Mohon tunggu...
Lisa Andini
Lisa Andini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Perkenalkan saya Lisa Andini mahasiswa STAI Al - Hamidiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Pendidikan Karakter RA Kartini dalam Buku Habis Gelap Terbitlah Terang

6 Juli 2023   23:33 Diperbarui: 8 Juli 2023   11:38 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nilai-nilai karakter dalam pendidikan tentunya sangat penting, sebab pendidikan merupakan salah satu tempat untuk membentuk karakter peserta didik. Karakter setiap orang tentunya berbeda beda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah diidentifikasikan kedalam 18 nilai- nilai yang bersumber dari pancasila, agama, sosial dan tujuan pendidikan. 

Diantaranya adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Sekolah memiliki peranan penting dalam membentuk karakter peserta didik. Begitu pentingnya nilai-nilai karakter penulis berusaha untuk meniliti nilai nilai karakter salah satu pahlawan wanita Indonesia yaitu RA kartini. kartini merupakan sosok pahlawan wanita Indonesia . Sifat karakter kartini dalam memperjuangkan keadilan perempuan Indonesia patut diterapkan dalam dunia pendidikan. Karakter ra kartini memberi dampak perubahan yang baik terhadap kemajuan Indonesia terutama dalam hak pendidikan bagi perempuan. Maka penulis akan mendeskripsikan nilai nilai pendidikan karakter dari ra kartini yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan.

Raden Ajeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1897 dan wafat pada tanggal 17 September 1904. Ia lahir dari keluarga ningrat putra R.M.A.A. Sosroningrat, yang mana merupakan seorang Bupati Jepara dan merupakan putra dari pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang Bupati Demak. Ibunya, Mas Ajeng Ngasirah yang berasal dari kalangan biasa, putri dari kyai Haji Madirono seorang guru agama terkenal di Telukawur, Jepara dan juga Nyai Haji Siti Aminah.

Ayah Kartini berpandangan begitu progresif, yang mana sikap tersebut adalah turunan dari ayahnya yang dulu sebagai Bupati Demak. Beliau meninggalkan pesan teruntuk putra putrinya sebelumnya wafatnya bahwa "tanpa pengetahuan kalian kelak tidak akan bahagia dan dinasti kita akan semakin mundur". 

Semua anak-anak baik putra maupun putrinya disekolahkan, meski terdapat perbedaan dalam tingkatan pendidikan. Kartini dan saudara-saudaranya dimasukkan di Earopese Lagere School. Mengingat kembali, bahwa pada masa itu tradisi masyarakat Jawa memandang tidak etis menyekolahkan anak-anak perempuan bersama laki-laki Indo-Belanda. Mencermati background keluarga Kartini dapat dipahami bahwa dalam diri Kartini memiliki potensi unggul untuk dapat dikembangkan menjadi pribadi yang berkualitas. Realisasi perkembangannya yang begitu dipengaruhi oleh kehidupannya, baik pendidikan maupun aktifitas-aktifitasnya.

Kartini menginginkan kebebasan yang tidak terikat dengan adat istiadat. Adat istiadat yang membelenggu kuat di jawa ini tidak bisa dihilangkan begitu saja. Kartini yakin pasti bisa melepaskan belenggu adat istiadat. Pasti akan ada masa itu. Kartini yang ingin berjuang untuk masyarakat luas, dan bekerja demi kebahagian sesama. Kartini yang mengemban semboyan kebebasan dan kegembiraan.

Kartini termasuk anak yang cerdas saat sekolah bersama kawan kawannya di sekolah rendah eropa. 

Meskipun ada saja guru yang tidak senang jika terdapat anak bumi putera yang mendapat nilai lebih tinggi daripada anak belanda saat dikelas, padahal dengan kemampuan dan kompetensi anak itu sendiri. akan tapi hal itu tidak memberikan kekecewaan pada anak bumi putera, karena tidak semua guru memperlakukan muridnya dengan tidak adil, masa sekolah merupakan masa masa yang sangat disukai kartini, memperoleh pendidikan dan mengetahui segalanya tentang dunia. hanya saja saat umur sudah menginjak 12 tahun, perempuan diharuskan melakukan adat istiadat yang berlaku yaitu pingitan, sampai dipersunting oleh calon suaminya. Sehingga perempuan mau tidak mau harus berhenti sekolah.

Kartini juga merupakan sosok yang yang sederhana seperti dari pakaiannya yang sederhana, dengan kesederhanaan itulah kartini tidak ingin dipandang sebagai keturunan bangsawan juga tidak gila hormat. Kartini menikah dengan bupati rembang, dengan beberapa syarat syarat yang harus dipenuhi. Kartini mewujudkan cita-citanya yaitu sebagai seorang guru. Dirembang kartini mendirikan sekolah anak untuk perempuan, banyak dukungan dari suaminya dalam mewujudkan cita cita kartini, keduanya memiliki pemikiran yang sejalan. 

Meskipun dalam mengajar di sekolah anak perempuan yang didirikannya hanya sebentar, sekitar 1 tahun, dikarenakan kartini setelah melahirkan, di panggil oleh yang maha kuasa. Setidaknya kartini berhasil mewujudkan cita- citanya. Tulisan R.A. Kartini mengemukakan akan pentingnya pendidikan akhlak sebagai inti dari peradaban sebuah bangsa.

Bila orang hendak sungguh-sungguh memajukan peradaban, maka kecerdasan pikiran dan pertumbuhan budi harus sama-sama dimajukan. Siapa yang paling banyak berbuat untuk yang terakhir, yang paling banyak membantu mempertinggi kadar budi manusia? Wanita, ibu. Karena manusia pertama-tama menerima pendidikan dari seorang perempuan. Dan tangan seorang perempuanlah, anak-anak mulai belajar merasa, berpikir, dan berbicara. Didikan pertama kali itu bukan tanpa arti bagi seluruh penghidupan. Salah satu sifat orang Jawa yang kurang baik, dan kalau perlu dibasmi, adalah sifat gila sanjungan. 

Dari kutipan di atas, bahwa R.A Kartini mengemukakan bagaimana pentingnya pendidikan akhlak yang terbentuk sedari awal dari keluarga, terutama ibu. Dalam hal ini, telah kita ketahui bersama bahwa kelak perempuan akan menjadi seorang ibu yang mana menjadi madrasah utama bagi anak-anaknya. Peran penting dalam mendidik pendidikan karakter agar kelak dewasa anak-anak sudah dibekali akhlak yang baik serta menjadi pribadi yang rendah hati.

Mengenai pendidikan karakter, bahwasannya R.A Kartini pernah mengemukakan idenya dalam surat yang ditujukan kepada Nyonya N. Van. Kol. Isi dalam surat tersebut R.A Kartini menyampaikan bahwa pendidikan erat kaitannya dengan tata susila dan akhlak. R. A. Kartini berkata, "Saya harap dengan pendidikan dapat membantu pembentukan watak, dan yang paling utama adalah cita-cita. Cita-cita ini wajib dikembangkan oleh pendidikan dengan terus-menerus, tak henti-hentinya." Selain itu, R.A Kartini juga mengemukakan bahwa pentingnya pendidikan agar masyarakat pandangannya menjadi maju serta terbuka.

Dari surat kartini menyatakan bahwa pendidikan bukanlah mengambil peradaban dan budaya lain ke dalam budaya Indonesia ataupun Jawa. Melainkan bahwa pendidikan karakter harus menjadi bagian utama dari pendidikan. R.A Kartini berpandangan mengenai pendidikan karakter terbentuk dari keseharian kondisi sosial kultural masyarakat Jawa pada era itu. 

Melihat hal tersebut, R.A.Kartini memberi respon terhadap masyarakat Jawa yang kurang apresiatif terhadap pendidikan dan melihat pendidikan sebagai upaya pembaratan. Kemudian R.A Kartini kembali memberi respon dalam menyikapi hal tersebut yang mana menyatakan bahwa inti dari pendidikan adalah pendidikan karakter, yang berakar pada budaya setempat.

Pernyataan Kartini dalam suratnya, bahwa "Bagi saya pendidikan itu merupakan pembentukan budi dan jiwa", merupakan bagian dari pendidikan karakter, yang mana kepribadian secara menyeluruh pada manusia secara seimbang dilatih melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan serta kepekaan terhadap tubuh manusia itu sendiri. Sisi lain dari itu, R.A Kartini juga menyatakan, "seorang pendidik harus juga memelihara pembentukan budi pekerti, dimaksudkan bagaimana seorang pendidik mempunyai akhlak yang baik. Karena terlahirnya anak-anak yang pintar dan terjaga pula tingkah lakunya berada di tangan seorang pendidik.

Selain itu, R.A Kartini menuliskan juga mengenai bagaimana mendidik yang tidak hanya sekedar menjadi guru, melainkan pentingnya memberikan contoh yang baik terhadap peserta didiknya.

Dapat kita lihat dari pernyataan surat R.A. Kartini bahwa pendidikan itu penting, namun ada yang lebih utama dalam pendidikan itu sendiri yaitu menjaga akhlak dengan baik. Karena banyak sekali orang yang berpendidikan namun tidak memiliki akhlak. Dengan demikian, sama seperti halnya dengan pernyataan "adab lebih utama, dibanding dengan ilmu". Orang berilmu belum tentu memiliki adab, namun orang yang memiliki adab sudah pasti berilmu.

Kartini merupakan orang yang cerdas dan kritis. kartini menginginkan perubahan untuk Indonesia, keluh kesah yang dialami kartini sebagai seorang perempuan yang harus tunduk akan adat istiadat dan tidak diberi hak keadilan untuk perempuan terutama dalam hal pendidikan menjadikan kartini prihatin dan ingin memperjuangkan hak keadilan bagi perempuan. Karakter-katakter Kartini yang dalam memperjuangkan hak perempuan, dapat diterapkan di dunia pendidikan dan dapat diambil nilai- nilai karakternya. Beberapa nilai- nilai kartini tersebut yang penulis rangkum diantaranya sebagai berikut.

Pertama.Pantang menyerah, tidak takut gagal merupakan karakter yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik untuk meraih tujuan dan cita citanya. Dalam karakter kartini, Kartini merupakan sosok yang pantang menyerah, tidak takut gagal. terbukti saat kartini berjuang dalam mengenal pendidikan eropa. Kartini menyadari di masa depan saat itu akan banyak kesulitan yang mengahdangnya, akan tetapi kartini tidak takut menghadapinya. Terbukti dalam  suratnya yang berisi. "Bagiku, lebih baik berjuang seumur hidup dalam kesulitan daripada tidak mengenal segala sesuatu pendidikan eropa yang mengisi hidup saya. Saya tahu, di depan sana akan banyak kesulitan, tetapi saya tidak takut menghadapinya."

Dengan sifat karakter kartini yang pantang menyerah dan tidak takut gagal ini jika diterapkan kepada peserta didik, tentunya akan memberikan banyak manfaat kepada si anak. Pantang menyerah dapat mendorong anak untuk mendapatkan atau mencapai tujuan dan cita- citanya. Karakter pantang menyerah ini juga dapat memberikan dampak positif, seperti lebih berprestasi, berani, dan menambah pengalaman si anak.

Kedua. Kartini sangat suka membaca, terbukti dengan kartini yang belajar bahasa belanda agar dapat mengetahui isi bacaan buku dan karangan serta belajar bahasa belanda untuk dapat berkomunikasi dengan orang orang belanda. Banyak sekali buku buku yang dibaca kartini. Dalam surat surat kartini yang dikirim kepada sahabat penanya di belanda kartini banyak membicarakan tentang buku buku yang dibacanya, dan juga merekomendasikan buku buku yang cocok dibaca sahabat penanya itu. Salah satu suratnya yang berisi 'percayakah kamu, bahwa saya membaca H.V.s langsung tamat sekaligus? 

Saya mengurung diri dalam kamar kami, lupa segala-galanya. Saya tidak dapat melepaskan buku itu, saya terseret hanyut. saya ingin kamu membaca sesuatu, yang baru baru ini saya baca yaitu karangan terjemahan dari bahasa inggris berjudul :"tujuan pergerakan wanita". Dan ada lagi yang harus kamu baca, kalau kamu belum tahu, " wayang orang' karangan martine tonnet dalam " de gids" nomor November. 

Membaca tentunya sangatlah penting. Tujuan membaca salah satunya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan agar menjadi cerdas. Akan tetapi minat baca orang Indonesia saat ini masih dalam level yang rendah daripada Negara negara lainnya. 

Karakter kartini yang gemar membaca tentunya patut dan harus di terapkan dalam dunia pendidikan, sebab dalam mencerdaskan anak bangsa tentunya tidak luput dari membaca. Usaha usaha yang dilakukan sekolah dalam rangka untuk meningkatkan minat baca ini sekolah- sekolah menggadakkan GLS atau gerakan literasi sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan minat baca para peserta didik. Karakter kartini yang membacanya sangat tepat jika diterapkan dalam dunia pendidikan.

Ketiga. Kartini memiliki sifat peduli, dengan masa masa yang dialaminya seperti adat istiadat jawa yang mewajibkan perempuan untuk dipingit saat usianya mulai 12 tahun sampai ada yang mempersunting baru bisa keluar dari pingitan, masa masa yang dialami kartini saat itu dirasakan betul oleh kartini. Banyak sekali aturan aturan yang harus patuhi seperti harus patuh kepada kakak laki- lakinya dan bersikap sopan kepada saudara yang lebih tua, misalkan jika saudara yang lebih tua lewat didepan kartini, maka kartini harus bersikap sopan dan menggunakan bahasa kromo ( jawa). 

Keprihatinan dan kepedulian kartini terhadap ketidakadilan perempuan dalam memperoleh pendidikan seperti laki laki merupakan awal dari perjuangannya. kartini ingin terbebas dari belenggu adat istiadat. Kartini ingin bebas dari tekanan adat istiadat yang rumit yang menghambat cita citanya. Terdapat Salah satu surat yang menceritakan keprihatinan dan kepedulian terhadap perempuan di Indonesia yang dikirim kepada nyoya R.M. Abendanon- mandri pada agustus 1900 yang berisi.

"ke depan, masih terbentang masa depan untuk kami. Mari kita lihat, apa yang masih bisa kita perbuat selama ini. " saya sayang kepada perempuan, dan menaruh perhatian besar kepada nasibnya. Tak terbilang perempuan yang ditindas. Suatu perlakuan yang masih ada diberbagai negeri hingga kini. Saya bela dia dengan senang dan setia".

Karakter peduli yang ada pada kartini dalam sosial dan lingkungan tentunya memiliki nilai karakter yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan, peserta didik harus memiliki karakter peduli tentunya akan memberi dampak yang baik, seperti banyak teman, saling tolong menolong, saling bergotong royong, saling bekerja sama dengan baik dll.

Keempat.  toleransi. Sahabat pena kartini beragama non- muslim. Meskipun memeluk agama yang berbeda tapi kartini tetap menghargainya. Kartini sering menceritakan sekilas tentang agama yang dipeluknya, karakter toleransi kartini terbukti pada suratnya 21 juli 1902 ( nyonya N. van kol)

"Selamanya kami maklum dan mengerti, bahwa inti semua agama adalah kebaikan, bahwa semua agama itu baik dan bagus. Tetapi, Manuasia !, apa yang kau perbuat dengan agama itu!

Agama dimaksudkan supaya memberi berkah. Untuk membentuk tali silaturahmi antar sesama makhluk Allah. berkulit putih atau cokelat, Tidak pandang pangkat, perempuan atau laki-laki, kepercayaan, semuanya kita ini anak bapak yang seorang itu, tuhan yang maha esa!

Tiada tuhan selain allah! Kata kami umat muslim, dan bersama-sama kami semua yang beriman, kaum monothies; Allah itu tuhan, pencipta alam semesta.

Anak bapak yang maha esa, laki-  laki perempuan  jadi saudara hatus saling mencintai, yaitu tolong menolong dan membantu, serta saling mencintai, itulah dasar segala agama. Seadainya agama itu dipahami dan dipatuhi, maka akan terwujudlah maksud yang murni bagi umat manusia, ialah berkah!"

Karakter kartini dalam toleransi, menghargai perbedaan tentunya sangat berguna  untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. toleransi perlu dimiliki oleh peserta didik, menghargai perbedaan agar tidak saling mengejek terhadap perbedaan yang ada. sebab Indonesia itu beragam, banyak suku, agama, budaya. Tentunya pendidikan berusaha membuat peserta didik untuk menerapkan karakter toleransi.

Kelima. Religius, keluarga kartini dari pihak ibu merupakan keluarga yang religius, ibu kartini memberikan didikan keras tentang agama kepada anak- anaknya, kakeknya kartini dari pihak ibu merupakan seorang guru ngaji yang cukup terkenal pada saat itu. dalam buku kartini pada mulanya kartini mengkritik tentang agama yang memberikan kebebasan kepada laki- laki dalam hal poligami, kartini juga berkomentar kenapa kitab suci al quran dilarang keras oleh para ulama untuk diterjemahkan saat masa itu. Kartini diajari membaca al-quran oleh gurunya tapi tidak tau arti dan maksud yang dibacanya. 

Sampai kartini pernah mengikuti pengajian oleh kyai soleh darat disitu kartini bergitu tersentuh dan tertarik saat diterangkan arti dari surat pertama dalam alquran yaitu surah alfatihah. Lama lama kartini pun mulai meyadari keadaan. Dan tak mungkin untuk menyalahkan agama, karena sudah ketetapan yang maha kuasa.

Karakter religius perlu diterapkan dalam dunia pendidikan, sebab hal pertama yang paling penting adalah religius, mengenal tuhan, dan semua yang dilakukan dunia ini semata mata karena Allah SWT. dengan agama dan keyakinan kita pada yang maha kuasa, diharapkan dapat diberikan kemudahan dalam menuntut ilmu dan berharap mendapat ridho dari Allah SWT. karakter religius sangatlah penting karena pendidikan merupakan tempat dimana anak dapat didik agar lebih baik termasuk lebih religius.

DAFTAR PUSTAKA 

Ima, D., Restu, N., & Yusuf, S. (2020). Nilai-nilai pendidikan karakter ra kartini dalam buku habis gelap terbitlah terang. At-Thullab Jurnal Mahasiswa Studi Islam , 2 (1), 343-354.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun