Mohon tunggu...
Lisdiana Sari
Lisdiana Sari Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer

Terus Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat, Seni Berbicara Jokowi Ungguli Prabowo

20 Januari 2019   12:16 Diperbarui: 20 Januari 2019   12:56 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pijatan bahu Sandiaga Uno kepada Prabowo Subianto saat debat pertama Pilpres 2019. (Foto: detik.com)

Barack Obama (Demokrat) menjalani rally debat yang melelahkan melawan John McCain (Republik), pada 2008. Ketika Pemilu dilaksanakan 4 November, Obama menang dan resmi menjabat Presiden Amerika Serikat ke-44. Lalu, pada 20 Januari 2009, Obama diambil sumpahnya.

Tak banyak yang tahu, Obama begitu disiplin mempersiapkan diri, acapkali debat calon presiden digelar. Evan Thomas dalam bukunya "A Long Time Coming" mengungkapkan, Obama menyiapkan diri seperti mau menempuh ujian akhir, tak ada rincian yang terlewatkan. Cermat lagi tekun.

Obama yang tidak ingin gagal, giat belajar hadapi debat. Ia menghafalkan rincian sistem persenjataan baru agar tidak tampak seperti orang awam dalam isu pertahanan nasional. Tantagan terberatnya, tulis Thomas, bukan pada pemahaman atas rincian kebijakan atau struktur belanja pertahanan itu. Melainkan, karena Obama perlu menunjukkan sesuatu, di luar kata-kata dengan penampilan seorang komandan tulen. Sesuatu itu adalah yang dahsyat efeknya. Para penasehatnya selalu mengingatkan, Obama harus tampil "presidensial".

Tak hanya itu, para penasehat Obama juga senantiasa cerewet untuk mengingatkan Obama agar jangan bersikap personal. Selalu tenang dan terkendali. Dan, selalu tunjukkan kenegarawanan. Kata para penasehat, "Pemilih tahu Anda mewakili perubahan; kini saatnya Anda harus meyakinkan mereka dengan menunjukkan diri Anda sebagai sosok presiden." (hal. 163)

Pijatan bahu Sandiaga Uno kepada Prabowo Subianto saat debat pertama Pilpres 2019. (Foto: detik.com)
Pijatan bahu Sandiaga Uno kepada Prabowo Subianto saat debat pertama Pilpres 2019. (Foto: detik.com)
Tidak cuma itu, Obama juga berkali-kali latihan debat secara secara serius. Salah satu lawan yang dijadikan mitra tanding yaitu Gregory Craig, pengacara di Washington sekaligus penasehat tak resmi untuk kebijakan luar negeri. Craig dipilih karena sangat tangkas berbicara, bahkan sesekali bernada keras. Dalam satu sessi latihan debat, Craig berpura-pura menjadi McCain, dan sampai-sampai melontarkan perkataan, "Jangan menguliahi saya mengenai perang." Craig menghardik Obama, "Jangan beritahu saya bagaimana menerjunkan pasukan di medan tempur. Saya sudah menerbangkan jet di atas Vietnam, ketika Anda masih SD."   

Dari kisah Obama ini, kita jadi mahfum, debat Capres tak sesederhana seperti yang kita tonton, dan sering pula kita olok-olok atau justru elu-elukan. Obama begitu keras persiapannya.

Lalu, bagaimana dengan McCain? Hal yang sama dilakukannya. Ia berlatih banyak dan terbukti pada hari pertama debat di Mississipi, McCain sering menyerang Obama, bahkan menyebut gagasan-gagasan pesaingnya itu sebagai "naf" dan "berbahaya". Tapi, Obama hanya tersenyum santai dan tidak terpancing.

Obama menyerang dengan menatap lawan. McCain merugi karena tak mau kontak mata dengan Obama. (Foto: slatmagazine.com)
Obama menyerang dengan menatap lawan. McCain merugi karena tak mau kontak mata dengan Obama. (Foto: slatmagazine.com)
Usai debat, para wartawan politik sibuk mencermati. Hasilnya, mereka menilai, McCain menyarangkan pukulan lebih banyak ketimbang Obama, sehingga meraih lebih banyak poin. Tapi anehnya, dalam jajak pendapat pascadebat, Obama justru tampil sebagai pemenang. Suami Michelle Obama ini dinilai tenang dan stabil. Beda dengan McCain, yang sejak awal tampak tertekan, sedikit marah dan tersinggung. McCain juga tidak menatap Obama, meski sudah diarahkan oleh Jim Lehrer selaku moderator, agar kedua kandidat saling berbicara langsung.

Dampaknya negatif bagi McCain. Karena justru lawannya, Obama, menjadi terlihat tampil lebih "presidensial".

Ketika kubu McCain mengevaluasi tayangan video debat, seorang penasehat menanyakan kepada McCain, "Mengapa Anda tidak pernah menatap Obama?" McCain gusar, emosi dan berkata, "Karena kalian yang menyarankan!"

Jawaban McCain memang benar. Pelatih debat Brett O'Donnell berkali-kali mengingatkan McCain, bahwa Obama cenderung menatap langsung lawannya ketika menyerang. Karena itu, O'Donnell menasehati McCain agar jangan membalas tatapan Obama supaya jangan terpengaruh. Jelas, ini salah paham. McCain mengartikan imbauan jangan menatap Obama secara apa adanya. Sedangkan pelatih debatnya berdalih, bukan begitu yang seharusnya dipraktikkan. Selain kesalahkaprahan ini, McCain sendiri bermasalah. Ia sudah seringkali menjadi narasumber talkshow di televisi, dan ia terbiasa memandang ke kamera, bukan kepada lawan bicara. Inilah kebiasaan McCain, yang akhirnya merugikan saat debat melawan Obama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun