Dalam hal ini sinergi dapat dilakukan dengan penyebaran konten baik,  sosialisasi materi toleransi hingga kerja sama dalam memberangus hoax. Disadari atau tidak, penyebaran hoax di media sosial kerap menjadi pemantik pengggiringan opini yang menyudutkan pihak tertentu yang berpotensi menimbulkan "gesekan"baik  antar umat beragama maupun antar golongan tertentu.
***
Jika ada yang bertanya mengapa menggandeng sekolah terlebih dahulu, tidak lain dan tidak bukan karena sekolah adalah ruang belajar bersama para generasi muda Indonesia. Dengan menggandeng pihak sekolah diharapkan dapat meminimalisir penolakan yang mungkin terjadi pada sebagian keluarga yang saklek dengan pemahaman toleransi yang dianutnya. Kalau program ini berhasil, bukankah kita akan memiliki ratusan ribu duta toleransi yang tersebar di berbagai penjuru negeri?Â
Lantas bagaimana konsep kelas toleransi ini? Konsepnya cukup sederhana. Pertama melalui sosialisasi kekinian yang disesuaikan dengan perkembangan jaman, dimana salah satunya dapat dibalut dengan konsep wisata religi. Konsep ini tidak melulu harus dilakukan dengan cara berwisata ke tempat peribadatan lho, namun dapat dilakukan dengan alat peraga seperti gambar, animasi, film, lagu hingga cerita dari sahabat seberang yang dibuat sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ada di Indonesia.Â
Sedangkan kampanye ujaran toleransi untuk masyarakat luas dapat dilakukan dengan acara sharing antar komunitas, kemah toleransi hingga acara kekinian lainnya yang melibatkan berbagai pihak yang mampu menarik sekaligus menyampaikan materi dengan baik, seperti publik figur hingga influencer. Kombinasi yang demikian diharapkan mampu menarik minat masyarakat untuk turut mengkampanyekan berbagai program baik dari pemerintah, termasuk kampanye toleransi, cara bijak bersosial media hingga memberangus hoax yang disebarluaskan sekitar kita.
Untuk memperbanyak ujaran kebaikan di media sosial, sekali-kali boleh lah bikin lomba blog, vlog, infografis hingga lomba membuat film pendek bertema toleransi. Hal-hal sederhana semacam ini diharapkan dapat menjadi pemantik sekaligus penyambung lidah lintas arah antara pemerintah dengan masyarakat luas.Â
Pastikan Konten Berbagai Program Kemenag Tidak Ketinggalan Jaman!Â
Untuk meminimalisir gagalnya proses delivery informasi pada masyarakat, Kementerian Agama wajib menggandeng content creator lintas bidang seperti penulis, fotografer, videografer hingga para desainer komunikasi visual. Dengan demikian materi sosialisasi yang disampaikan tidak melulu disajikan melalui foto yang disertai dengan caption saja, namun dapat disajikan dalam bentuk infografik, komik, video hingga film pendek. Di saat teknologi sudah berkembang begitu pesat, mau tak mau pemerintah harus mengimbanginya dengan cepat, juga tepat,bukan?Â
Tentu Kementerian Agama tidak perlu bingung untuk membuat kerjasama  dengan para content creator berbakat. Saat ini banyak kok generasi muda Indonesia yang bertalenta sekaligus begitu terbuka untuk diajak kerjasama membangun bangsa, tidak terkecuali sebagai perantara dalam mensosialisasikan berbagai program pemerintah, termasuk membuat hingga menyebarluaskan konten baik, baik secara offline maupun online.
Jika sosialisasi berbagai program Kementerian Agama dapat mengikuti selera pasar, tepat sasaran bukan lagi menjadi angan. Apalagi kini berbagai kanal media sosial dapat dimanfaatkan untuk mendukung berbagai program yang digalakkan pemerintah.Â
Lantas, bagaimana dengan hoax dan ujaran kebencian yang masih merajalela di berbagai media? Untuk soal ini, pemerintah juga wajib menegakkan hukuman bagi siapa saja yang secara sengaja membuat hingga menyebarkannya, baik secara offline maupun online.Â