Tim dosen Institut Teknologi Sumatera (Itera), melalui program pengabdian kepada masyarakat, membuat mesin penurun kadar air madu di Bandar Lampung. Mesin ini digunakan untuk menurunkan kadar air madu. Mesin ini tidak hanya menawarkan solusi penurunan kadar air dengan suhu rendah, namun juga mempercepat turunnya kadar air. Proyek ini diketuai oleh dosen Program Studi Farmasi, apt. Tantri Liris Nareswari, M.S.Farm., dengan dukungan dua dosen lainnya yaitu Abdul Muhyi, S.T., M.T., dan Dr. Achmad Gus Fahmi, S.Si., M.Si. serta melibatkan tim mahasiswa.
Dosen Teknik Mesin, Abdul Muhyi, S.T., M.T. menyampaikan bahwa teknologi ini menawarkan penyusutan kadar air madu tanpa merusak senyawa kimia yang rentan terhadap suhu tinggi, sehingga sangat memungkinkan untuk diterapkan pada rumah produksi madu lain. Proyek ini menunjukkan bahwa teknologi sederhana dapat memberikan manfaat besar, dan semoga menginspirasi rumah produksi madu lain untuk mengikuti jejak ini.
"Teknologi ini cocok diterapkan di rumah produksi madu lain, karena biaya pembuatannya yang relatif murah dan perawatannya mudah. Selain itu, teknologi ini juga tidak membutuhkan watt listrik yang tinggi," ujarnya.
Ketua tim, Liris, menambahkan, kegiatan tersebut merupakan hibah Program Pengabdian kepada Masyarakat pada Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat tahun 2024. Kegiatan PkM ini adalah bentuk implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapatkan dari hasil riset dalam rangka memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat.
"Kami berharap proyek ini dapat bermanfaat untuk rumah produksi madu yang ada di Lampung, sehingga dapat meningkatkan produktivitas madu Lampung. Dan semoga mesin ini dapat digunakan untuk rumah produksi madu lain," ujar Liris.
CEO rumah produksi madu sangat berterima kasih kepada Itera atas inisiatif ini yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi tetapi juga edukasi, meningkatkan pemahaman tentang cara menjaga kualitas madu dengan proses produksinya. Dengan adanya mesin ini, produksi madu bisa lebih cepat, yang awalnya penurunan kadar air berhari-hari, sekarang hanya hitungan jam. "Kami merasakan manfaat kegiatan ini mengaku bersyukur karena telah mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat secara langsung diterapkan, dan sangat bermanfaat untuk Masyarakat." Ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H