember 2019   09:58 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal-hal yang dikhawatirkan oleh mereka yang tidak senang adalah masalah keamanan, dan juga pertanyaan tentang keberlanjutan profesi driver bagi perempuan. 

Soal keamanan juga menjadi hal yang dikhawatirkan oleh pengemudi perempuan. 64 persen perempuan pengemudi khawatir soal kemananan dan menjadi faktor mereka enggan menjadi pengemudi dan 26 persen tidak mengemudi lagi karena alasan keamanan tersebut.

Perempuan pengemudi juga mengalami diskriminasi. 14 persen perempuan pengemudi yang disurvey percaya calon penumpang membatalkan pesanannya karena alasan jenis kelamin. Angka ini bertambah menjadi 15 persen di Mesir dan Indonesia. Hal ini persis yang dialami pengemudi Blue Bird yang saya ceritakan di atas.

Karena mengemudi adalah profesi yang sangat 'laki-laki', mungkin Anda juga berfikir penolakan terhadap perempuan terkait dengan kepercayaan pada kemampuan perempuan dalam mengemudi. Penelitian ini menyebutkan hanya 17 persen penumpang/pengguna perempuan tidak percaya dengan kemampuan pengemudi perempuan, yang menyebabkan mereka tidak jadi memesan Uber. Pengalaman saya dengan dua orang  pengemudi perempuan Ojol bahkan menyenangkan. Mereka berdua driver yang cepat, cekatan namun hati-hati dan waspada.

Sebagai penumpang dan pengguna ride-hailing, perempuan adalah jumlah terbesar dan mayoritas di Indonesia. Ride-hailing membantu Ibu-ibu untuk mengelola kompleksitas perjalanan/bepergian dengan anak-anak, 30 persen perempuan, dibandingkan dengan 20 persen laki-laki. 

Hampir dua dari lima ibu (39 persen) yang disurvey sangat percaya, ride-hailing membantu mereka mudah bepergian dengan anak-anak. Termasuk bagi beberapa perempuan, ride-hailing memberikan kepercayaan diri lebih bagi mereka untuk bepergian terutama malam hari. 

Secara global 7 persen perempuan mengatakan mereka sebelumnya belum pernah melakukan bepergian pada malam hari. Angka ini meningkat 9 persen di Indonesia dan 10 persen di Afrika Selatan.

Dengan angka pengguna perempuan yang tinggi, dan juga kesempatan yang besar, penelitian ini salah satunya merekomendasikan untuk merekrut lebih banyak perempuan di industri ini akan menciptakan semacam lingkaran kebajikan atau contoh yang baik untuk keterlibatan perempuan. 

40 persen penumpang perempuan lebih memilih pengemudi perempuan ketika bepergian sendiri atau malam hari. Kebutuhan untuk pengemudi perempuan rupanya juga meningkat dibuktikan dengan 44 persen perempuan yang disurvey mengatakan akan menggunakan aplikasi Uber jika ada pilihan untuk pengemudi perempuan.

Hasil temuan penelitian terakhir mungkin perlu dicek kembali sebab layanan LadyJek yang pernah muncul dengan pengemudi perempuan dan khusus melayani penumpang perempuan tidak cukup berkembang. Mungkin karena faktor pasar, dst. 

Di samping itu, perlu dipikirkan kembali bagaimana menciptakan lingkungan kerja di industri ini yang ramah perempuan. Memperbaiki sistem transportasi yang menyeluruh adalah salah satunya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun