DIAM-DIAM DALAM DERETAN KERETA MALAM
KU LIHAT JUBAH PUTIH BERLANTANG RUANG
BAK PENOPANG JALANAN YANG AMAT PANJANG
AKU TELUSURI KERAMAIAN DALAM 1 TATAPAN
TAK TINGGAL DIAMÂ
MATAKU MULAI TERTUJU PADA SATU KURSIÂ
KUDAPATI ADA CAHAYA YANG SINARNYA SEPERTI REMBULAN
AKU MULAI MENGAMATI DARI KEJAUHAN HINGGA BERDEKATAN
SEMAKIN LAMA AKU PERHATIKAN SEMAKIN BERGETAR JIWAKU
SUNGGUH INDAH NAMUN TAK BISA KU RASAKAN
TATKALA DIRINYA MULAI TERSENYUM BAGAI PERMADANI TERBANG
AKU SEMAKIN HANYUT DALAM LAMUNAN
TERKESIMA
TERPESONOÂ
KETIKA AKU MENATAPNYA
MENATAP SEBUAH JIWA YANG TERNYATA MENTAP KU JUA
OH TUHAN ALAM YANG AGUNG
KURASAKAN TERBANG MELAYANGÂ
HINGGA AKHIRNYA SENYUM ITU BERUBAH RINDUÂ
KETIKA AKHIR DARI GERBONG PERJALANAN
AKU
AKU MULAI MERASAKAN RINDU KETIKA SENYUM TERAKHIRNYA MELEKAT
MASIH TERINGAT BETAPA MANISNYA KETIKA LESUNG PIPI KECIL TERUKIR INDAH
DUHAI PEMILIK SEMESTAÂ
AKU TITIPKAN JIWA YANG FANA
BERHARAP HARI AKAN INDAHÂ
SAMA PADA MASA DERETAN KERETA MALAM INI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H