Kelap kelip sih rasanya mata memandang, meski enggak kelihatan berkedip. Untungnya langit cerah. Bintang-bintang yang posisinya tak beraturan bak menyatu menjadi milky way. Indahnya tak bisa dilukiskan dengan kata-kata di tulisan ini. Pokoknya kami merasa kecil di tengah hamparan benda-benda langit ciptaanNya. Tuhan Maha Besar.
Menikmati pemandangan yang luar biasa ini, porter kami sibuk menyiapkan tripod, kamera disiapkan. Inilah moment menyenangkan, yaitu apalagi kalau bukan photo shooting. Hasil kreatif pemotretannya memang ciamik luar biasa. Fotonya keren, malah super kerendweh. Berfoto dengan biru kegelapan langit dan taburan bintang. Milky way yang kami idam-idamkan sejak masih di Jakarta, sudah sukses kami nikmati.
Ya tujuannya supaya enggak kedinginan, meskipun amit-amit jabang baby, jangan sampai juga deh kena hipotermia alias mekanisme tubuh yang kesulitan menyesuaikan dengan pengaturan temperatur suhu. Ini di puncak gunung lho, wajar sih kepikiran begitu, meskipun kami berdoa dalam hati supaya semua selamat dan jauh-jauh dari baying-bayang hipotermia ini. Duh Gusti Allah, lindungi kami selalu.
Pemotretan dengan latarbelakang milky way super cantik dilakukan sekitar 30 menit. Kami berempat sudah merasa seperti artis, meski enggak berani menyebut layaknya foto model. Mungkin tepatnya artis era Chicha Koeswoyo dan Dina Mariana kecil tempo doeloe, hahahaaaa ...
Usai pemotretan, kami lanjut dengan perjalanan yang menurun. Turun menuju ke tempat perkemahan. Waktunya sekitar 40 menit. Meski tidak sampai sejam, tapi rasanya waktu bergerak lambat. Kaki-kaki gank kura-kura sudah kembali mulai minta istirahat. Hayatilelahhh ...
Oh ya, tenda lain yang ditempati oleh teman-teman rombongan yang mendaki dan lebih dulu tiba di lokasi perkemahan ini juga berdampingan. Mereka pun sama, kelelahan. Sehingga tidak ada yang keluar dari tenda untuk menyambut gank kura-kura. Hanya suara sahutannya saja yang terdengar dari dalam tenda masing-masing. Maklumlah, hawa dingin tak membedakan siapa yang ingin dipeluk. Pokoknya, semua kedinginan.
Tanpa menunggu lama, kami pun langsung masuk tenda. Dingin semakin merasuk, baju kaos yang dikenakan dan kaos kaki yang mulai lembab segera kami ganti dengan yang kering. Saya sendiri pilih untuk mengenakan long john, baju hangat dan kaos kaki wool tebal. Tak lupa kami ini dibalur lagi minyak gosok agar tidak semakin kaku dan penat. Dan yang tak lupa mengonsumsi obat pereda sakit persendian yang memang sengaja saya bawa.Â
Teh panas yang cepat menjadi hangat dan dingin pun saya teguk sampai puas. Bukan saja dahaga yang menyerang, tapi juga demi menghangatkan badan. Kudapan non-karbo yang menjadi bekal untuk makan malam pun mulai saya lahap. Emak yang lain pun menghabiskan nasi makan malamnya, agar perut tidak kedinginan.