Seperti yang diketahui, budaya merupakan suatu kumpulan norma, adat istiadat, kepercayaan, seni, bahasa, dan praktik yang dimiliki dan diwariskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke generasi. Budaya mencakup cara berpikir, berperilaku, dan berinteraksi yang berkembang dalam suatu komunitas dan menjadi identitas khas mereka.
Maka segala hal yang berkaitan dengan budaya sangat unik dan juga menarik untuk dikaji dan dibahas secara mendalam. Karena budaya merupakan seperangkat yang diwariskan secara turun-temurun, maka terdapat suatu pakem yang tidak dapat dihilangkan dari sebuah budaya tersebut guna mempertahankan ciri khas dan juga kesakralan budaya dalam suatu masyararakat tersebut.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa manusia senantiasa berkembang, baik dalam pola hidup maupun sistem kesatuan hidupnya. Hal tersebut juga yang dapat mempengaruhi bergesernya suatu pakem kebudayaan dan memungkinkan adanya kolaborasi antara budaya yang satu dengan yang lain seiring dengan berkembangnya zaman dan pemikiran manusia.
Budaya, sebagai wujud identitas masyarakat, mengalami transformasi yang kompleks dari masa ke masa. Budaya juga dapat mengalami modernisasi seiring berkembangnya zaman, budaya dapat mengalami modernisasi dan hal tersebut mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari seni, tradisi, pakaian, dan juga gaya hidup. Untuk dapat melihat modernisasi yang terjadi, kita dapat menggunakan sebuah teori dan konsep budaya.
Melalui artikel ini, kami berupaya memaparkan bagaimana persinggungan antara budaya tradisional dan modern dengan pendekatan teoritis melalui teori dan konsep budaya, sekaligus menjelaskan bagaimana kedua budaya tersebut dapat dikaji dalam konteks masyarakat kontemporer dengan menggunakan perspektif hibridasi dan konflik budaya. Harapan kami, pembahasan dalam makalah ini dapat memberikan wawasan baru dan menjadi bahan diskusi yang konstruktif.
Budaya Tradisional dan Modern serta Faktor yang Mempengaruhi Perkembangannya
Budaya tradisional merupakan hasil karya intelektual masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun, mencerminkan identitas local dengan latar belakang tradisi atau sistem budaya tertentu. Contohnya meliputi karapan sapi di madura,upacara potong jari di papua, dan makepung di bali.
Sementara itu, budaya modern merupakan budaya yang muncul seiring perkembangan zaman, ditandai dengan dominasi teknologi, rasionalitas, dan nilai-nilai globalisasi. Budaya modern banyak dipengaruhi oleh interaksi lintas budaya dan perubahan gaya hidup masyarakat.
Perubahan budaya tradisional tidak dapat dilepaskan dari beberapa faktor utama, seperti :
- Globalisasi dan Teknologi
Karena kemudahan akses dalam teknologi maka hal ini juga turut membuka akses terhadap budaya asing melalui media sosial, film, dan internet.
- Urbanisasi dan Mobilitas Sosial
Karena adanya urbanisasi serta mobilitas sosial, hal ini dapat mengubah pola kehidupan masyarakat, terutama di kota-kota besar, sehingga terjadi pergeseran nilai dan praktik budaya lokal.
- Peningkatan Akses Pendidikan
Akses pendidikan yang cukup memadai saat ini turut mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya pengetahuan global, meskipun terkadang mengurangi apresiasi terhadap budaya lokal.
Teori dan Konsep Budaya
Teori dan konsep budaya merupakan kerangka pemikiran yang membantu kita memahami bagaimana budaya terbentuk, berkembang, dan memengaruhi individu serta kelompok dalam masyarakat. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana budaya tradisional dan modern saling memengaruhi, sekaligus menemukan solusi untuk menjaga keberlanjutan nilai-nilai lokal tanpa mengesampingkan adaptasi terhadap perubahan zaman. Hal ini menjadi landasan pembahasan dalam artikel ini untuk menggali interaksi antara kedua jenis budaya tersebut.
Budaya tradisional merupakan hasil karya intelektual masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun, mencerminkan identitas local dengan latar belakang tradisi atau sistem budaya tertentu. Contohnya meliputi karapan sapi di madura,upacara potong jari di papua, dan makepung di bali.
Sementara itu, budaya modern merupakan budaya yang muncul seiring perkembangan zaman, ditandai dengan dominasi teknologi, rasionalitas, dan nilai-nilai globalisasi. Budaya modern banyak dipengaruhi oleh interaksi lintas budaya dan perubahan gaya hidup masyarakat.
Teori dan konsep budaya merupakan kerangka pemikiran yang membantu kita memahami bagaimana budaya terbentuk, berkembang, dan memengaruhi individu serta kelompok dalam masyarakat. Ada banyak teori yang dapat kita gunakan untuk menganalisis bagaimana sebuah sistem budaya dapat beradaptasi di tengah perubahan lingkungan ekologi dan sosial. Dalam hal ini, maka kami akan mengemukakan bagaimana budaya tradisional berkembang dilihat berdasarkan teori konflik dan hibridasi budaya.
* Teori konflik Budaya
Teori konflik melihat budaya sebagai arena konflik antara kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda. Budaya dianggap sebagai alat yang digunakan oleh kelompok dominan untuk mempertahankan kekuasaan.
* Teori Hibridasi Budaya
Hibridisasi budaya merujuk pada proses pencampuran elemen-elemen dari budaya yang berbeda untuk membentuk budaya baru yang bersifat campuran. Hibridisasi sering kali terjadi di era globalisasi.
Berdasarkan pemaparan di atas, kita dapat melihat bagaimana penerapan teori dan konsep budaya dalam sebuah karya sastra untuk melihat bagaimana konflik serta percampuran budaya tradisional dan modern terjadi dalam sebuah karya sastra yakni novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini.
Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini menggambarkan kehidupan perempuan Bali yang terjebak dalam persimpangan antara budaya tradisional dan modern. Lewat karakter-karakternya, novel ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai tradisional adat Bali berhadapan dengan realitas modern, terutama terkait peran perempuan, kasta, dan eksistensi individu.
Konflik Budaya Tradisional dan Modern dalam novel Tarian Bumi
Konflik budaya dapat kita lihat dalam karya sastra Tarian Bumi melalui beberapa masalah yang dialami oreh para tokohnya, seperti:
* Tokoh Luh Sekar: Luh Sekar adalah perempuan yang ingin melampaui batasan kasta, tetapi jika ia melakukan itu, maka ia menghadapi pengucilan karena melanggar norma adat. Hal ini menunjukkan bagaimana sistem kasta sebagai simbol budaya tradisional tidak memberi ruang untuk fleksibilitas dalam menghadapi perubahan zaman. Seperti saat Luh Sekar sudah dipinang oleh Ida Bagus Ngurah Pidada, maka dirinya sudah bukan merupakan wanita sudra dan sudah bukan lagi menjadi bagian dari keluarganya, bahkan saat ibunya meninggal, Luh Sekar tidak diizinkan untuk sekedar memegang mayat ibunya.
* Tokoh Telaga: Sebagai generasi berikutnya, Telaga mencoba menyeimbangkan tradisi dan modernitas. Ia memilih untuk menikahi laki-laki dari kasta lebih rendah, sebuah tindakan yang mencerminkan perlawanan terhadap struktur tradisional. Karena dari tokoh Telaga mencerminkan bagaimana dirinya akhirnya memberontak pada sistem kasta dengan menikahi Wayan Sasmitha, tetapi tetap mengikuti upacara adat untuk turun kasta.
Hibridisasi Budaya dalam Identitas Perempuan
Hibridasi antara budaya tradisional dan modern dapat terlihat dalam novel seperti dalam data berikut:
* Hibridisasi terlihat pada cara Telaga memadukan nilai-nilai adat Bali dengan kebebasan modern. Ia tetap menghormati budaya tradisional, seperti mengikuti upacara adat, tetapi pada saat yang sama mempertahankan prinsip kebebasan individu.
* Dalam novel, pakaian, bahasa, dan ritual menunjukkan proses adaptasi budaya, di mana elemen modern disisipkan ke dalam kerangka tradisional.
* Novel ini juga mencerminkan perjuangan perempuan dalam menghadapi budaya patriarki. Telaga dan Luh Sekar sebagai agen (individu) menunjukkan bagaimana perempuan dapat menantang struktur budaya yang membatasi, meskipun mereka tetap berada dalam tekanan sosial yang besar.
* Melalui hibridasi budaya, indakan pemberontakan mereka bisa dilihat sebagai upaya untuk menciptakan ruang baru dalam struktur budaya Bali.
Novel Tarian Bumi merupakan refleksi dari dinamika budaya tradisional dan modern di Bali. Dalam novel ini, budaya tradisional diwakili oleh adat-istiadat yang kaku, sementara modernitas hadir dalam bentuk pemberontakan individu, pendidikan, dan kebebasan memilih.
Melalui teori konflik budaya, terlihat bahwa pertemuan budaya tradisional dan modern sering kali menghasilkan ketegangan yang sulit diatasi. Namun, konsep hibridisasi budaya menunjukkan bahwa perempuan Bali, seperti Telaga, mampu menciptakan identitas baru yang memadukan elemen tradisional dan modern serta dapat beradaptasi dengan konflik karena modernitas tersebut melaluo kompromi dan inovasi.
Sebagai sebuah karya sastra, Tarian Bumi tidak hanya menggambarkan realitas sosial Bali, tetapi juga menjadi media kritik terhadap sistem patriarki dan struktur adat yang terlalu kaku, seraya memberikan ruang bagi munculnya budaya yang lebih inklusif dan dinamis. Oka Rusmini menunjukkan bahwa identitas budaya Bali tidaklah statis, melainkan terus berkembang melalui dialog antara tradisi dan modernitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H