Mohon tunggu...
Retno Septyorini
Retno Septyorini Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan, sering jalan ^^

Content Creator // Spesialis Media IKKON BEKRAF 2017 // Bisa dijumpai di @retnoseptyorini dan www.retnoseptyorini.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bahu-Membahu Mewujudkan Lingkungan Sustainable yang Lebih Layak Huni

6 Februari 2024   23:57 Diperbarui: 7 Juni 2024   21:21 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokpri
Dokpri

Padahal kalau mau sedikit saja bergerak untuk mengurus sampah organik harian, kita dapat meminimalisir dampak kerusakan lingkungan sekaligus berpotensi untuk mendulang cuan. Di rumah saya, sampah makanan yang sudah tidak memungkinkan dimasak ulang akan berakhir menjadi pakan ayam. Begitu pula dengan sayuran mentah berumur tua dari halaman seperti daun pepaya, daun singkong, daun singkong jepang hingga daun kelor. Dedaunan tersebut nantinya akan dicacah sebagai bahan tambahan makanan untuk ayam peliharaan.

Berdasarkan pengalaman pribadi, kondisi ayam yang sehat akan lebih cepat untuk bertelur kembali. Apalagi jika ayamnya diumbar di pekarangan. Tidak heran banyak orang di lingkungan pedesaan memilih memelihara ayam sebagai salah satu upaya dalam mengurangi sampah makanan dalam di rumah. Lain halnya kalau sedang mengolah tanaman yang berakar seperti kangkung, daun bawang ataupun mint. Sisa batang yang ada biasanya tidak saya buang, tetapi saya tanam ulang (regrow) di halaman.

Dokpri
Dokpri
Selain mengurangi anggaran belanja, kebiasaan regrow juga mempermudah saya untuk menikmati kualitas sayur yang lebih sehat karena dipupuk dengan bahan alami seperti air bilasan beras, kompos dari bipori hingga pupuk kandang dari kotoran ayam yang saya pelihara di samping rumah. Meski terkesan sepele, namun memiliki tanaman pangan di sekitar rumah terbilang sangat membantu dalam meminimalisir sampah organik yang berasal dari sisa makanan harian kita. Mudahnya semacam memiliki kulkas hidup tetapi sisa bahan makanan yang kita petik dari halaman rumah kondisinya akan tetap segar. Mana tidak memerlukan daya listrik seperti kalau kita menyimpan bahan makanan di dalam kulkas pula.

Di sisi lain saya juga berusaha mewujudkan lingkungan sustainable yang lebih layak huni dengan meminimalisir jejak karbon harian. Istilah untuk menyebut proses pelepasan karbon ke lapisan atmosfer bumi. Lonjakan jejak karbon inilah yang ditengarai menjadi salah satu penyumbang terjadinya perubahan iklim karena dapat memicu naiknya suhu bumi, yang dikenal luas dengan sebutan efek rumah kaca. Lantas, apa saja yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir laju perubahan iklim yang kian hari dampaknya kian menjadi-jadi ini? Berikut beberapa hal yang sudah saya lakukan jauh-jauh hari:

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Karena bahu-membahu menjaga keberlanjutan bumi tidak bisa dilakukan sendiri. Mari berjuang bersama demi lingkungan yang lebih layak huni.

Salam hangat dari Jogja,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun