3.Prinsip menari dengan pilihan
 proses belajar mengajar Pemilihan suatu proses belajar mengajar harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu apakah metode yang digunakan sudah tepat dan mampu memberikan berbagai kegiatan untuk melayani perbedaan individu siswa.tidak, juga menyediakan urutan kegiatan untuk beberapa tingkat dan penggunaan metode tersebut dapat mencapai Tujuan Pembelajaran. Apalagi jika metode tersebut dapat mengaktifkan siswa, mendorong pengembangan keterampilan baru dan menciptakan jaringan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah sekaligus mendorong pemanfaatan sumber belajar di keluarga dan masyarakat, serta perlunya kegiatan belajar yang fokus. pada proses pembelajaran yang dapat dilakukan dalam setting dunia nyata. , tidak hanya dilihat dan didengar.
4.Prinsip tari Pemilihan media dan alat pendidikan
Proses belajar mengajar harus didukung dengan penggunaan alat peraga dan bahan ajar yang tepat. Alat bantu dan alat yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik budaya setempat.
5.Prinsip menari dengan pilihan kegiatan evaluasi
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kegiatan penilaian antara lain penyiapan alat penilaian yang harus mengikuti sejumlah proses mulai dari perumusan tujuan bersama, diuraikan dalam bentuk kemungkinan tingkah laku, pengamatan siswa, dihubungkan dengan bahan pelajaran dan tes tertulis
D. Pakarena dan Tari Kipas adalah salah satu bentuk budaya lokal di kalangan penduduk Sulawesi Selatan Tari Pakarena adalah tarian tradisional Sulawesi Selatan yang diiringi oleh 2 (dua) kepala kendang (gandrang) dan sepasang alat musik seperti suling . (puikpuik). Tarian Pakarena yang dibawakan oleh para penari menunjukkan kelembutan wanita Makassar. Tarian ini terutama mempertunjukkan gerakan mengayunkan tangan ke kiri, ke kanan dan ke depan secara teratur dan lambat, namun gerakan tangan hanya diangkat setinggi bahu, tidak pernah setinggi kepala atau tangan. Meskipun penuh dengan kelembutan, tarian ini sangat enerjik, bahkan terkadang disebabkan oleh iringan para wanita yang tampil. Tari Pakarena merupakan tarian tradisional Makassar. Pada abad ke-20, tarian ini mulai berangkat dari tradisi keraton dan menjadi pemandangan yang sangat populer.
 Selain tari pakarena yang dibawakan oleh konduktor Pakarena Maccoppong Daeng Rannu (terakhir) di kabupaten Gowa, ada jenis tari pakarena lain yang berasal dari kabupaten Kepulauan Selayar, yaitu "tari Pakarena Gantarang". Disebut tari Pakarena Gantarang karena tarian ini berasal dari desa yang pernah menjadi pusat kerajaan di pulau Selayar, yaitu Gantarang Lalang Bata. Tarian yang dibawakan oleh sekitar empat orang penari wanita ini pertama kali dipentaskan pada abad ke-17, tepatnya pada tahun 1903 ketika Pangali Patta Raja dinobatkan sebagai raja Gantarang Lalang Bata. Tarian ini sangat artistik dan penuh makna, halus bahkan sulit dibedakan satu sama lain.
Tarian ini dibagi menjadi 12 bagian. Setiap gerakan memiliki arti khusus. Posisi duduk merupakan tanda awal dan akhir dari tarian pakarena. Gerakannya berputar searah jarum jam, melambangkan perputaran kehidupan manusia. Sedangkan gerakan top-down seperti cermin yang mencerminkan ritme kehidupan. Aturan mainnya, seorang penari pakarena tidak diperbolehkan membuka mata lebar-lebar. Mirip dengan gerakan kaki, jangan mengangkat terlalu tinggi. Ini berlaku sepanjang tarian, yang berlangsung sekitar dua jam. Tarian Pakarena Gantarang ini diiringi oleh alat musik seperti kendang, kannongkannong, gong, kancing dan puipui. Sedangkan kostum penarinya adalah: pakaian Pahang, lipa` sa'be (sarung sutra khas Sulawesi Selatan) dan perhiasan dari Bupati Selayar. Pada tahun 2007, Tari Pakarena Gantarang mewakili Sulawesi Selatan dan Indonesia pada Event Jembatan Budaya Indonesia-Malaysia 2007 di Kuala Lumpur Convention Center (KLCC).
Tarian Pakarena Gantarang terkait dengan penampilan Tumanurung. Tumanurung adalah bidadari dari surga yang membimbing manusia di bumi. Petunjuk-petunjuk tersebut diberikan dalam bentuk simbol-simbol berupa gerakan-gerakan yang kemudian dikenal dengan Tari Pakarena Gantarang. Hampir menyamai apa yang dikatakan oleh salah satu pemain Tari Pakarena Makassar, Munasiah Nadjamuddin. Wanita yang akrab disapa Mama Jinne ini mengatakan bahwa tarian Pakarena berawal dari kisah terpisahnya penghuni botting langi (tanah surga) dari penghuni lino (bumi) purba. Sebelum berpisah, Botting Langi mengajari penghuni lino cara hidup, cara bertani, dan cara berburu melalui gerakan tangan, tubuh, dan kaki. Jurus ini kemudian menjadi tarian seremonial sebagai ungkapan rasa terima kasih para penduduk bumi kepada para penghuni langit. Tarian Kipas Pakarena merupakan ekspresi seni masyarakat Gowa yang sering dipentaskan untuk mempromosikan pariwisata di Sulawesi Selatan. Dalam bahasa setempat, "pakarena" berasal dari kata "karena" yang berarti "bermain". Tarian ini sudah menjadi tradisi di kalangan penduduk Gowa, kerajaan kuno Gowa. Banyak ekspresi kelembutan yang terlihat dalam gerak tari ini, yang mencerminkan karakter perempuan Gowa yang santun, setia, patuh dan hormat kepada laki-laki pada umumnya, khususnya suaminya. Tarian ini sebenarnya terbagi menjadi 12 bagian, walaupun agak sulit bagi orang awam untuk membedakannya karena pola gerak bagian yang satu cenderung mirip dengan bagian lainnya. Namun setiap pola memiliki arti tersendiri. Seperti gerakan duduk yang menandai awal dan akhir pementasan tari pakarena. Perputaran jarum jam melambangkan perputaran kehidupan manusia. Sedangkan gerakan dari atas ke bawah mencerminkan roda kehidupan, terkadang di bawah dan terkadang di atas.
Tarian Kipas Pakarena memiliki aturan yang sangat unik, yaitu penari tidak boleh membuka mata terlalu lebar, dan pada saat yang sama, gerakan kaki tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Tarian ini biasanya berlangsung sekitar dua jam, sehingga para penari harus dalam kondisi fisik yang prima. Selama ini, tawon Gandrang Pakarena, disambut dengan suara tuiptuip atau suling, akan mengiringi gerakan para penari. Raungan Gandrang Pakarena yang berfungsi sebagai pengatur ritme, dianggap mencerminkan kepribadian pria Sulawesi Selatan yang keras. Sebagai pengatur irama musik pengiring, pemain gandrang harus memahami gerak-gerik tari pakarena. Kelompok instrumentalis di balik tarian ini biasanya terdiri dari tujuh orang dan disebut Gondrong Detail.