Mohon tunggu...
Lilis Indrawati
Lilis Indrawati Mohon Tunggu... Guru -

Guru SMA\r\ndi Kota Malang

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Trip ke Penang ala Backpacker

18 Maret 2019   13:36 Diperbarui: 19 Maret 2019   11:47 4777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami hanya sebentar di mall ini, lalu keluar dan melihat restoran cepat saji (yang juga populer di Indonesia). Dengan berjalan beberapa meter sampailah di restoran itu. Alhamdulillah, ada label halal.

Gedung yang di jadikan restoran ini berarsitektur kolonial yang megah dan kokoh. Di atas pintu masuk ada papan kecil persegi panjang berwarna merah dengan tulisan kuning: BIRCH HOUSE 1908. Sudah terlanjur masuk, ternyata di sini tidak menyediakan menu nasi.

Ah, sudahlah. Sekali-sekali tidak makan nasi. (Usai makan saya belum merasa kenyang, hahaha..). Setelah cekrak cekrek di depan Penang Times Square bersama robot raksasa Optimus Prime dan Bumble Bee yang dibuat dari limbah spare part otomotive, kami lanjut menuju destinasi berikutnya, yaitu Butterworth.

Penang sebagai Negara Bagian terdiri atas wilayah daratan dan wilayah pulau yang dipisah oleh selat. Butterworth adalah kota terbesar di wilayah daratan yang menjadi salah satu pintu masuk menuju Pulau Penang. Butterworth berasal dari nama seorang Gubernur pada zaman penjajahan Inggris yang pernah berkuasa di Pulau Penang, yaitu V.T. Butterworth.

Sepanjang perjalanan menuju Butterworth, kami membicarakan banyak hal dengan sopir grab. Di Butterworth itluah letak stasiun KTM (dari sopir grab kami mengetahui bahwa KTM singkatan dari Keretapi Tanah Melayu). 

Awalnya kami ingin ke Butterworth naik ferry gratis dari pelabuhan ferry Raja Tun Uda di George Town menyeberang selat menuju ke pelabuhan Sultan Abdul Halim di Butterworth.

Akan tetapi, dengan mempertimbangkan waktu kami putuskan untuk naik grab. Mobil meluncur ke Butterworth melewati tol laut Penang Bright sepanjang 13,5 km. Jembatan itu bernama Jambatan Sultan Abdul Halim Mua'dzam Shah yang menghubungkan George Town ke Butterworth. (Di sisi jauh ada juga Jembatan Penang ke-2 sepanjang 24 km).

Ongkos grab dari Penang Times Square ke Butterworth RM39 sudah termasuk tambahan biaya tol. Kami ingin segera tiba di Butterworth untuk mendapatkan tiket KTM Night Sleeper yang sering disebut juga Sleeper Train, atau ETS (Electric Train Service) menuju Kuala Lumpur.

Sesampai di stasiun, kami langsung menuju ke lantai 1 (yang disebut lantai 1 di sini adalah lantai paling atas, harus naik tangga atau lift). Tetapi apa yang terjadi? Di dinding kaca loket terpasang kertas ukuran F4 landscape bertulisan "ETS TICKET TO KL SOLD OUT".

Waduuuhhh...! Ternyata tiket keretapi (baca: kereta api) tidak dijual on the spot. Kami beralih ke plan B, naik bus. Alhamdulillah, stasiun keretapi dan terminal bus di Butterworth ini berdampingan, demikian juga dengan pelabuhan verry. (Ini salah satu kehebatan manajemen dinas perhubungan Pemerintah Malaysia).

Terminal bus berada di Penang Sentral yang hanya berjarak beberapa meter saja dari stasiun. Setelah salat di surau stasiun sambil mengumpulkan kata sepakat, kami bergerak menuju Penang Sentral melalui lorong bawah gedung dan naik menggunakan lift ke lantai atas sesuai petunjuk arah menuju ke counter ticket. (Kata teman saya, "Diperlukan daya literasi tinggi untuk menghadapi situasi seperti ini". Terminal ini sekeren bandara, terminal rasa bandara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun