Nah, pertanyaannya agama yang mana? Sewaktu saya masih duduk di bangku kuliah, saya pernah sedikit adu pendapat dengan seorang teman B, teman seasrama yang menceritakan mimpi seorang temannya yang ia sebutkan mendapat hidayah/petunjuk. Ia mengibaratkan hidayah datang melalui mimpi tentang potongan kertas yang serupa puzzle.Â
Setelah bangun dari tidurnya, sang teman tadi mencoba mengutak-atik potongan kertas yang ditunjukkan di dalam mimpi. Ternyata hasilnya adalah lafadz Alloh dalam tulisan arab. Ia berkata telah mendapat hidayah dan kemudian masuk Islam. Saya kemudian bertanya kembali, bukankah lafadz Alloh bukan hanya milik Islam? Kaum Yahudi, Nasrani yang berbahasa dan tinggal di Tanah Arab juga menulis lafadz Alloh dengan demikian adanya. Teman B hanya terdiam dan menyatakan kekecewaannya atas pernyataan saya itu.
Saya kemudian katakan kepada teman B saya ini, urusan hidayah tidak ada hubungannya dengan agama apa. Dan siapa bisa menjamin sesuatu condong pada agama tertentu kecuali kepercayaan yang diyakininya? Mungkin ini agak terlalu menyederhanakan bahkan terdengar rancu karena urusan spiritualitas dan agama bisa sangat berbeda. Dan tentu saja menghubungkan dengan jalan yang diyakininya, sah-sah saja, karena memiliki dasar yang kuat itu.
Saya juga sampaikan kepada teman B, temukan hidayah/petunjuk itu, bebaskan dirimu untuk mengenal Tuhanmu. Cari cara terbaik engkau mendekat pada-Nya. Maka, ungkapan sufi yang sangat terkenal, jika engkau mampu mengenal diri sendiri maka engkau mengenal tuhanmu menjadi sangat dalam makna.Â
Pernyataan ini melampaui semua ritual dan simbol yang kadangkala membuat penjara seperti yang dinyatakan secara implisit oleh teman A saya. Merawat kehidupan ini dengan kasih dan cinta adalah bagian terpenting dari manifestasi kehadiran dzat yang mencipta, maka dalam QS Al Ankabut 29:69 yang dikutip dalam buku "Loving You", disebutkan: "Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridloan) Kami, Kami benar-benar akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
Jika muara dari semua ini adalah kepercayaan pada kemampuan yang dianugerahkan kepada kita manusia untuk terus menggali dan melahirkan energi positif, optimisme, untuk keluar dari kemalangan, masalah dan menggenggam kebenaran, maka saya mengamini Mas Aar yang mengutip lagu "When You Believe" yang juga sangat enak didengar:
... there will be miracle when you believe,
you know when you believe ...
Walaupun kalimat itu lebih terasa maknanya hanya ketika kita merayakan sesuatu bernama keberhasilan. Dan tak ada kata lain selain kita harus mengupayakannya dengan merawat kehidupan dengan tidak merusaknya dengan kebencian, konflik karena perbedaan, perusakan rumah ibadah, dan seterusnya. Merawat, tidak merusak terlepas dari apapun kepercayaan yang Anda yakini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H