Konflik budaya dapat kita lihat dalam karya sastra Tarian Bumi melalui beberapa masalah yang dialami oreh para tokohnya, seperti:
* Tokoh Luh Sekar: Luh Sekar adalah perempuan yang ingin melampaui batasan kasta, tetapi jika ia melakukan itu, maka ia menghadapi pengucilan karena melanggar norma adat. Hal ini menunjukkan bagaimana sistem kasta sebagai simbol budaya tradisional tidak memberi ruang untuk fleksibilitas dalam menghadapi perubahan zaman. Seperti saat Luh Sekar sudah dipinang oleh Ida Bagus Ngurah Pidada, maka dirinya sudah bukan merupakan wanita sudra dan sudah bukan lagi menjadi bagian dari keluarganya, bahkan saat ibunya meninggal, Luh Sekar tidak diizinkan untuk sekedar memegang mayat ibunya.
* Tokoh Telaga: Sebagai generasi berikutnya, Telaga mencoba menyeimbangkan tradisi dan modernitas. Ia memilih untuk menikahi laki-laki dari kasta lebih rendah, sebuah tindakan yang mencerminkan perlawanan terhadap struktur tradisional. Karena dari tokoh Telaga mencerminkan bagaimana dirinya akhirnya memberontak pada sistem kasta dengan menikahi Wayan Sasmitha, tetapi tetap mengikuti upacara adat untuk turun kasta.
Hibridisasi Budaya dalam Identitas Perempuan
Hibridasi antara budaya tradisional dan modern dapat terlihat dalam novel seperti dalam data berikut:
* Hibridisasi terlihat pada cara Telaga memadukan nilai-nilai adat Bali dengan kebebasan modern. Ia tetap menghormati budaya tradisional, seperti mengikuti upacara adat, tetapi pada saat yang sama mempertahankan prinsip kebebasan individu.
* Dalam novel, pakaian, bahasa, dan ritual menunjukkan proses adaptasi budaya, di mana elemen modern disisipkan ke dalam kerangka tradisional.
* Novel ini juga mencerminkan perjuangan perempuan dalam menghadapi budaya patriarki. Telaga dan Luh Sekar sebagai agen (individu) menunjukkan bagaimana perempuan dapat menantang struktur budaya yang membatasi, meskipun mereka tetap berada dalam tekanan sosial yang besar.
* Melalui hibridasi budaya, indakan pemberontakan mereka bisa dilihat sebagai upaya untuk menciptakan ruang baru dalam struktur budaya Bali.
Novel Tarian Bumi merupakan refleksi dari dinamika budaya tradisional dan modern di Bali. Dalam novel ini, budaya tradisional diwakili oleh adat-istiadat yang kaku, sementara modernitas hadir dalam bentuk pemberontakan individu, pendidikan, dan kebebasan memilih.
Melalui teori konflik budaya, terlihat bahwa pertemuan budaya tradisional dan modern sering kali menghasilkan ketegangan yang sulit diatasi. Namun, konsep hibridisasi budaya menunjukkan bahwa perempuan Bali, seperti Telaga, mampu menciptakan identitas baru yang memadukan elemen tradisional dan modern serta dapat beradaptasi dengan konflik karena modernitas tersebut melaluo kompromi dan inovasi.