Raja Ampat Doberai Eco Resort berlokasi di Pulau Urai, Waigeo Selatan, Raja Ampat, Papua Barat. Kalau di peta, letaknya di seberang dari ‘kepala burung’ Pulau Papua. Atau, dua jam perjalanan menyeberang ke Utara dari Sorong, dengan menggunakan kapal ferry.
Perjalanan saya ke Doberai Eco Resort adalah untuk melakukan penyelaman (diving). Terdiri dari 15 orang, kami berangkat dari Jakarta pada Jumat malam, 9 Oktober 2015 pada pukul 23.45 wib, dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia. Perjalanan tidak langsung ke Papua, melainkan transit dulu selama dua jam di Makasar 03.15 wita.
Di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makasar, kami sempat menunaikan shalat Subuh, untuk kemudian kembali melakukan penerbangan menuju ke Sorong, Papua Barat pada pukul 05.30 wita.
Ketika mendarat di Sorong, Papua Barat, waktu menunjukkan jam 08.40 wit. Dari Bandara Dominique Edward Osok, Sorong, kami menyewa empat taksi (Rp 200.000 per taksi untuk perjalanan pergi-pulang), untuk menuju ke salah satu obyek wisata yang cukup terkenal. Apalagi, kalau bukan Pagoda Sapta Ratna. Bangunan semacam kuil dengan atap bertumpuk-tumpuk hingga tujuh tingkat ini terletak di bukit kota Sorong.
Selesai mengunjungi Pagoda, atas rekomendasi Ibu Rika selaku pemilik Doberai Eco Resort, kami disarankan untuk makan siang di Rumah Makan Sari Rasa di Jalan Sam Ratulangi 88 (Kampung Baru), Sorong.
Menu makan yang ditawarkan mak nyus buanget, seperti ikan bakar dan udang bakar. Persis di sebelah rumah makan ini ada Toko Batik khas Papua. Jadilah, sembari menunggu makanan siap disajikan sejumlah anggota rombongan memilih untuk melihat-lihat kain dan busana Batik khas Papua yang sangat menarik dengan desain motif tradisional.
Setelah makan siang, rombongan langsung menuju ke pelabuhan yang ada di Kota Sorong, untuk menyeberang lautan menuju Pelabuhan Waisai di Raja Ampat. Penyeberangan ini dilakukan dengan menumpang kapal ferry ‘Bahari Express’. Perjalanan memakan waktu dua jam, dan sepanjang perjalanan kami melewatinya dengan banyak istirahat. Maklum, perut kenyang, badan lelah, dan ruangan di kapal ferry yang nyaman karena full AC. Tepat jam 16.00 wit, kapal ferry berlabuh di Pelabuhan Waisai, Raja Ampat.
Transportasi kapal ferry dari Sorong ke Pelabuhan Waisai, Raja Ampat hanya ada satu kali perjalanan saja pada hari Sabtu. Sedangkan pada hari lain, ada dua kali trip. Untuk penumpang yang memilih kelas Ekonomi, ongkosnya adalah Rp 130.000. Sedangkan untuk kelas VIP, selain ada fasilitas karaoke. Baik kabin Ekonomi maupun VIP, sama-sama nyaman karena memiliki fasilitas full AC.
Oh ya, ketika di Pelabuhan Kota Sorong, ketika hendak naik kapal ferry menuju ke Pelabuhan Waisai, Raja Ampat, setiap pelancong termasuk kami para penyelam, harus membayar semacam biaya pemeliharaan lingkungan hidup sebesar Rp 500.000 per orang (untuk periode satu tahun). Setelah membayar, kita akan diberikan pin berwarna putih dan kuning, yang harus diikatkan di tas masing-masing.
Raja Ampat, we’re coming!
Setelah semua koper dan tas peralatan menyelam kami diturunkan dari kapal ferry, sekitar jam 17.00 wit kami di jemput tiga kapal boat kecil dari Doberai Eco Resort, yang masing-masing berkapasitas delapan penumpang, untuk menuju ke Pulau Urai, lokasi dimana Doberai Eco Resort berada. Perjalanan dengan kapal boat ini hanya sekitar 20 menit, dan rombongan kami langsung sampai di resort, tepat pada saat sunset mulai ‘terlukiskan’ di langit.
Di Doberai Eco Resort, rombongan kami menempati pondok masing-masing. Semuanya, ada enam pondokan kayu yang berada di atas air laut dan beratapkan rumbia, kami menempati 5 pondokan. Kelar membereskan barang bawaan di pondokan masing-masing, kami segera bersiap santap malam. Uuupppsss … ruang makannya ternyata jauh terpisah. Jaraknya sekitar 200 meter dari pondokan tempat kami menginap---melintasi jembatan kayu yang memanjang---, yaitu di ujung pantai sudut teluk Pulau Urai. Oh ya, di pondokan, kami tidak dapat mengakses sinyal smartphone. Semuanya blankspot, no signal! Nah, syukurlah, hanya di tempat makan ini saja kami dapat mengakses sinyal smartphone, itu pun dengan bantuan WiFi yang kami pakai rame-rame, hahahahaaa …
Detail tentang bagaimana kondisi Doberai Eco Resort dan alam sekitarnya, sebenarnya sudah diinformasikan oleh sang pemilik kepada masing anggota rombongan kami, pada tiga bulan sebelum perjalanan penyelaman ini.
Di pondokan tempat kami menginap, rupanya ada empat pondokan yang dilengkapi dengan kamar mandi di dalam pondokan, sedangkan dua pondokan lainnya memiliki kamar mandi yang berada di luar. Meski pondokan ini nangkring di atas air laut, tapi air yang dipergunakan untuk mandi adalah air payau, dan air buangan di salurkan ke septictank penampung sehingga kelestarian air masih terjaga.
Bagaimana dengan arus listrik? Asal tahu saja, aliran listrik dengan genset hanya akan menyala sedari jam 18.00 wit sampai dengan jam 02.00 wit atau dini hari saja. Hal ini sengaja dilakukan, untuk menjaga keseimbangan dengan alam sekitar, utamanya agar burung-burung dan satwa lainnya dapat menikmati malam peraduan atau beristirahat. Akibatnya, untuk penerangan di kamar pondokan, sampai pagi hari kami terpaksa mempergunakan lampu yang menggunakan cadangan listrik dari tenaga surya, yang efektif menerangi kamar. Jangan berharap ada pesawat televisi di pondokan. Ini memang kenikmatan alami dengan suasana hening dan natural dan music deburan ombak. Kalau mau nonton tivi, ya di Jakarta saja ya …
Seperti sudah saya sebutkan, pondokan yang dibangun di Doberai Eco Resort terbuat dari kayu dengan atap rumbia. Ini adalah rumah panggung kayu yang berada langsung di atas air laut. Nah, jadi bisa dibayangkan, betapa kami dapat langsung mendengar suara deburan ombak laut. Enggak usah takut nyamuk apalagi angin laut yang memang seperti ‘menampar-nampar’ pondokan, karena di masing-masing tempat tidur dipasangkan kain kelambu. Untuk ventilasi pondokannya, dinding-dinding pada ruangan pondokan sengaja tidak tertutup rapat, sehingga ya itu tadi, akibatnya angin laut serasa langsung menerpa seluruh ruangan pondokan, terutama ‘menerjang’ melalui plafond pondokan.
Suara debur ombak dan terpaan angin laut lansung menemani kami beristirahat malam di pondokan. Malam Minggu sekaligus malam pertama di Doberai Eco Resort Raja Ampat kami lewati dengan langsung terlelap bersama terpaan angin laut dan deburan ombak yang berada di bawah pondokan kami.
Alohaaaaa … diving di Raja Ampat
Pada Minggu pagi, 11 Oktober 2015, usai Shalat Subuh dan mempersiapkan peralatan menyelam, kami bersiap sarapan. Lagi-lagi harus berjalan kaki lebih dulu menyusuri jalan atau jembatan kayu memanjang menuju tempat makan. Jam 07.00 wit, kami semua sudah berkumpul di ruang makan sambil mengakses sinyal smartphone untuk memberi kabar kepada keluarga di Jakarta. Tak lupa, meng-update status di media sosial, hahahaaa … biar teteuuupppp eksis.
Setelah sarapan pagi, kami bersiap untuk melakukan penyelaman (diving) perdana. Lebih dahulu, kami berkumpul di Dive Resort Center untuk melaksanakan briefing diving.
Setelah briefing, rombongan kami berangkat dengan didampingi masing masing group seorang dive master sebagai pemandu, menumpang tiga boat menuju lokasi penyelaman.
Lokasi dive #1 adalah di Friwen, yang jaraknya sekitar 20 menit dengan mengendarai boat. Kami mulai terjun menyelam pada jam 10.00 – 11.00 wit, pada kedalaman sampai dengan 23,8 meter, dan visibility atau jarak pandang yang dapat dilihat di dalam laut mencapai 20 meter. Ikan-ikan yang sempat kami saksikan antara lain: wabegong, moray eel, nudi branch dan schooling fish.
Untuk dive #2, lokasinya adalah di Mioskon. Jaraknya sama dari resort, yakni sekitar 20 menit dengan naik boat. Rombongan kami mulai terjun menyelam pada jam 12.24 – 13.20 wit pada kedalaman sampai 22,4 meter, dengan visibility 20 meter, dan arus dalam lautnya terasa mengalir sedang. Adapun ikan-ikan yang kami jumpai misalnya, wabegong, moray eel, white tip shark, black tip shark, juga clown fish.
Pada penyelaman atau dive #3, saya sengaja untuk tidak ikut, lantaran mengharuskan diri untuk menyimpan tenaga guna mengikuti penyelamanan di malam hari (night dive).
Penyelaman keempat atau dive #4 adalah penyelaman pada malam hari, dan dilakukan di spot yang diberi nama House Reef. Lokasinya cuma 5 menit dari resort dengan menumpang boat. Kami mulai terjun menyelam pada jam 19.15 – 20.20 wit, di kedalaman sampai dengan 15,5 meter, dan visibility hanya 5 meter.
Penyelaman pada Senin, 12 Oktober 2015
Hari kedua penyelaman diawali dengan sarapan dan briefing bersama dive master atau pemandu penyelaman. Inilah aktivitas penyelaman kelima atau dive #5, yang memilih spot di Sardines. Dengan naik boat, jaraknya dari resort hanya 30 menit. Kami mulai melakukan penerjunan penyelaman pada jam 09.51 – 10.50 wit.
Kedalaman yang kami capai sampai 20 meter, dengan visibility juga 20 meter. Adapun ikan-ikan yang bisa kami jumpai adalah white tip shark, black tip shark, bump head, parrot fish, schooling fish, barracuda dan terompet fish. Arus di bawah laut yang kami rasakan di spot Sardines ini termasuk sedang.
Selanjutnya pada dive #6, lokasi penyelaman yang menjadi targetnya dinamai Chicken. Lokasinya dari resort adalah 30 menit dengan boat. Disini, kami terjun menyelam pada jam 13.01 – 13.50 wit, dengan kedalaman sampai 19,8 meter, dengan visibility 20 meter, dan berarus sedang. Adapun ikan-ikan yang dapat kami saksikan antara lain adalah black tip shark, humphead, parrot fish, schooling fish, dan terompet fish.
Penyelaman berikutnya dilakukan pada sore hari. Yakni, dive #7 di spot yang dinamakan Five Rocks. Dari resort, jaraknya sekitar 30 menit dengan boat. Kami mulai menyelam pada jam 17.13 – 17.55 wit, pada kedalaman 19,8 meter, dan visibility 10 meter, serta berarus sedang. Ikan-ikan yang kami temui mulai beraneka ragam, seperti pygmy, sea horse, nudi branch, fish pipe dan mooray eel.
Penyelaman pada Selasa, 13 October 2015
Penyelaman hari ketiga langsung menuju ke spot penyelaman kedelapan, atau dive #8 dimana lokasinya disebut dengan Manta Sandy. Ini lokasinya lumayan jauh, sekitar 40 menit dari resort dengan menggunakan boat. Kami segera menyelam pada jam 10.11 – 11.01 wit, pada kedalaman 15,8 meter. Sesuai namanya, Manta Sandy, ya disinilah spot untuk berjumpa dengan ikan Pari Manta yang sangat besar dan lebar itu. Kami bisa menyaksikan ikan Pari Manta pada cleaning station ber-visibility 5 meter.
Selanjutnya kami beristirahat sambil mengunjungi Pulau Gosong, dan tidak lupa berfoto-foto lebih dulu di pulau yang berpasir sangat putih dan cantik ini.
Untuk dive #9, spot-nya berada di Arborek Jetty. Jaraknya sekitar 20 menit dengan menumpang boat. Disini, kami mulai terjun menyelam pada jam 12.31 – 13.30 wit, hingga kedalaman 18,1 meter. Ikan yang kami jumpai misalnya schooling fish dan under jetty. Spot Arborek Jetty memiliki visibility 20 meter, dengan arusnya yang sedang.
Penyelaman atau dive #10 dilangsungkan di Mikes Point. Jaraknya menggunakan boat adalah 30 menit dari resort. Rombongan kami mulai menyelam pada jam 15.25 – 16.25 wia, dengan kedalaman 19,8 meter, dan 10 meter, yang berarus sedang.
Malamnya, kami melakukan penyelaman lagi. Tepatnya jam 18.59 – 20.01 wit, pada dive #11 yang dilakukan di House Reef. Lokasinya cuma 5 menit naik boat, dan kami menyelam sampai kedalaman 12 meter, dan visibility 5 meter. Kami menyaksikan ada ikan wabegong, moray eel, turtle, squid dan lion fish.
Penyelaman pada Rabu, 14 Oktober 2015
Pada dive #12 lokasinya kembali ke spot Friwen. Penyelaman dilakukan jam 09.39 - 10.35 wit, dengan kedalaman hingga 24,4 meter. Kali ini, ikan yang kami jumpai antara lain harlequin crab dan ada juga turtle. Dengan visibility mencapai 20 meter, arus yang kami rasakan tergolong sedang.
Adapun dive #13 mengambil lokasi di Blue Magic. Naik boat menuju ke sana hanya 30 menit. Lalu kami terjun menyelam pada jam 12.15 – 12.59 wit, dengan kedalaman hingga 19 meter. Disini, kami jumpai karang-karang yang cantik atau beautiful corals, juga schooling fish dan nudi branch. Visibility yang kami rasakan sendiri mencapai 20 meter, dan arusnya kuat.
Untuk dive #14 ada di spot Cape Kri. Lokasinya dari resort adalah 30 menit dengan naik boat. Disini, kami terjun menyelam pada jam 16.18 – 17.08 wit. Kedalaman yang kami tempuh cukup dalam yakni 34,4 meter. Maka dari itu, ikan-ikan yang kami saksikan lebih variatif lagi. Misalnya, beautiful corals, schooling blue fish, nudi branch, barracuda, white tip shark, schooling yellow and gold fish. Visibility yang kami alami mencapai 20 meter, dengan arus kuat dan sedang secara berimbang, sehingga membuat kami menggunakan hook di bebatuan karang.
Penyelaman ke-15 atau dive #15 dilakukan pada malam hari. Lokasinya di spot GV Park. Dari resort, jaraknya hanya 5 menit dengan naik boat. Kami menyelam pada jam 19.27– 20.17 wit, dengan kedalaman 14,8 meter. Di lokasi penyelaman terakhir ini, kami menyaksikan antara lain: scorpion fish, lion fish, squid, flat worm, moray eel, crab sea star, lobster dan turtle. Oh ya, karena menyelam pada malam hari, maka visibility didalam laut hanya 5 meter.
Lokasi Menyelam Paling Sensasional
Dari 15 spot penyelaman, saya merasakan spot yang paling sensasional adalah ketika menyelam di Cape Kri, atau dive #14. Selain, di Magic Blue yaitu ketika dive #13.
Buat saya, spot Cape Kri menawarkan pengalaman berdampingan dan menyaksikan ikan-ikan dalam laut Raja Ampat yang sangat luar biasa. Mulai dari schooling blue fish, beautiful corals, nudi branch, barracuda, hingga white tip shark. Disini juga kami mempergunakan hook pada bebatuan karang untuk dapat tetap stabil berada didalam laut, meski arus terkadang menguat dan kemudian kembali sedang. Oh ya, visibility yang tercatat adalah 20 meter.
Menyelam di spot Cape Kri - Raja Ampat jelas sangat menawan dan tak akan bisa dilupakan. Karena, dengan arus dalam laut yang sedang dan terkadang berubah kuat, rombongan kami beberapa kali dikelilingi ribuan ikan-ikan yang berenang mengelilingi. Uuuhhh … sensasinya, seolah berada di akuarium raksasa dengan ratusan ikan warna-warni dari berbagai jenis yang berenang hilir mudik bersama kami. Begitu juga pemandangan coral-nya yang sangat indah, sempurna dan terjaga
Selain itu, spot menyelam di Manta Sandy juga merupakan pegalaman menyelam yang sangat menakjubkan. Bagaimana enggak? Rombongan kami menunggu di kedalaman laut 12 meter, berjajar di coral-coral yang memang sengaja disusun, untuk dapat menyaksikan betapa besar dan lebarnya ikan Pari Manta. Ikan ini berenang melintas di atas pasir dan berkeliling tak tentu arah dengan gerakannya yang elegan.
Walaupun jarak pandang kami rasakan tidak sejelas di spot Cape Kri, tapi melihat ikan Pari Manta berenang perlahan lalu berputar-putar, membuat para penyelam termasuk saya menjadi berdegup hati ini, menyaksikan keindahan dan kebesaran ciptaan Sang Ilahi Robbi.
Di spot Cape Kri, pengalaman bertemu ikan hiu jenis white tip shark dan black tip shark pada kedalaman 34,4 meter juga sungguh menegangkan, memompa adrenalin sekaligus mengasyikkan.
Kelestarian coral di lautan Raja Ampat masih sangat terjaga, termasuk di spot-spot penyelaman, kecuali mungkin, yang berada di lokasi dekat pulau yang berpenghuni. Karena itu, sudah sepatutnya apabila seorang dive master mengingatkan kepada para divers untuk tidak memegang/menyentuh atau menginjak karang, dan selalu menggunakan hook atau pin pointers yang tidak akan mengganggu, apalagi merusak corals.
Untuk soal kejernihan air, tidak menjadi persoalan umum. Air di Raja Ampat sangat bersih, bening dan dapat mencapai jarak pandang hingga 20 meter. Untuk yang baru pertama kali menyelam, tingkat kesulitannya adalah harus bersiap menghadapi arus kuat dan sedang. Meskipun, selama mengikuti prosedur dan instruksi dive master yang menguasai medan penyelaman, maka hal ini akan tetap membuat safety diving terjaga.
Demi mengetahui bagaimana tingkat kekuatan dan kesulitan arus, biasanya dive master akan melakukan penyelaman terlebih dahulu, sebelum rombongan lain turut menyelam. Ini penting, agar para penyelam dapat mengetahui arah mana yang harus dilalui, dan juga arus mana yang harus diikuti maupun dihindari. Jangan main-main untuk urusan yang satu ini, ya!
Hari Istirahat, Kamis, 15 Oktober 2015
Hari ini adalah khusus untuk istirahat menjelang pulang ke Jakarta. Karena, sesuai peraturan diving, penyelam tidak diperkenankan melakukan diving minimal 24 jam sebelum terbang (lama waktu jeda tergantung kedalaman terakhir yang kita selami).
Untuk mengisi waktu istirahat, kami pun bersepakat mengunjungi perairan di sekitar resort. Karena cuaca tidak memungkinkan, maka kami urung mengunjungi obyek wisata Pianemo dan Wayag. Hal ini dikarenakan ombak sedang tinggi dan karena memang lokasi tersebut berada di lautan terbuka.
Akhirnya, kami hanya dapat mengunjungi Teluk Kabui, yang disebut-sebut sebagai lokasi awal Raja Ampat Sail. Jaraknya sekitar 45 menit dari resort, ke arah barat utara dengan menggunakan boat.
Pada sore harinya, kami mendaki bukit di sekitar resort untuk mengabadikan sunset di Pulau Urai. Diakhiri dengan berenang bersama di depan pondokan, dan tentu saja complete dengan berfoto-foto untuk merayakan hari terakhir berenang di Raja Ampat. Rasanya, sedih juga berpikir bahwa ini sudah merupakan hari terakhir di Raja Ampat nan eksotis.
Kembali ke Jakarta
Jumat pagi, 16 Oktober 2015, kami sarapan pagi jam 06.00 wit dan bersegera untuk meninggalkan Doberai Eco Resort jam 07.30 wit, untuk menuju ke Pelabuhan Waisai, Raja Ampat.
Kemudian, dengan menaiki kapal ferry, pada jam 09.00 kami menyeberang lautan menuju ke ‘kepala burung’ Papua Barat, tepatnya ke Kota Sorong. Persis jam 11.00 wit, kapal ferry merapat di Sorong. Tak terasa, sudah saatnya makan siang. Kami diarahkan untuk menikmati santap siang di Rumah Makan Padang ‘Saiyo’ di Jalan Puncak Arfak No.33 (Kampung Baru), Sorong.
Usai makan, kami langsung menuju ke Airport Dominique Edward Osok, Sorong. Jadwal penerbangan kami adalah jam 14.35 wit menuju ke Makasar, Sulawesi Selatan. Tepat jam 15.40 wita pesawat kami landing di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makasar. Sayangnya, perjalanan ke Jakarta tidak lancar. Karena jadwal pesawat kami berikutnya mengalami pembatalan, dan dialihkan ke penerbangan berikutnya pada jam 18.40 wita. Judulnya, lost in Makassar nih, huuuuhuuuuhuuuu …
Sambil menunggu jadwal penerbangan di airport, sebagian rombongan kami menikmati pijat reflexy. Rasanya otot-otot tubuh yang kaku menjadi lemas semua. Menyegarkan. Maklum, tubuh ini terasa sangat lelah lantaran jadwal diving yang padat.
Sungguh perjalanan menyelam ke Raja Ampat ini menjadi Pesona Indonesia yang sangat menyenangkan sekaligus menambah kecintaan akan pesona alam bahari Indonesia. Meskipun fasilitas Eco Resort tidak dilengkapi dengan aliran listrik sepanjang hari, Less atau No Signal untuk Smartphone dan No Televisi, tetapi tidak akan pernah menyurutkan semangat kami untuk kelak berkunjung dan menyelam lagi di Raja Ampat.
Kunjungan dan penyelaman yang tak terlupakan. Menyaksikan langsung keagungan ciptaan Ilahi, berupa alam dan pesona bahari Indonesia serta pemandangan bawah laut Raja Ampat yang sangat sensasional. Sungguh, terlunasi penantian dan perencanaan perjalananan penyelaman ini, yang memang sudah kami persiapkan sejak awal 2015 lalu.
Aku Cinta Raja Ampat!
Aku Cinta Bahari Indonesia!
Â
- o O o -
Â
Foto #1: Penyelaman di salah satu spot di Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC)
Â
VIDEO
Saksikan video #1 : Schooling fish at Raja Ampat Papua diving spot 11-14 Oct 2015
Saksikan video #2 : Humpheads at Sardines Raja Ampat Papua
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H