Dibawah kekuasaan VOC, peran Teluk Jakarta menjadi lebih penting. “Di sepanjang pesisir dibangun benteng yang menandakan sebagai batas wilayah kekuasaan. Gugusan pulau yang ada di perairan Teluk dibagi menjadi 2 sektor. Pulau Onrust menjadi pos pertahanan paling depan pada sektor Barat, dan Pulau Edam untuk sektor Timur. Pada masa itu, dagang dan perang dilakukan VOC semata-mata demi mempertahankan monopoli perdagangan,” papar Candrian.
Referensi lain dari Museum Kebaharian Jakarta menyebutkan, pada tahun 1610, VOC diberi izin oleh Pangeran Jayakarta, Wijayakrama untuk membangun loji (kantor dagang) di sebelah timur kali Ciliwung. VOC juga diberi izin menggunakan 4 pulau yaitu Onrust, Cipir, Kelor dan Bidadari sebagai tempat perbaikan atau galangan kapal. Sesudah VOC menguasai Jayakarta, 30 Mei 1619 dan mengganti nama Batavia, pulau-pulau tersebut menjadi semakin ramai dengan kegiatan galangan kapal, bongkar muat rempah-rempah. Galangan kapal di Pulau Onrust bahkan menjadi yang terbaik dan terbesar se-Asia pada abad 17 dan 18.
Sesuai namanya, Onrust atau sibuk (tanpa istirahat), pulau ini terus bergeliat dengan kesibukan galangan kapal dan bongkar muat rempah-rempah tadi. Pulau dengan luas sekitar 12 hektar ini, bahkan dihuni hampir 1.000 orang yang terdiri dari pegawai VOC, tentara VOC, pekerja galangan kapal dan pekerja bongkar muat rempah-rempah.
Kompasiana Blogtrip
Sebegitu banyak kisah dan peninggalan bersejarah di Pulau Onrust ini, saya saksikan langsung pada Kompasiana blogtrip bertajuk Pesona Bahari yang didukung sepenuhnya oleh Kementerian Pariwisata dan difasilitasi PT Seabreez Indonesia, pada 24 – 25 Oktober 2015. Ada 20 Kompasianer yang beruntung dan bersama sejumlah admin Kompasiana, tergabung dalam blogtrip seru sekaligus menampilkan pesona indonesia ini. Rombongan berangkat dari dermaga (pier) 15 di Marina Ancol dengan terlebih dahulu berlabuh di Pulau Bidadari. Barulah, dari sini rombongan menuju ke Pulau Onrust dan Kelor.
Adapun ke Pulau Cipir, sayang sekali karena waktu yang terbatas, maka rombongan hanya melintasinya saja, tanpa berlabuh. Tetapi, menyaksikan Pulau Cipir dari kejauhan sudah terlihat puing-puing bangunan yang aslinya berwarna putih. Menurut Candrian, di Pulau Cipir memang sarat dengan puing yang bermacam-macam fungsi. Mulai dari Rumah Sakit, Rumah Dokter, dan Rumah Sakit Karantina Haji. Rupanya memang, dahulu kala antara Pulau Onrust dan Pulu Cipir ini saling berkaitan, bahkan sempat dibangun jembatan, meski kemudian hancur akibat terjangan gelombang badai. Artinya, para jamaah haji yang mengalami sakit, akan dipindahkan dari Pulau Onrust ke Pulau Cipir.
Masih di Pulau Onrust, yang namanya berusaha dilokalkan menjadi Pulau Kapal, Arkeolog Candrian Attahiyyat kepada rombongan menjelaskan, barak karantina haji ini pernah dioperasionalkan pada 1911 – 1933.