Kesenjangan sosial dan ekonomi yang ada di banyak komunitas dapat mempengaruhi bagaimana nilai-nilai budaya diterapkan dalam konteks pendidikan. Di beberapa daerah, kurangnya dukungan orang tua atau ketidakmampuan untuk mengakses pendidikan berkualitas menciptakan tantangan tersendiri bagi pemimpin sekolah. Kesenjangan sosial dan ekonomi adalah masalah yang mendalam dan sering kali berakar dalam sejarah, yang menciptakan ketidaksetaraan dalam peluang hidup, pendidikan, akses terhadap sumber daya, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks kepemimpinan berbasis budaya, kesenjangan sosial dan ekonomi dapat memengaruhi cara pemimpin dalam sebuah komunitas atau organisasi memimpin, serta bagaimana nilai-nilai dan prinsip budaya diterapkan dalam kebijakan dan praktik sehari-hari.
Kepemimpinan berbasis budaya menekankan pentingnya menghargai, merayakan, dan mempertahankan nilai-nilai budaya lokal sambil tetap menjaga keberagaman dan mengakomodasi perubahan. Namun, kesenjangan sosial dan ekonomi dapat menjadi hambatan signifikan dalam menciptakan kepemimpinan yang inklusif, adil, dan berbasis budaya. Untuk itu, penting bagi pemimpin berbasis budaya untuk memahami dinamika kesenjangan ini dan bekerja untuk menciptakan perubahan yang positif bagi seluruh lapisan masyarakat.
3. Kurangnya Pelatihan Kepemimpinan Budaya
  Meskipun teori ini cukup penting, banyak pemimpin sekolah belum mendapatkan pelatihan yang memadai mengenai cara mengimplementasikan kepemimpinan berbasis budaya. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan pendidikan dan pelatihan yang lebih intensif bagi para pemimpin pendidikan dasar. Pelatihan kepemimpinan berbasis budaya (cultural leadership) merupakan elemen yang sangat penting untuk membekali pemimpin dengan pemahaman dan keterampilan yang diperlukan dalam memimpin dalam konteks yang beragam secara budaya. Dalam era globalisasi yang semakin maju, pemimpin di berbagai bidang, termasuk pendidikan, organisasi, dan pemerintahan, diharapkan tidak hanya mampu mengelola masalah teknis, tetapi juga dapat memahami dan memanfaatkan keragaman budaya untuk menciptakan solusi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Analisis dan Solusi Menggunakan Teori Cultural Leadership
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, terdapat beberapa langkah yang bisa diambil dengan menggunakan pendekatan cultural leadership:
1. Pengembangan Kapasitas Kepemimpinan
  Pemimpin pendidikan perlu dilatih tidak hanya dalam hal manajerial, tetapi juga dalam hal pemahaman budaya dan kemampuan untuk membangun hubungan yang inklusif dan empatik dengan berbagai pihak. Pelatihan ini harus melibatkan pemahaman mengenai dinamika sosial dan budaya lokal. Pengembangan kapasitas kepemimpinan berbasis budaya (Cultural Leadership) sangat penting untuk membekali pemimpin dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola keberagaman budaya dan mengatasi tantangan yang muncul dalam masyarakat atau organisasi yang multikultural. Kepemimpinan berbasis budaya bukan hanya tentang pemahaman tentang nilai-nilai budaya, tetapi juga tentang bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam kebijakan, praktik, dan hubungan antar individu dalam sebuah komunitas atau organisasi (Amrul dkk., 2023).
2. Kolaborasi dengan KomunitasÂ
  Sekolah perlu berperan lebih aktif dalam mengajak orang tua dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mendukung pendidikan. Dengan membangun hubungan yang lebih erat antara sekolah dan komunitas, budaya sekolah akan lebih mudah diterima dan dipraktikkan oleh semua pihak. Kolaborasi dengan komunitas merupakan aspek yang sangat penting dalam kepemimpinan berbasis budaya (Cultural Leadership), terutama dalam konteks pendidikan, sosial, atau organisasi yang beragam secara budaya (Triatna, 2017). Kolaborasi ini melibatkan pemimpin yang bekerja bersama dengan anggota komunitas untuk menciptakan solusi yang lebih inklusif, responsif terhadap kebutuhan masyarakat, dan dapat memperkuat nilai-nilai budaya yang ada dalam komunitas tersebut.
Kepemimpinan berbasis budaya yang efektif tidak hanya mengutamakan kekuatan individu, tetapi juga menyadari pentingnya kontribusi kolektif dari berbagai pihak, baik individu, kelompok, maupun komunitas secara keseluruhan. Kolaborasi dengan komunitas, jika dilakukan dengan benar, dapat memperkaya perspektif kepemimpinan dan meningkatkan efektivitas kebijakan yang diterapkan (Syadzili, 2018).